Gemabisnis.com, JAKARTA–Dalam rangka memperkuat kolaborasi antara stakehokder untuk pemenuhan konsumsi pangan hewani khususnya di daerah rawan stunting, Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) melalui Kedeputian Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan, melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) Peningkatan Konsumsi Protein Hewani Asal Unggas untuk Pencapaian Skor PPH di Daerah Stunting pada Rabu (20/09/2023), di Bandung.
FGD ini bertujuan untuk menghasilkan rekomendasikebijakan pemenuhan konsumsi protein asal hewan terutama unggas dalam menjamin tercapainya target PPH.
Pada Kesempatan tersebut, Deputi Bidang Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Badan Pangan Nasional Andriko Noto Susanto menyampaikan ada 8 komponen penting dalam pemenuhan konsumsi protein hewani masyarakat.
“Pertama, menentukan kebutuhan protein asal unggas. Kedua, ekosistem hulu hilir perunggasan nasional. Ketiga, inovasi teknologi untuk pemuliaan dan budidaya. Keempat, peran stakeholder dalam produksi ayam dan telur nasional. Kelima, Offtaker untuk menjamin kelangsungan produksi. Keenam, pakan murah untuk produksi. Ketujuh, cadangan jagung nasional untuk pakan. Kedelapan, program bantuan pangan berupa sumber protein untuk peningkatan kualitas konsumsi,” ungkapnya.
Andriko juga menambahkan bahwa peningkatan skor PPH berpengaruh nyata tethadap penurunan stunting.
“Saat ini jika dilihat dari skor PPH, konsumsi pangan hewani secara nasional sudah mulai ideal. Selanjutnya, melalui kampanye B2SA yang semakin masif ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pola pangan yang beragam dan bergizi seimbang untuk mencegah gizi buruk, kurang gizi, dan stunting,” tambahnya.
Hal tersebut senada dengan yang disampaikan oleh Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi yang dalam berbagai kesempatan Arief menyampaikan bahwa dalam memerangi kurang gizi, gizi buruk, dan stunting Badan Pangan Nasional melaksanakan sejumlah program strategis serta prioritas, seperti penyaluran bantuan pangan untuk menurunkan stunting, kampanye penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal, penetapan dan penilaian skor PPH.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Pembibitan dan Produksi Ternak Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Kementan) Agung Suganda yang hadir sebagai narasumber secara daring dalam keterangannya menyampaikan bahwa produk unggas lokal untuk pemenuhan protein hewani secara nasional berkontribusi sebesar 23 % dari konsumsi protein hewani di Indonesia. Produk unggas menyumbang sebesar 60 % terhadap PDB peternakan, yang mana volume daging ayam dan telur menyumbang porsi yang cukup besar.
Hadir juga sebagai narasumber, Direktur Utama PT. Berdikari Syarkawi Rauf menyampaikan kesiapan PT. Berdikari dalam mendukung ekosistem perunggasan nasional dengan mengembangkan kemitraan baik hulu dan hilir serta pengembangan skema inklusif closed loop.
Turut hadir juga dalam kesempatan tersebut narasumber dari Direktur Komersial ID FOOD Nina Sulistyowati, juga Direktur Distribusi dan Cadangan Pangan yang menyampaikan perihal penyaluran bantuan pangan sumber protein untuk Keluarga Rawan Stunting (KRS) dan upaya perbaikan untuk penyaluran tahap selanjutnya.
Seluruh stakeholder yang hadir sepakat untuk dapat memenuhi kualitas pangan masyarakat akan protein hewani asal unggas diperlukan dukungan dari berbagai lintas sektor melalui sinergi dan kolaborasi. IK