Gemabisnis.com, JAKARTA–Presidensi G20 Indonesia 2022 menjadi momen penting dan membanggakan bagi pelaku industri karena isu industri akan dibahas lebih mendalam, khususnya pada Trade, Investment, and Industry Working Group (TIIWG). Melalui forum tersebut, diharapkan dapat tercapai langkah-langkah konkret mengenai implementasi kerja sama antara para anggota G20 maupun stakeholders terkait.
“Indonesia sebagai salah satu negara industrialis dunia berkesempatan menjadi pelopor bagi pengembangan kerja sama ini, dan diharapkan hasil kerja sama ini akan bermanfaat bagi negara-negara G20 maupun negara-negara lainnya, khususnya negara-negara berkembang,” kata Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan dan Akses Industri Internasional (KPAII) Eko S.A. Cahyanto di Jakarta, Rabu (23/03/2022).
Dirjen KPAII mengemukakan, industri 4.0 menjadi isu penting yang akan dibahas dari enam isu prioritas di TIIWG. Terlebih, digitalisasi telah menghasilkan sistem produksi dan perdagangan generasi baru. Misalnya, e-commerce telah mengurangi biaya dalam perdagangan internasional, serta menghubungkan lebih banyak usaha kecil dan konsumen secara global.
“Oleh karena itu, kebijakan industri di masa ini harus memperhitungkan perdagangan digital modern dan adopsi teknologi digital pada industri. Dampak digitalisasi pada perdagangan dan industri tidak dapat dianggap terpisah,” paparnya.
Eko menjelaskan, transformasi digital di sektor manufaktur umumnya berupa manajemen, bisnis, dan model produksi yang baru untuk memfasilitasi inovasi dan pengenalan produk baru. Big Data, Cloud Computing, dan Artificial Intelligence tidak lagi menjadi domain eksklusif perusahaan teknologi saja. Sektor ekonomi tradisional juga sudah memanfaatkan peluang yang ditawarkan oleh digitalisasi untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing produksinya.
“Jadi, masa depan pertumbuhan di era industri 4.0 ini akan bergantung pada tingkat penyerapan teknologi tersebut dan penerapannya pada industri. Sayangnya, manfaat perubahan teknologi dan digitalisasi cenderung tidak merata dan hanya dimanfaatkan antarperusahaan di dalam suatu negara,” tuturnya.
Di bawah Presidensi G20 Indonesia 2022, TIIWG G20 memusatkan perhatiannya pada perlunya pendekatan terintegrasi untuk memajukan industri 4.0, serta memfasilitasi pendekatan inovasi dan transformasi digital untuk industrialisasi yang inklusif dan berkelanjutan. “Pendekatan ini melibatkan pemangku kepentingan dalam proses transformasi industri 4.0 dan bertujuan untuk mewujudkan ekosistem industri 4.0,” ungkap Eko.
Menurutnya, kerja sama internasional akan menjadi salah satu kunci dalam mengatasi tantangan ini, transformasi industri 4.0 dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. “TIIWG G20 membuka peluang pembangunan ekosistem yang mendukung percepatan industri 4.0 di tingkat domestik maupun internasional serta pemulihan Covid-19 yang kuat dan inklusif,” imbuhnya.
Lebih lanjut, TIIWG membuka Dialog G20 tentang industri 4.0 di antara anggota G20 dalam rangka memajukan industri yang inklusif dan berkelanjutan. Dialog tentang Industri 4.0 juga berpotensi menjadi platform utama untuk memajukan pemahaman bersama tentang masalah Industri 4.0 dengan perwakilan dari negara-negara G20 di seluruh ekosistem Industri 4.0.
Dalam kesempatan FMB9 yang diselenggarakan beberapa waktu lalu, Dirjen KPAII menyampaikan bahwa Kementerian Perindustrian akan menjadi penyelenggara dalam pertemuan pertama TIIWG di Solo, Jawa Tengah, pada 30 Maret – 1 April 2022. Kota Solo dipilih berdasarkan beberapa alasan. Pertama, Solo merupakan kota dengan sejarah kejayaan yang panjang di masa lalu, termasuk sebagai pusat industrialisasi di Pulau Jawa. Di Solo Raya, selama sepuluh tahun terakhir, industrialisasi berjalan cukup massif. Beberapa industri memilih Solo Raya sebagai homebase produksi.
“Bahkan, di Solo dahulu terdapat pabrik gula yang dibangun oleh Mangkunegoro IV dan merupakan pabrik gula terbesar di dunia saat itu,” ujar Eko. Di bekas pabrik gula tersebut atau yang dikenal sebagai The Tjolomadoe, akan dilakukan showcasing kemampuan industri dalam negeri.
“Pertemuan TIIWG di Solo diharapkan mendukung percepatan target Indonesia mencapai 10 besar ekonomi dunia di 2020. Melalui showcasing ini, kita bisa mengakselerasi target tersebut. Kami berharap, dengan presidensi G20 di tahun 2022 ini, semua bisa terwujud,” paparnya.
Selanjutnya, penyelenggaraan pertemuan tersebut diharapkan memberikan dampak langsung kepada masyarakat setempat. “Karenanya, kegiatan ini diselenggarakan di Solo dengan warisan budayanya yang akan menarik para delegasi, bukan dilaksanakan di kota besar,” jelas Eko.
“Pemerintah, akademisi, perwakilan dari masyarakat dan sektor swasta dapat berbagi pengalaman, pengetahuan, dan pandangan untuk mendorong kerja sama dalam rangka mempercepat implementasi industri 4.0,” ujar Eko. (NF)