Gemabisnis.com, JAKARTA – Nilai perdagangan bilateral Indonesia-Rusia diproyeksikan mampu menyentuh angka US$5 miliar tahun 2023 dengan asumsi hubungan perdagangan kedua negara terus berlanjut dengan tingkat perdagangan yang terjadi seperti tahun 2022, demikian disampaikan Duta Besar Republik Federasi Rusia Lyudmila Vorobieva kepada Gemabisnis.com, Rabu (21/12).
Menurut Lyudmila, tahun ini diperkirakan total nilai perdagangan bilateral antara kedua negara diperkirakan mencapai hampir US$4 miliar (lebih dari US$3 miliar), naik signifikan dibandingkan dengan US$2,75 miliar pada tahun 2021. Peningkatan yang cukup signifikan tersebut justru terjadi di tengah pandemi COVID-19
“Jika hubungan perdagangan kedua negara terus berlanjut dengan pertumbuhan seperti yang terjadi pada tahun 2022 maka saya optimis pada tahun depan (2023) nilai perdagangan kedua negara akan mencapai US$5 miliar seperti yang diperkirakan sebelumnya,” tutur Lyudmila.
Lyudmila mengatakan potensi hubungan ekonomi kedua negara sebetulnya sangat besar karena kedua negara memiliki berbagai produk yang saling melengkapai satu sama lain dan ditunjang dengan pertumbuhan ekonomi kedua negara yang baik dalam beberapa tahun terakhir. Nilai perdagangan bilateral Rusia-Indonesia selama ini masih sangat jauh di bawah potensinya dan masih terus dapat ditingkat di masa-masa mendatang.
Atas dasar pertimbangan itu, lanjut Lyudmila, pemerintah Republik Federasi Rusia melalui persatuan negara-negara Eurasia (Eurasian Economic Union) berencana untuk membentuk perjanjian perdagangan bebas dengan pemerintah Indonesia untuk lebih meningkatkan hubungan perdagangan dan ekonomi kedua negara khususnya dan negara-negara anggota persatuan negara-negara Eurasia pada umumnya.
“Pemerintah Republik Federasi Rusia tidak bisa melakukan perjanjian perdagangan bebas secara bilateral dengan Indonesia karena Rusia terikat perjanjian dengan empat negara anggota persatuan ekonomi Eurasia lainnya, yaitu Armenia, Belarusia, Kazakhstan, dan Kirgizstan, sehingga perjanjian perdagangan bebas tersebut harus dilakukan secara bersama dengan semua anggota persatuan negara-negara Eurasia tersebut,” tutur Lyudmila.
Menurut Lyudmila, untuk merealisasikan kesepakatan perdagangan bebas tersebut pekan lalu kedua belah pihak telah sepakat untuk memulai memasuki tahapan negosiasi setelah sebelumnya kedua belah berhasil menyelesaikan studi kelayakan (feasibility study) atas perjanjian perdagangan bebas tersebut.
“Kami perkirakan proses negosiasi ini akan berlangsung selama tiga tahun hingga akhirnya disepakati perjanjian perdagangan bebas tersebut. Proses negosiasi ini akan akan memakan waktu cukup lama selama tiga tahun karena pemerintah Indonesia harus bernegosiasi satu per satu dengan kelima negara anggota Uni Ekonomi Eurasia,” jelas Lyudmila.
Khusus dengan Rusia, lanjut Lyudmila, banyak sekali sektor ekonomi dan perdagangan bahkan budaya yang bisa dikerjasamakan dengan Indonesia mulai dari sektor pangan dan pertanian, sektor energi, transportasi publik, pertahanan, informasi teknologi dan lain-lain. (YS)