PERTAMA, balon jika terus dipompa melampaui batas, akhirnya akan meletus juga. Cerita gelembung ekonomi serupa dengan itu. Kini dunia menghadapi ancaman bahwa akan terjadi tsunami ekonomi, dimana gelembung ekonomi akan meletus.
Laporan WEF Januari 2021, menyebutkan bahwa dunia hadapi ancaman besar yang menanti ekonomi besar semakin nyata. Salah satu ancaman tersebut adalah terjadinya asset bubble.
KEDUA, jika hal tersebut benar – benar terjadi, maka ingat saja peristiwa great depression Oktober 1929. Pasar keuangan dan pasar modal Wall Street tumbang. Harga-harga saham bertumbangan hingga nyaris tak ada nilainya. Boom, ekonomi Amerika kolaps.
Semua terjadi karena pelaku pasar melihat tanda-tanda struktur keuangan negaranya rapuh dan mulai kehilangan kepercayaan terhadap hal yang bersifat fundamental. Ketika gerakan melepas saham menjadi massal, maka terjadilah market crash yang dikenal dengan black Tuesday, bertepatan dengan tanggal 29 Oktober 1929 di Wall Street.
KETIGA, sejarah bisa berulang, meskipun peristiwanya bisa berbeda. Dan jika kita tengok great depression 1929, hal yang serupa tak sama bisa terulang peristiwanya yang pusat gempanya diperkirakan justru terjadi di negara – negara dengan ekonomi besar seperti yang ditulis dalam laporan WEF Januari 2021.
Ancaman besarnya tidak hanya asset bubble, tetapi juga debt crisis, kegagalan menstabilkan harga untuk mengontrol kenaikan harga (inflasi) atau penurunan harga (deflasi) yang tidak terkendali pada tingkat harga umum barang dan jasa.
Dan satu hal lagi adalah konflik antar negara di wilayah geopolitik. Ini yang sekarang dikatakan sebagai fenomena the perfect storm. Boleh jadi, gelembung ekonomi akan meletus yang penyebabnya multidimensi.
KEEMPAT, gelembung ekonomi ini setiap saat bisa saja meletus. Bisa meletus jika global policy gagal mengatasi semua ancaman tersebut di atas. National policy juga akan kerepotan merespon karena sumber daya yang dimiliki terbatas untuk menanggulangi dampak erupsi global yang hulu ledaknya besar.
Tidaklah berlebihan jika dampak tersebut dapat berpotensi menimbulkan kebangkrutan massal pada ekonomi besar di dunia, dan bersamaan dengan itu terjadi krisis likuiditas yang jauh lebih besar dari krisis tahun 1997/1998.
Sebagai harapan, tentu gelembung ekonomi itu bisa dikempesin sebelum meletus, dan ini yang dilakukan oleh the Fed,serta sejumlah negara agar inflasi global dapat direndam. Namun jika terpaksa harus meletus, maka ini jelas menjadi pekerjaan besar bagi IMF dan World Bank, dan lembaga – lembaga keuangan internasional lain di dunia.
KELIMA, Presiden Joko Widodo ikut mengamini pernyataan IMF dan World Bank bahwa 60 negara ekonominya akan ambruk. Dan beliau katakan bahwa Indonesia harus waspada. Jika info ini benar,maka waspada saja tidak cukup.
Tindakan siaga jauh lebih penting, dan lebih dari itu harus siap dengan remedynya agar daya tahan ekonomi nasional yang menopang kehidupan 270 juta jiwa penduduk Indonesia tidak runtuh. Kita percaya bahwa pemerintah pasti sudah punya potret besar situasi dan kondisinya dan berbagai policy dan progam untuk merespon jika gelembung ekonomi global meletus.
Banyak kalangan memprediksi bahwa jika sampai terjadi letusan dampaknya tidak keras memukul daya tahan ekonomi nasional. Tapi juga ada yang berpikir bisa terjadi sebaliknya
KEENAM, menggelembungkan ekonomi adalah keniscayaan sampai level tertentu . Tapi jika prosesnya tidak tunduk pada norma-norma yang dijadikan alat kendali, maka penggelembungan itu bisa menjadi ancaman.
Yang menarik adalah kenapa kok bisa meletus gelembung itu. Mudah sekali jawabannya, yaitu melanggar azas kepatuhan dan kepatutan dalam berekonomi. Begitu banyak ratio-ratio ekonomi dan bisnis dikembangkan tapi dalam praktek banyak dilanggar. Contoh paling mudah dan sederhana adalah kasus bisnis startup yang terancam bangkrut. Ini terjadi akibat overstreach, volume bisnisnya belum terlalu besar, valuasi asetnya dibuat besar, atau lebih besar dari nilai intrinsiknya. Begitu pula yang dialami dalam praktek trading cripto.
Banyak pendapat mengatakan bahwa jika berekonomi diwarnai oleh praktek casino capitalism, maka sesungguhnya ancaman kebangkrutan dan krisis keuangan kapan saja bisa terjadi. Dunia menghadapi krisis bukan barang baru. Bahkan ada pihak yang senang/diuntungkan jika terjadi krisis, meskipun banyak pihak yang dirugikan.
KETUJUH, hal yang seperti ini bisa kita anggap sebagai tindakan yang melanggar azas kepatuhan dan kepatutan, bahkan ada unsur moral hazard, dan boleh jadi by design. Contoh lain lagi adalah praktek shadow banking atau skema peminjaman dana modal yang off balance sheet, serta masih banyak praktek rekayasa keuangan yang bisa mengecoh karena tidak semua kita tahu cara kerjanya .Praktek semacam itu, banyak terjadi di China. Semua ini yang bisa berpotensi terjadinya gelembung ekonomi yang sewaktu – waktu bisa meletus. Bila letusannya besar dan berdampak sistemik, maka pasar akan mengalami crash yang berdampak luas.
KEDELAPAN, sepertinya ada relasi antara pernyataan IMF dan World Bank yang dikutip presiden Joko Widodo tentang 60 negara ekonomi akan ambruk dengan laporan WEF Januari 2021. Ambruk karena kegagalan mencegah terjadinya ancaman asset bubble, debt crisis, price instability, commodity shock, dan konflik di area geopolitik, yang kemudian bisa menimbulkan ancaman kebangkrutan, atau krisis likuiditas yang lebih besar dari tahun 1997/1998.
Narasinya IMF dan World Bank, ekonominya akan ambruk. Belief or not, Jika catatan – catatan kritikal itu terjadi, maka korbannya adalah negara-negara terdampak. Dan yang akan tampil sebagai “pemenang” adalah sistem kapitalisme global. Ketika inflasi global mendera dunia, dana global mereka tarik dari peredaran dengan menaikkan suku bunga untuk menekan inflasi. Setelah terjadi krisis global yang meluas dan berdampak sistemik, dana global akan turun lagi dari kayangan dalam bentuk bailout untuk mengatasi krisis. Istilahnya pak Soros, dana ditarik dari negara – negara pinggiran ke pusat kendali sistem kapitalisme global, yang kemudian memompanya kembali ke pinggiran dalam bentuk bailout.
Itulah mengapa IMF dan World akan sibuk bekerja jika benar 60 negara akan ambruk ekonominya. Bailout urusannya IMF, dan restrukturisasi utang akan menjadi urusannya World Bank dan lembaga – lembaga keuangan internasional lain.