Gemabisnis.com, Jakarta–Upaya peningkatan pertumbuhan industri manufaktur di Indonesia, terutama industri agro, membutuhkan dukungan dari lembaga atau kementerian lainnya, tidak hanya bergantung pada satu kementerian.
“Pertumbuhan industri manufaktur membutuhkan dukungan dari kementerian lain, “ kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam silaturahmi akhir tahun dengan media, di Nusa Dua, Kamis (28/12/2024).
Menperin mencontohkan kondisi yang terjadi di industri coklat dan karet nasional yang kegiatan hilirisasinya terhambat oleh penyediaan bahan baku dari dalam negeri.
“Di industri coklat, dulu Indonesia adalah penghasil kakao nomor dua di dunia, namun kini merosot ,” ujar Agus Gumiwang Kartasasmita.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, produksi kakao Indonesia mencapai 650,6 ribu ton pada 2022. Angka ini turun 5,46 % secara tahunan (year-on-year/yoy) dari 2021 yang mencapai 706,5 ribu ton.
Menurut Menperin, penurunan produksi kakao itu tentunya mengganggu penyediaan bahan baku bagi industri coklat nasional yang jumlahnya lebih dari enam puluh pelaku industri.
“Saya mendapatkan keluhan dari industri coklat mengenai pasokan bahan baku kakao,” ujarnya.
Akibat keterbatasan bahan baku, ungkap Menperin, akhirnya pelaku industri coklat terpaksa melakukan impor dari beberapa negara produsen penghasil kakao.
Hal serupa juga terjadi pada industri karet, dimana industri olahan karet nasional masih terhambat oleh penyediaan bahan baku karet alam dari dalam negeri.
Menurut Menperin, sekarang Indonesia mengalami kesulitan untuk berkompetisi dengan Malaysia, Thailand dalam hal produksi karet alam.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, produksi karet di Indonesia pada 2022 mencapai 3,14 juta ton atau naik sebanyak 0,64 % dibandingkan pada 2021 yang sebesar 3,12 juta ton.
Namun, sebagian komoditas itu besar diekspor dalam bentuk karet mentah.Hal ini berdampak pada kegiatan industri hilirnya karena pasokan bahan bakunya jadi terbatas. Bahkan ada beberapa industri pengolahan karet yang terpaksa berhenti operasi karena kesulitan bahan baku.
Untuk itu, guna memacu industri agro dan industri manufaktur lainnya, Menperin meminta dukungan dari lembaga atau kementerian lain yang memiliki domain dalam hal produksi komoditas tertentu.
“Kami membutuhkan dukungan kementerian lain karena pertumbuhan produksi karet bukan domain kita. Begitu juga soal perkebunan kakao bukan domain kita,” pungkas Menperin. IK