Gemabisnsi.com, JAKARTA – Harga minyak bumi dunia anjlok paling tajam dalam kurun dua tahun terakhir pada Rabu setelah anggota OPEC Uni Emirat Arab (UAE) menyatakan mendukung untuk mengalirkan lebih banyak minyak bumi ke pasar untuk mengatasi ganguan pasokan akibat sanksi yang diterapkan terhadap Rusia setelah negara itu menginvasi Ukraina.
Kantor berita Reuters melaporkan harga kontrak berjangka minyak mentah Brent turun US$16,84 atau 13,2% menjadi US$111,14 per barrel, penurunan harga harian terbesar sejak 21 April 2020. Kontrak berjangka minyak mentah AS turun US$15,44 atau 12,5% menjadi US$108,70 per barel yang merupakan penurunan harian terbesar sejak November.
“Kami mendukung peningkatan produksi dan akan mendorong OPEC untuk mempertimbangkan tingkat produksi yang lebih tinggi,” Dutabesar Yousuf Al Otaiba mengatakan dalam sebuah pernyataan yang ditwit oleh Kedutaanbesar UEA di Washington.
UAE dan negara tetangganya Arab Saudi adalah diantara sedikit negara dari Oraganisasi negara-negara pengekspor minyak bumi (OPEC) yang memiliki kapasitas lebih dan dapat meningkatkan produksi.
Amerika Serikat (AS) telah menyeru negara-negara produsen minyak dunia untuk meningkatkan produksi jika memungkinkan.
“Dalam masa krisis seperi ini kita perlu pasokan lebih banyak,” kata Menteri Energi AS Jennifer Granholm kepada para hadirin di sebuah event industri di Houston.
“Saat ini kita membutuhkan produksi minyak dan gas ditingkatkan untuk memenuhi permintaan yang ada,” kata dia.
Tambahan pasokan dari OPEC dapat mengkompensasi sebagian kehilangan pasokan yang terjadi akibat gangguan penjualan minyak Rusia yang ditimbulkan oleh sanksi ekonomi AS dan negara-negara lainnya.
“Potensi kenaikan produksi ini sangat berarti. UAE kemungkinan dapat dengan cepat bahkan segera menambah pasokan baru ke pasar sekitar 800.000 barel, atau sekitar sepertujuh dari pasokan yang selama ini dilakukan Rusia,” kata Bob Yawger, direktur kontrak berjangka energi di Mizuho.
OPEC mengubah sikapnya pekan ini ketika Sekjen Mohammed Barkindo mengatakan pasokan semakin rendah dibanding permintaan.
Seminggu yang lalu OPEC dan sekutunya yang dikenal dengan OPEC+, menyalahkan persoalan deopolitik ketimbang kekurangan pasokan sebagai penyebab kenaikan harga dan memutuskan untuk tidak melakukan penambahan produksi dalam waktu dekat. OPEC+ yang didalamnya termasuk Rusia telah mentargetkan peningkatan produksi 400.000 barel/hari setiap bulan, dan telah menolak permintaan AS dan negara konsumen lainnya untuk memompa minyak lebih banyak.
Rusia adalah ekportir minyak mentah dan bahan bakar terbesar di dunia, mengapalkan sekitar 7 juta bpd atau 7% dari pasokan dunia.
Harga minyak mentah telah merosot selama sesi setelah Badan Energi DUnia (IEA) menyatakan cadangan minyak bumi dapat ditambah lebih banyak lagi.
“Jika ada kebutuhan, jika pemerintahan kami memutuskan demikian, kami dapat membawa lebih banyak minyak ke pasar, sebagai bagian dari response,” kata kepala IEA Faith Birol.
Birol mengatakan keputusan IEA minggu lalu untuk melepas 60 juta barel minyak dari cadangan strategis merupakan respons awal.
Level Cadangan Minyak Bumi Strategis AS (US Strategic Petroleum Reserve) merosot minggu lalu ke level terendah sejak Juli 2002 setelah pemerintahan Biden menyetujui pelepasan di bulan November sebagai bagian dari upaya yang lebih besar untuk mendorong pasokan bahan bakar AS. (YS)