PERTAMA, untuk menggali berbagai perspektif pemikiran dari para pemangku kebijakan ( publik maupun privat) dalam kerangka alternatif pendekatan pembangunan industri menjadi keniscayaan jika ada initiative for policy dialogue. Tujuannya guna memastikan bahwa dari berbagai alternatif yang didialogkan terpilih satu alternatif sebagai pendekatan pembangunan industri untuk membentuk kebijakan di bidang industri yang sangat vital bagi penopang struktur perekonomian nasional.
KEDUA, ada beberapa isu strategis yang dapat menjadi acuan dalam kerangka membentuk kebijakan industri, antara lain : 1) arah politik industri yang berarti menjadi semacam idiologi industrialisasi yang menjadi referensi utama. 2) strategi dan kebijakan itu sendiri berfungsi untuk menjembatani strategi korporasi lokal maupun global dengan strategi pemerintah guna mewujudkan kemakmuran bangsa. 3) lebih spesifik bahwa policy dapat berfungsi sebagai instrumen untuk memelihara pertumbuhan perusahaan industri, baik skala besar, menengah, maupun kecil agar mereka mampu menciptakan sumber sumber keuntungan baru dari sekitar kompetensi inti bisnisnya.
4) melakukan pendekatan strategis melalui strategi – strategi kerjasama, yang memungkinkan perusahaan industri mampu memfokuskan diri pada kegiatan – kegiatan rantai nilai yang memberinya peluang untuk menghimpun semua keuntungan dari berspesialisasi. 5) industri harus bisa tumbuh di sepanjang daur hidup teknologi, dan dengan biaya transaksi yang rendah.
KETIGA, minimal hal-hal semacam itu dapat menjadi tema tema dalam mencari alternatif strategi dan kebijakan industri yang bisa dibahas dalam policy dialogue . Kita tahu bahwa portofolio industri terdiri dari kelompok – kelompok industri dari sekian banyak sektor industri. Persaingan global yang ketat memaksa pemerintah untuk selalu meninjau kembali dan mengubah portofolio industrinya dari waktu ke waktu.
Ada dua fokus yang selalu menjadi perhatian. Di satu masa, pemerintah selalu punya niat mengembangkan industri industri baru yang menarik, yang menjanjikan nilai tambah yang lebih tinggi, dan produktifitas yang makin tinggi. Pada saat yang sama, pemerintah juga berupaya merevitalisasi industri industri kuat yang sudah ada, dan memilki daya saing, dan juga melakukan restrukturisasi terhadap industri – industri yang makin terancam eksistensinya akibat daya saingnya rentan terhadap persaingan.
Satu catatan penting dapat disampaikan bahwa di era industri 4.0 diprediksi akan terjadi advanced manufacturing, yaitu ada teknologi 3D printing yang membuat pabrik jadi semacam mesin printer besar. Pabrik tidak lagi hanya intelligent ( karena ada robot) , tapi brilliant karena bisa melakukan prediksi, adaptasi, dan bereaksi lebih cepat.
KEEMPAT, itulah barangkali sejumlah fenomena industrial yang dari waktu ke waktu harus bisa difahami sebagai sebuah dinamika sehingga menghadirkan policy dialogue menjadi keniscayaan. Para analis industri semakin dituntut menjadi kelompok think tank yang handal untuk selalu menguasai persoalan industrial di tingkat policy maupun bisnis.
Dalam dunia yang semakin global dan penuh ketidakpastian, mereka harus bisa memahami kondisi di lapangan dari kelompok kelompok industri dari sekian banyak industri, yang dinamika dan fenomenanya serta permasalahan yang dihadapi tidak selalu sama. Dalam hubungan ini berarti harus bisa memahami dilema dan trade off di antara pilihan pilihan kebijakan yang tersedia. Di luar itu juga diperlukan kemampuan untuk merekomendasikan di antara berbagai pilihan kebijakan tersebut yang dapat dieksekusi sebagai prioritas.
KELIMA, dilema dan trade off diantara pilihan pilihan kebijakan sebenarnya sesuatu hal yang umum bisa terjadi dalam proses pengambilan keputusan. Contoh yang kini rame menjadi berita dunia adalah soal pengembangan mobil listrik. Ternyata pilihan kebijakan yang tersedia dari para produsen mobil listrik seperti tesla dan lain lain ada yang menggunakan baterai dari bahan nikel, dan ada yang memilih menggunakan litium.
Nampaknya menggunakan baterai dari litium jauh lebih ekonomis dan lebih ramah lingkungan ketimbang menggunakan bahan dari nikel. Sekali lagi inilah pilihan kebijakan yang dalam prosesnya tentu telah memperhitungkan berbagai pertimbangan dari yang bersifat politis, lingkungan hingga pertimbangan teknokrasi dan keekonomian.
Satu diskursus yang dapat kita fahami adalah bahwa setelah perang dingin, fokus geopolitik telah bergeser ke fokus geoekonomi. Negara-negara menjadi makin saling bergantung, dalam arti bahwa kemakmuran negara negara di dunia tergantung dari persaingan dan kerjasama masing masing diantara mereka. Terkait dengan ini, maka peran pemerintah dalam rangka mendukung industrialisasi minimal 5 faktor penting yang disampaikan pada alenia kedua diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam merumuskan strategi dan kebijakan industri nasional ke depan.
Akhirnya sebuah catatan penting harus disampaikan bahwa apapun pilihan kebijakan industri telah ditentukan, pada dirinya melekat tanggung jawab bahwa outcome dari industrialisasi harus dapat berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan ; penciptaan sektor ekonomi yang kokoh,dan fondamental bisnis yang kuat dengan menumbuhkan domestic value change ; serta pembangunan ekonomi industri yang inklusif dan berkeadilan sesuai dengan prinsip demokrasi ekonomi yang kita anut.