Gemabisnis.com, JAKARTA–Kementerian Perindustrian (Kemenperin) fokus untuk menjalankan program substitusi impor sebesar 35% hingga tahun 2022. Langkah tersebut diambil untuk mengakselerasi pemulihan ekonomi nasional, yang dijalankan secara simultan dengan upaya peningkatan utilisasi produksi, pendalaman struktur, dan peningkatan investasi di sektor industri.
“Kemenperin menargetkan penurunan impor di sektor industri logam, mesin, alat transportasi dan elektronika (ILMATE) sebesar Rp34,58 triliun hingga tahun 2022, dari total 115 Nomor HS atau komoditas,” kata Sekretaris Direktorat Jenderal ILMATE Kemenperin, M. Arifin di Jakarta, Kamis (09/06/2022).
Arifin menyebutkan, hingga tahun 2021, penurunan impor sektor ILMATE mencapai Rp21,74 triliun atau sebesar 25%. Hal ini juga dipengaruhi oleh dampak pandemi Covid-19, yang menyebabkan turunnya aktivitas produksi.
“Pandemi COVID-19 memberikan tekanan yang cukup signifikan bagi dunia industri. Pada sektor ILMATE sendiri, utilisasi merosot menjadi 53% sepanjang tahun 2020,” ujarnya. Namun seiring berkurangnya kasus Covid-19 dan upaya pemulihan ekonomi nasional, utilisasi sektor industri sudah menembus 60% pada triwulan I tahun 2022.
“Sektor permesinan sendiri telah menembus rata-rata utilisasi sebesar 64% dan sektor alat transportasi telah mencapai angka utilisasi sebesar 60%. Kenaikan utilisasi produksi ini patut disambut gembira dan perlu terus dijaga sehingga target penumbuhan utilisasi pada tahun 2022 sebesar 85% dapat tercapai,” papar Arifin.
Pada triwulan I-2022, realisasi investasi sektor ILMATE mencapai Rp50,8 triliun, yang didominasi oleh investasi baru di sektor industri logam dengan total sebesar Rp 39,67 triliun. Hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk mendorong peningkatan investasi pada industri smelter dan baja nasional sehingga dapat mensubstitusi produk impor.
Selain itu, sektor industri alat transportasi juga mulai mengalami peningkatan investasi, dengan mencatatkan penanaman modal hingga mencapai Rp8,16 triliun di Triwulan I-2022. Hal ini menunjukkan kepercayaan investor di Indonesia masih cukup tinggi seiring dengan kebijakan pemerintah menciptakan iklim usaha yang kondusif.
Arifin menegaskan, dalam memacu program substitusi impor 35% hingga tahun 2022, pihaknya telah melakukan beberapa langkah strategis yang meliputi peningkatan investasi dan utilisasi sektor industri manufaktur, tata niaga impor produk besi dan baja sebagai respons atas membanjirnya baja impor, serta pemberlakukan ketentuan impor pada beberapa elektronika yang telah diproduksi dalam negeri.
Selain itu, program pengendalian IMEI atas perangkat telekomunikasi berupa handphone, komputer genggam, dan tablet, pemberian insentif PPNBM bagi produk otomotif dan BMDTP industri sepeda sebagai langkah peningkatan daya saing industri, serta mendorong program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) pada pengadaan barang dan jasa pemerintah/BUMN.(NF)