Gemabisnis.com, JAKARTA – Eksportir beras terbesar India telah mengirimkan gelombang kejut ke pasar beras global sejak negara tersebut melarang ekspor beras putih di bulan Juli dan diikuti dengan penerapan kebijakan pajak ekspor pada bulan Agustus terhadap beras setengah matang dan kebijakan harga ekspor minimum untuk beras basmati. Para importir beras global kemudian beralih ke negara pemasok beras utama lainnya Thailand dan Vietnam, yang kemudian memicu kenaikan harga ekspor beras di kedua negara tersebut ke level tertinggi sejak tahun 2008.
Menurut laporan Departemen Pertanian Amerika Serikat (US Department of Agriculture), absennya beras putih India dari pasar global kini jauh lebih signifikan dibandingkan dengan 15 tahun lalu. Pada tahun 2008 harga melonjak setelah India (eksportir terbesar kedua ketika itu) menerapkan larangan ekspor terhadap beras non-basmati. Setelah mencabut larangan ekspor pada tahun 2011 India memperluas pengapalan dan menjadi eksportir beras terbesar pada tahun berikutnya, posisi yang terus dipertahankan sampai sekarang.
Pada tahun 2022 India mengekspor sedikit lebih banyak beras dari pada empat negara pengekspor lainnya dan menguasai sekitar 40% pangsa pasar global. India juga secara konsisten telah menjadi pemasok beras putih dengan harga terendah sejak tahun 2020, terutama untuk kawasan Sub-Sahara Afrika. Lonjakan harga beras dewasa ini secara khusus diperkirakan akan berdampak kepada negara-negara di kawasan yang tergantung impor tersebut.
Sebelum larangan ekspor beras India, harga beras dunia sudah lebih dahulu merangkak naik akibat tinggi permintaan negara-negara importir dan rendahnya produksi di sejumlah negara pengekspor beras. Indonesia yang sebelumnya menjadi importir minor dalam beberapa tahun lalu kini melipatgandakan impornya di tahun 2023 menyusul dikeluarkannya ijin impor sebanyak 2 juta ton oleh pemerintah. Thailand dan Vietnam adalah dua negara pemasok utama bagi Indonesia, sehingga permintaan ekspornya kini menjadi semakin tinggi padahal volume yang bisa diekspor dari Thailand dan Vietnam kini semakin terbatas dengan perkiraan stok berada pada level terendah dalam beberapa tahun terakhir ini.
Sementara itu, negara tetangga lainnya, yaitu Pakistan dan Myanmar kini (2022-2023) mengalami penurunan produksi beras. Walaupun harga beras di pasar dunia mengalami kenaikan tajam, namun belum menyentuh level harga tertinggi di tahun 2008 karena sejumlah alasan. Pada tahun 2008 India melarang ekspor baik beras putih maupun beras setengah matang, sedangkan kini India memperbolehkan ekspor beras setengah matang namun dengan pajak ekspor 20%. India juga telah membuat pengecualian berbasis kesepakatan G-to-G (pemerintah ke pemerintah) untuk beras putih walaupun volumenya sejauh ini tidak begitu besar.
Pada tahun 2008 negara pengekspor beras terbesar ketiga Vietnam juga melarang sementara penjualan baru yang menjadi penyebab utama semakin naiknya harga beras Thailand sedangkan tahun ini Vietnam terus melakukan ekspor. Pada tahun 2008 importir beras terbesar Filipina terus menerus membeli beras dalam jumlah besar di saat harga terus naik, sedangkan tahun ini Filipina menunda pembelian untuk menunggu harga turun. Minggu lalu harga beras mulai turun dari puncaknya. (YS)