Gemabisnis.com, JAKARTA – Perum BULOG memastikan bahwa per akhir JUli 2024 pihaknya telah melakukan pembelian beras impor sebanyak 2,4 juta ton dari total 3,6 juta ton persetujuan impor yang diberikan pemerintah kepadanya dan akan segera melakukan kontrak impor atas sisa ijin impor sebanyak 1,2 juta ton lagi yang pengapalannya akan direalisasikan sebelum akhir tahun ini.
Direktur Utama Perum BULOG Bayu Krisnamurthi mengatakan dari 2,4 juta ton beras yang sudah dibeli Perum BULOG dari pasar dunia itu sebagian diantaranya sudah masuk ke gudang-gudang Bulog, sebagian lagi sedang dalam proses bongkar di berbagai pelabuhan di Indonesia, dan sebagian lainnya masih dalam perjalanan menuju Indonesia.
“Saat ini kami sedang mengupayakan untuk segera melakukan kontrak impor atas 300.000 ton lagi, sedangkan sisanya 900.000 ton lagi diharapkan dapat segera menyusul ditandatangan kontraknya agar bisa masuk ke Indonesia sebelum akhir Desember 2024,” tutur Bayu di sela-sela acara makan siang dan dialog bersama wartawan di kantor pusat Perum Bulog, Jakarta, Jumat (30/8).
Tahun ini Bulog mendapatkan ijin impor beras lebih besar dari tahun 2023 lalu yang hanya 3 juta ton karena diperkirakan produksi beras tahun ini akan lebih rendah dari tahun 2023 akibat kekeringan yang melanda wilayah sentra produksi beras nasional. Pemerintah sendiri melalui Kementerian Pertanian berupaya mendorong produksi beras nasional dengan program pompanisasi untuk mengatasi kendala kekurangan air di areal pesawahan.
Selain mengadakan beras dari luar negeri, lanjut Bayu, Perum Bulog juga terus berupaya melakukan pengadaan gabah/beras dari pasar dalam negeri sendiri. Hingga saat ini Perum BULOG sudah berhasil melakukan pengadaan dalam negeri sebanyak 900.000 ton dan volumenya diharapkan akan terus bertambah pada empat bulan mendatang.
“Kami mengharapkan pengadaan beras dari dalam negeri ini akan terus bertambah hingga mencapai lebih dari 1 juta ton tahun ini. Dengan pengadaan beras dari dalam dan luar negeri itu, stok beras di gudang Bulog saat ini berada dalam posisi yang cukup aman, yaitu mencapai 1,5 juta ton,” kata Bayu.
Bayu melanjutkan, berdasarkan informasi cuaca dari Badan Meteorolgi Klimatologi dan Geofosika (BMKG), kondisi cuaca di sebagian besar wilayah Indonesia hingga akhir bulan September masih kering. Walaupun di bulan Oktober diperkirakan sudah turun hujan, namun masih belum merata di seluruh Indonesia sehingga diperkirakan musim tanam padi akan mengalami keterlambatan satu hingga satu setengah bulan.
“Karena itu, dipekirakan pada bulan-bulan Oktober hingga Februari atau Maret akan terjadi musim paceklik (tidak ada panen padi). Hal ini sebaiknya diantisipasi sedini mungkin dan kami di BULOG sangat mengharapkan pemerintah untuk menetapkan kebijakan impor beras tahun 2025 lebih awal,” tegas Bayu. (YS)