Gemabisnis, JAKARTA,– Industri kemasan dan percetakan berkembang seiring dengan semakin majunya suatu negara. Seperti Indonesia yang mempersiapkan diri menjadi bagian dari negara-negara OECD, maka isu penggunaan kemasan ramah lingkungan menjadi bagian dari penyesuaian kebijakan di dalam negeri.
Dalam acara temu pers jelang diadakannya pameran internasional All Pack Indonesia 2003 pada 11 – 14 Oktober 2023, Plt Sekjen Kemenperin Putu Juli Ardika menjelaskan penggunaan material kemasan yang 58% berasal dari plastik dan 28% berasal dari paperboard, maka Pemerintah melihat peluang ke depan akan lebih banyak kemasan yang diproduksi dari paperboard, karena bersifat ramah lingkungan.
“Penggunaan kemasan yang lebih ramah lingkungan juga menjadi salah satu proyek kami, terutama sejak adanya Indonesia Manufacture Centre, yang tujuannya mendukung program manufaktur industri Indonesia ke depannya,” tuturnya di Jakarta, Jumat (6/10).
Sejumlah industri juga banyak mengembangkan bio degradable plastic yang berasal dari tanaman seperti singkong dan micro Algae. Kami terus mendorong pertumbuhan industri kemasan bertumbuh lebih baik, yang terutama didukung perkembangan nilainya yang semakin meningkat.
Putu menggambarkan nilai pasar percetakan kemasan global terus melonjak di tahun 2023 yang mencapai US$375 miliar, diprediksi tahun 2028 meningkat menjadi US$525 miliar. Dengan meningkatnya pertumbuhan industri makanan dan minuman seperti yang digambarkan oleh Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (GAPMMI) Adhi Lukman di tahun ini antara 3% sd 4%, industri kemasan paralel mengalami pertumbuhan yang setara, papar Juli yang juga Dirjen Industri Agro Kemenperin.
“Industri makanan dan minuman yang di tahun 2022 bertumbuh 5% mencapai nilai bisnis antara Rp107 triliun sampai Rp110 triliun. Jika di tahun ini bertumbuh 6% maka nilai bisnisnya akan mencapai Rp116 triliun. Maka bagaimana industri kemasan dapat menjadi bisnis utama yang akan mampu mensubstitusi peranan bahan baku impor di dalam negeri,” tantangnya.
Hal senada juga dikemukakan oleh Ketua Umum GAPMMI Adhi Lukman yang menyatakan, dukungan teknologi di bidang pengemasan akan mendukung berkembangnya kemasan dan percetakan yang banyak dimanfaatkan oleh industri kecil dan menengah (IKM).
Dengan jumlah IKM yang mencapai 4,2 juta unit, maka saat ini mereka sudah tidak mengalami kendala dalam pencetakan dan pengemasan produknya, mengingat berkembangnya industri digital telah banyak memangkas rantai produksi menjadi lebih efisien.
Untuk itu menurut Chief Executive Officer Krista Exhibitions, Daud Salim pentingya untuk hadir pada ALLPack Indonesia 2023 yang merupakan pameran internasional ke 22 di bidang teknologi pengolahan dan pengemasan makanan, minuman, biskuit, konfeksioneri, farmasi/obat-obatan, jamu, kosmetika, personal care, kecantikan, pertanian, oli/cairan/kimia, elektronika, pendingin, dan industri terkait lainnya.
Bersamaan hal tersebut diselenggarakan juga pameran untuk industri percetakan yaitu AllPrint Indonesia 2023, merupakan pameran internasional ke 24 berbagai teknologi pencetakan, peralatan, dan suplai mesin. Kedua pameran tersebut diselenggarakan pada 11 Oktober hingga 14 Oktober 2023 di Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta.
“Pameran Internasional AllPack Indonesia dan AllPrint Indonesia 2023 tahun ini mengalami kenaikan peserta pameran sekitar 30% dari tahun sebelumnya. Diharapkan lebih dari 1100 perusahaan akan berpartisipasi, 200 perusahaan di antaranya adalah UMKM dan siap menarik lebih dari 35.000 pengunjung baik lokal maupun internasional.
Peserta pameran tahun ini berasal dari 19 negara seperti Singapura, Malaysia, Jepang, Vietnam, Korea Selatan, India, Jerman, Perancis, Italia, Tiongkok, Austria, India, Indonesia, Taiwan, Thailand, Inggris, Australia, Canada dan USA.
Melalui pameran AllPack Indonesia, AllPrint Indonesia 2023, kami akan membawa ratusan profesional di industri pemrosesan, pengemasan, otomatisasi, penanganan makanan & minuman, farmasi dan kosmetik ” ucap Daud. (LS)