Gemabisnis.com, JAKARTA – Produksi Gula Kristal Putih (GKP) diperkirakan mengalami penurunan signifikan tahun 2022 ini sehubungan dengan banyaknya petani tebu yang beralih ke komoditas lainnya yang dinilai lebih menguntungkan bagi mereka, demikian diungkapkan Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Soemitro Samadikun kepada Gemabisnis.com hari ini (01/11).
Soemitro mengatakan banyak petani tebu yang beralih ke komoditas lain seperti padi karena usaha tani tebu dinilai sudah tidak menguntungkan lagi. Hal itu terutama terjadi akibat naiknya harga pupuk dan berbagai kebutuhan pokok petani, namun harga gula kristal putih yang menjadi sumber pendapatan mereka terus dijaga pemerintah supaya tidak naik.
“Mereka pindah ke padi karena dalam setahun padi bisa panen dua atau tiga kali sedangkan tebu hanya setahun sekali. Dengan demikian padi bisa lebih cepat memberikan hasil dan bisa membantu dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari petani, sedangkan petani tebu harus memiliki daya tahan ekonomi yang lebih lama karena hanya bisa panen setahun sekali,” tutur Soemitro.
Namun demikian, petani yang masih bertahan menanam tebu pun kini sudah tidak bisa memeliharan tanamannya dengan baik karena mereka kesulitan melakukan pemupukan akibat mahalnya harga pupuk. Akibatnya, tanaman tebunya kini kurang terawat dan pertumbuhannya tidak optimal sehingga diperkirakan hasil tetes tebu dan rendemen gulanya pun akan menurun. Karena itu, Soemitro memperkirakan produksi gula kristal putih nasional tahun ini akan lebih rendah dari produksi tahun lalu yang mencapai 2,35 juta ton.
Menurut Soemitro, rejim yang berkuasa saat ini terlalu memanjakan konsumen sedangkan produsen tidak diperhatikan. Apalagi setelah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) beban hidup petani semakin berat, sedangkan pendapatan petani tebu tidak naik karena harga gulanya tidak boleh naik.
Sumitro mengatakan Upah Minimum Regional (UMR) saja setiap tahun mengalami kenaikan karena memang kebutuhan hidup semua orang termasuk petani juga mengalami kenaikan, tetapi harga produksi petani tidak naik. Kebijakan rejim seperti itu sangat merugikan petani sebagai produsen.
Dia menilai pemangku kebijakan tidak peka dan tidak memiliki empati kepada nasib petani tebu, terbukti di tengah kondisi masih banyaknya stok gula kristal putih di dalam negeri masih saja dikeluarkan ijin impor gula sebanyak 500.000 ton tahun ini. (YS)