Gemabisnis.com, JAKARTA – Perusahaan pertambangan nikel PT Vale Indonesia Tbk (ticker: INCO) membukukan laba bersih US$98,1 juta pada kuartal pertama (Januari-Maret) 2023, naik 207% dibandingkan dengan laba bersih pada periode yang sama tahun 2022.
“Pada kuartal pertama 2023 harga nikel berada pada level yang mendukung sehingga mendongkrak laba bersih perusahaan mencapai angka yang tinggi. Selain itu, kami juga diuntungkan dengan menurunnya harga energi sehingga tidak menghambat kami dalam mempertahankan upaya kami melakukan perbaikan di semua aspek bisnis,” kata CEO dan Presiden Direktur Vale Indonesia Febriany Eddy dalam pernyataan resminya di Jakarta, Kamis (27/4) seperti dikutip kantor berita Antara.
Perusahaan mencatat kenaikan produksi nikel matte sebesar 21% pada kuartal pertama 2023 dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2022 menyusul selesainya pembangunan kembali tanur empat tahun lalu.
Febriany juga menjelaskan kelompok usaha tersebut berhasil memperoleh kenaikan harga 18% pada kuartal pertama 2023 dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2022 sehingga mampu mendongkrak kenaikan pendapatan sebesar 19% pada kuartal pertama 2023 dibandingkan dengan kuartal pertama 2022.
Di sisi lain, pengeluaran kelompok usaha Vale menurun 9% menjadi US$228,2 juta pada kuartal pertama 2023 jika dibandingkan dengan kuartal pertama 2022 yang mencapai US$251,2 juta.
Di luar kontribusi positif dari turunnya biaya energi, Febriany mengatakan penurunan pengeluaran perusahaan juga dipicu oleh kuatnya disiplin pengelolaan biaya dan upaya terus menerus untuk meningkatkan produktivitas dalam proses bisnis.
Vale Indonesia membukukan EBIDTA sebesar US$173,58 juta dan membelanjakan modal (capital expenditure) sekitar US$58,2 juta selama kuartal pertama 2023.
“Kami memperkirakan belanja modal sebesar US$132,2 juta dan US$585 juta untuk proyek pertumbuhan (termasuk untuk pertambangan dan investasi modal) sepanjang tahun 2023,” kata Febriany.
Hingga 31 Maret 2023 perusahaan berhasil memperoleh dana tunai dan ekuivalen tunai sebesar US$717,3 juta, naik 13% dibandingkan dengan posisi pada 31 Desember 2022 yang mencapai US$634,0 juta.
Menyusul peletakan batu pertama untuk proyek Morowali pada bulan Februari 2023, Febriany menjelaskan bahwa perusahaan dan mitranya segera melanjutkan pengerjaan proyek di lapangan, baik di areal pertambangan maupun di pabrik pengolahan.
Selain itu, sebagai bagian dari program sosial dan strategi ketenagakerjaan, perusahaan menyediakan pelatihan keterampilan bagi masyarakat di Kabuoaten Morowali dan Pomalaa, untuk memberdayakan dan mempersiapkan mereka agar memiliki kesempatan untuk bekerja di berbagai proyek Vale. (YS)