Gemabisnis.com, JAKARTA – Kalangan pelaku industri minyak nabati India yang tergabung dalam the Solvent Extractor’s Association of India (SEA of India) mendesak pemerintah India untuk menaikkan hambatan tarif atas Refined Bleached and Deodorized (RBD) Palm Olein dari 12,5% menjadi 20%.
Desakan SEA of India itu dilatarbelakangi oleh terjadinya lonjakan impor minyak kelapa sawit, khususnya RBD Palm Olein dalam lima bulan terakhir yang mencapai 989.000 ton. Jumlah tersebut merupakan hampir 22% dari total impor minyak kelapa sawit India dan dianggap telah menurunkan utilisasi kapasitas industri minyak nabati domestiknya.
SEA of India dalam situs resminya menyatakan industri pengolahan minyak kelapa sawit India menderita kerugian akibat begitu rendahnya utilisasi kapasitas industrinya akibat impor RBD Palm Olein yang berlebihan. RBD Palm Olein impor tersebut hanya mendapatkan perlakuan pengemasan di India sebelum langsung masuk ke pasar India.
Karena itu, SEA of India menilai perbedaan hambatan tarif antara CPO dan RBD Palm Olein perlu dinaikkan dari saat ini 7,5% menjadi paling tidak 15% dengan mengenakan tambahan cess pertanian 7,5% pada RBD Palm Olein. Dengan demikian, RBD Palm Olein akan terkena 12,5% bea masuk dan 7,5% cess pertanian sedangkan CPO tetap hanya akan terkena bea masuk sebesar 5%.
Perbedaan hambatan tarif tersebut ditujukan untuk mendorong impor minyak kelapa sawit dalam bentuk produk mentah berupa CPO dan sebaliknya memberikan disinsentif bagi impor dalam bentuk RBD Palm Olein.
Sementara itu, stok minyak makan India pada 1 April 2023 di berbagai pelabuhan diperkirakan mencapai 978.000 ton yang terdiri dari 380.000 ton CPO, 211.000 ton RBD Palm Olein, 198.000 ton minyak kedelai dan 189.000 ton minyak biji bunga matahari. Selain itu, stok minyak nabati yang sudah beredar di pasar India mencapai 2,47 juta ton. Dengan demikain total stok minyak nabati India mencapai 3,45 juta ton, naik 22.000 ton dibandingkan dengan stok pada 1 Maret 2023. (YS)