Gemabisnis.com, JAKARTA – Volume impor biji gandum Indonesia selama delapan bulan pertama (Januari-Agustus) tahun 2025 mengalami penurunan 18% menjadi 7,13 juta ton dibandingkan 8,70 juta ton pada periode yang sama tahun 2024, demikian data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) yang diolah Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo).
Selama delapan bulan pertama tahun 2025, Australia masih menjadi pemasok biji gandum terbesar ke Indonesia dengan volume 3,45 juta ton, diikuti Kanada dengan 1,76 juta ton, Argentina 951.421 ton, Amerika Serikat (AS) 476.211 ton, Brazil 211.175 ton, Republik Federasi Rusia 158.400 ton, Ukraina 122.961 ton, India 36.490 ton, Moldova 3.768 ton.
Australia kembali menjadi sumber impor biji gandum terbesar bagi Indonesia setelah sempat mengalami penurunan drastis di tahun 2019 dan 2020 akibat bencana kekerigan parah yang disertai dengan bencana kebakaran lahan. Pada tahun 2019 impor biji gandum Indonesia dari Australia hanya sebanyak 891.387 ton, turun drastis dari 2,42 juta ton tahun 2018 dan 5,10 juta ton tahun 2017. Impor biji gandum dari Australia kembali pulih pada tahun 2021 menjadi 4,69 juta ton.
Penurunan volume impor biji gandum Indonesia di delapan bulan pertama 2025 mencerminkan terjadinya penurunan permintaan biji gandum di dalam negeri terutama akibat melemahnya permintaan produk pangan berbasis tepung terigu selama periode Januari-Agustus 2025. Penurunan tersebut terkait erat dengan kondisi perekonomian nasional selama periode delapan bulan pertama tahun 2025 yang sedang melemah.
Menurut data Aptindo, konsumsi tepung terigu Indonesia selama periode Januari-Agustus 2025 mencapai 5,02 juta ton atau setara dengan 6,43 juta ton biji gandum , turun sekitar 3,12% jika dibandingkan dengan volume konsumsi pada periode yang sama tahun 2024.
Pada tahun 2024 total volume impor biji gandum Indonesia dari dunia mencapai 12,15 juta ton, naik 11,7% dibandingkan dengan volume impor di tahun 2023 yang mencapai 10,87 juta ton. Australia memasok 3,10 juta ton, diikuti Ukraina dengan 2,59 juta ton, Kanada 2,55 juta ton, Argentina 1,39 juta ton, Republik Federasi Rusia 1,35 juta ton, AS 692.882 ton, Bulgaria 300.180 ton, Moldova 75.567 ton, Lithuania 71.500 ton, negara-negara lainnya 35.038,2 ton.
Sementara itu, total konsumsi tepung terigu nasional pada tahun 2024 mencapai 7,414 juta ton (setara dengan 9,505 juta ton biji gandum) yang terdiri dari tepung terigu produksi dalam negeri sebesar 7,413 juta ton dan tepung terigu asal impor sebanyak 8.000 ton.
Sekitar 71% dari total konsumsi tepung terigu nasional digunakan oleh sektor usaha kecil-menengah dan rumah tangga sebagai bahan baku untuk bakery, biskuit, kue, kue tradisional, mi basah, pancake, pastry serta dijual di pasar eceran. Selebihnya, sekitar 29% dikonsumsi oleh industri besar dan modern seperti untuk produksi mi instant, spaghetti dan lain-lain.
Selain dikonsumi di pasar domestik, Indonesia juga mengekspor berbagai produk turunan biji gandum, yaitu tepung terigu, produk makanan berbasis tepung terigu dan produk samping berupa pollard. Total nilai ekspor produk-produk tersebut pada tahun 2024 mencapai US$1,48 miliar, turun 2,9% dibandingkan dengan nilai ekspor tahun 2023 yang mencapai US$1,53 miliar.
Pada periode Januari-Agustus 2025 Indonesia mengekspor produk turunan biji gandum senilai US$944 juta terdiri dari tepung terigu US$17,0 juta (tubuh 17,4%), produk makanan berbasis tepung terigu senilai US$860,3 juta (turun 0,7%) dan produk samping senilai US$66,7 juta (tumbuh 44,5%). (YS)












