Gemabisnis.com, JAKARTA–Tanaman sagu tidak hanya memiliki potensi besar terhadap pertumbuhan ekonomi dan industri nasional, namun memiliki manfaat yang begitu besar terhadap kelestarian lingkungan karena menyerap karbondioksida (CO2) lebih tinggi.
“Tanaman sagu memiliki laju penyerapan CO2 yang tinggi, yaitu sekitar 289 ton CO2/ha/tahun. Tanaman ini berpotensi menjadi salah satu kontributor perlambatan global warming, menjadi area konservasi air yang mencegah pengeringan lahan dan kebakaran, serta dapat menahan terlepasnya karbon dari lahan,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam sambutannya pada Pembukaan Rangkaian Sagu Expo di Jakarta, Rabu (2/10).
Namun, meskipun memiliki potensi lahan yang luas dan pemanfaatan yang beragam, saat ini pemanfaatan sagu masih rendah, kurang dari 4 persen dari luas areal sagu nasional atau sekitar 212.468 Ha.
Menperin menegaskan pihaknya berkomitmen untuk terus meningkatkan hilirisasi komoditas sagu melalui pengembangan diversifikasi produk, fasilitasi kerja sama antara industri pengolahan sagu dengan industri pengguna, mendorong program sertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), dan program restrukturisasi mesin atau peralatan bagi industri pengolahan sagu.
Selanjutnya, Kemenperin juga berupaya meningkatkan sinergi dengan pemangku kepentingan lainnya sebagai langkah mendorong percepatan pengembangan industri pengolahan sagu. Sebagai contoh, melalui pelaksanaan simposium pada Juli lalu, dengan melibatkan berbagai instansi terkait, baik dari pemerintah pusat dan daerah, akademisi maupun praktisi dan mendapat tanggapan yang sangat baik, khususnya dari daerah penghasil sagu.
Walaupun begitu, dia menegaskan, hilirisasi sagu tidak dapat tercapai secara maksimal jika Kementerian Perindustrian berjalan sendiri. Karenanya, diperlukan juga peran dan dukungan dari pemangku kepentingan lainnya, baik pusat maupun daerah.
Menurutnya, potensi sagu yang demikian besar masih dapat dieksplorasi. Agus mencontohkan, melalui penelitian dan pengembangan lebih lanjut, sagu dapat diolah menjadi pemanis, makanan olahan, farmasi, serta menjadi bahan baku industri biofuel dan bioetanol.
“Saya sangat mengapresiasi langkah tindak lanjut yang sudah dilakukan oleh Provinsi Papua sebagai tindak lanjut simposium dengan melakukan penjajakan ekspor poduk sagu dan olahannya ke beberapa negara Timur Tengah. Hal ini tentunya akan mempercepat pengembangan industri sagu di Indonesia,” kata Menperin.
Seperti diketahui, pemerintah terus mengakselerasi diversifikasi pangan lokal dan pengembangan usaha berbasis bahan baku lokal termasuk sagu dengan penerbitan Peraturan Presiden No. 81 Tahun 2024 tentang Percepatan Penganekaragaman Pangan Berbasis Potensi Sumber Daya Lokal.
“Diharapkan dengan peraturan ini, program pemerintah semakin fokus dan sinergi untuk mendorong percepatan pengembangan industri dan pemanfatan pangan berbasis bahan baku lokal,”
Direktur Jenderal Industri Agro Putu Juli Ardika menjelaskan, salah satu upaya Kemenperin untuk mewujudkan komitmen dalam mendorong pengembangan sagu dan berbagai produk olahannya menuju ketahanan pangan nasional adalah dengan menyelenggarakan “Sagu Expo: Pameran, Eksplorasi, dan Kreasi Produk Olahan Sagu” pada 2-6 Oktober 2024 di Pusat Perbelanjaan Sarinah, Jakarta.
Sagu Expo merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari pameran yang diikuti oleh 16 pelaku usaha pengolahan sagu, talkshow yang menghadirkan 18 narasumber dari pemerintah, akademisi, praktisi, dan industri, serta kompetisi, demo pengolahan sagu, dan kreasi produk olahan sagu.By