Gemabisnis.com, JAKARTA – Kesadaran dan pengetahuan masyarakat mengenai antariksa dan satelit dinilai masih sangat rendah dan jauh tertinggal dari masyarakat di negara lain. Hal itu mengemuka dalam acara Diskusi Kelompok Terfokus (FGD) tentang “Mempertahankan Keberlanjutan Antariksa: Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi dan Pertahanan Nasional”, di Jakarta, Kamis (10/8).
Mengingat pentingnya masalah tersebut dan guna mendorong kesadaran masyarakat akan keberlanjutan antariksa dan pemanfaatan satelit, maka S. (Strategic) ASEAN International Advocacy and Consultancy (SAIAC) dan National Air and Space Power Center of Indonesia (NASPCI) menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) untuk berkolaborasi dalam program advokasi guna mempromosikan kesadaran mengenai keberlanjutan antariksa dan pemanfaatan satelit.
Siaran pers SAIAC menyebutkan penandatangan MoU tersebut dilakukan di sela-sela pembukaan acara FGD yang mendatangkan ahli-ahli industri, akademisi, pejabat militer, pejabat pemerintah pembuat kebijakan, dan pemangku kepentingan lainnya.
Menurut SAIAC dalan siaran persnya, peran satelit dalam beberapa dekade terakhir ini telah meningkat dengan pesat, dan bahkan Indonesia pada tahun 1976 sempat menjadi salah satu dari beberapa negara yang terdepan dalam hal teknologi satelit. Namun, negara lain seperti Amerika Serikat, India, Cina, Perancis, dll. terus maju meningkatkan ilmu dan inovasi dalam pembuatan dan peluncuran satelit. Kini, Indonesia sudah tertinggal jauh oleh negara-negara tersebut di bidang ini.
Di era “transformasi digital” dimana hampir semua aspek kehidupan sangat tergantung dengan teknologi (komunikasi, maritim, pertanian, pertahanan, perbankan, sosial, politik, ekonomi, dll) dan teknologi yang dimanfaatkan di seluruh dunia hanya bergantung dengan satu hal, yaitu “satelit & penggunaan antariksa”.
Perkembangan satelit telah maju pesat dan ini terlihat dari kecanggihan teknologi dimana, satelit menjadi makin kecil, makin kuat dan makin efektif. Namun, dengan meningkatnya peran satelit, jumlah satelit yang diluncurkan setiap tahun meningkat dengan pesat. Hal ini membuat wilayah low earth orbit (LEO) di Antariksa dipenuhi dengan berbagai macam satelit dari beberapa negara yang meluncurkan. “Sampah Antariksa” adalah salah satu ancaman masa depan, namun hal ini masih kurang diperhatikan.
Dokumen MoU yang ditandatangani oleh Shaanti Shamdasani selaku CEO SAIAC dan Marsekal Pertama TNI Dr. Penny Radjendra S.T., M.Sc., selaku Ketua NASPCI, bertujuan untuk menyediakan kerangka kerjasama untuk memulai program advokasi guna meningkatkan kesadaran serta memicu lebih banyak dialog antara pemangku kepentingan, akademisi, ahli dan pelaku industri, serta pembuat kebijakan mengenai pentingnya mengantisipasi masalah, tantangan, dan potensi ekonomi dari aktifitas satelit dan antariksa.
SAIAC menginisiasi MoU untuk mensinergikan program aksi bersama NASPCI guna memicu diskusi yang melibatkan para pakar, akademisi dan industri. Maksud dan tujuan dari kolaborasi ini adalah guna menumbuhkan kesadaran diantara para pemangku kepentingan mengenai pentingnya mengantisipasi meningkatnya aktifitas satelit dan antariksa saat ini. Tujuan utamanya adalah untuk memberi pemahaman mengenai beragam potensi manfaat yang dapat diambil, serta dampak yang ditimbulkan bagi beragam bidang kehidupan, termasuk telekomunikasi, perekonomian, keamanan, industri, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta lainnya.
SAIAC juga dengan aktif memberikan rekomendasi mengenai reformasi regulasi kepada Pemerintah sebagaimana dijelaskan Shaanti Shamdasani, CEO & Founder dari SAIAC.
Ketua NASPCI, Marsekal Pertama TNI Dr. Penny Radjendra S.T., M.Sc., juga menyoroti pentingnya topik keberlanjutan antariksa ditengah berkembang pesatnya industri satelit dunia, serta meningkatnya aktifitas sehari-hari yang bergantung pada insfrastruktur satelit. Wilayah antariksa merupakan wilayah yang contested, congested, dan underregulated sehingga isu-isu keamanan di antariksa juga berdampak bagi pertahanan negara, yang memerlukan perhatian besar.
Menurut Marsekal Pertama TNI Penny Radjendra, belum banyak disadari oleh publik pada umumnya bahwa satelit telah mendukung banyak aktifitas sehari-hari di berbagai bidang, mulai dari sektor keuangan, komunikasi, penyiaran, keamanan, pertahanan, maupun pemantauan cuaca. Pemerintah Indonesia juga terus berupaya meningkatkan kapasitas satelitnya untuk mendapatkan manfaat dari ekonomi antariksa. Oleh karena itu NASPCI memandang perlu untuk memfasilitasi lebih banyak diskusi diantara para pemangku kepentingan guna lebih memahami potensi antariksa, serta dapat mengantisipasi dampaknya bagi negara. (YS)