Gemabisnis.com, JAKARTA – Indonesia diperkirakan akan menjadi pusat industri tepung terigu di kawasan Asia Timur dalam beberapa tahun mendatang seiring dengan terus berkembangnya industri tersebut di tanah air, demikian diungkapkan Franciscus ‘Franky’ Welirang, Direktur Indofood Sukses Makmur yang juga menjadi Ketua Umum Asosiasi Produsen Terigu Indonesia (APTINDO) kepada Gemabisnis.com belum lama ini.
Franky mengatakan pada dekade 1970-1998 ketika kendali masalah pangan nasional masih di tangan Badan Urusan Logistik (Bulog), di Indonesia hanya terdapat 5 pabrik tepung terigu. Setelah deregulasi dilakukan pemerintah perkembangan investasi pabrik tepung terigu terus meningkat sehingga pada tahun 2020 terdapat 30 pabrik tepung terigu di tanah air dengan total kapasitas penggilingan gandum 13,1 juta ton.
Menurut Franky, pada tahun 2022 ini kapasitas penggilingan diperkirakan akan kembali meningkat karena tahun ini akan ada dua pabrik baru lagi beroperasi sehingga jumlah total pabrik tepung terigu akan bertambah menjadi 32.
Pesatnya perkembangan investasi pabrik tepung terigu di tanah air tidak terlepas dari terus meningkatnya permintaan tepung terigu di dalam negeri. Hal ini tidak terlepas dari konsumsi tepung terigu di tanah air yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2018, misalnya, konsumsi tepung terigu nasional mencapai 6,59 juta ton atau setara dengan 8,45 juta ton gandum, naik 3,3% dibandingkan dengan tahun 2017.
Selanjutnya, konsumsi tepung terigu pada tahun 2019, 2020 dan 2021 berturut-turut menjadi 6,68 juta ton (setara dengan 8,57 juta ton gandum), 6,71 juta ton (setara dengan 8,60 juta ton gandum) dan 6,96 juta ton (setara dengan 8,93 juta ton gandum).
Tepung terigu sebanyak itu dikonsumsi oleh berbagai segmen pasar yang bervariasi mulai dari perusahaan mikro, kecil, menengah hingga perusahaan besar yang bergerak di bidang industri bakery, biskuit, kue kering, kue tradisional, mi basah, mi instant, pancake, pastry dan ritel.
Hampir seluruh kebutuhan gandum Indonesia selama ini dipenuhi dari impor. Berdasarkan data BPS yang diolah APTINDO, pada tahun 2021 Indonesia mengimpor lebih dari 11,48 juta ton gandum, naik 11,5% dibandingkan hampir 10,30 juta ton tahun 2020. Negara pemasok gandum bagi Indonesia diantaranya Australia, Ukraina, Kanada, Argentina, AS, India, Brazil dan Bulgaria.
Sebagian dari gandum impor tersebut tidak masuk ke industri tepung terigu tapi ada juga yang masuk ke industri pakan ternak karena memang diperuntukan sebagai campuran pakan ternak. Gandum yang dikenal dengan ‘feed grade wheat’ tersebut menjadi alternatif pengganti jagung khususnya ketika harga jagung melonjak tajam.
Menurut Franky, yang tidak kalah pentingnya dari keberadaan industri tepung terigu di tanah air adalah terus meningkatnya ekspor tepung terigu, produk samping dan produk makanan jadi berbasis tepung terigu. Pada tahun 2021 saja, misalnya, nilai ekspor produk-produk tersebut telah mencapai US$ 1,19 miliar, tumbuh 3,2% dibandingkan dengan tahun 2020 yang mencapai US$ 1,16 miliar.
Rinciannya, pada tahun 2021 nilai ekspor tepung terigu mencapai US$ 24,3 juta (naik 9,7% dari tahun 2020), ekspor produk samping US$ 134,1 juta (naik 9,4%), dan ekspor produk makanan berbasis tepung terigu US$ 1,03 miliar (naik 2,3%).
Beberapa negara tujuan ekspor tepung terigu, produk samping dan produk makanan berbasis tepung terigu Indonesia diantaranya PNG, Timor Leste, Malaysia, Hong Kong, Singapura, Filipina, Kepulauan Solomon, Vietnam, Australia, Kiribati, Brunei Darussalam, Thailand, Vanuatu, Korea Selatan, Sri Lanka, Myanmar, Arab Saudi, Jepang dan lain-lain. (YS)