Gemabisnis.com, JAKARTA–Indeks Kepercayaan Industri (IKI) bulan Oktober 2024 mencapai 52,75 (ekspansi), meningkat 0,27 poin dibandingkan dengan bulan September 2024 atau meningkat 2,05 poin dibandingkan dengan Oktober tahun lalu.
“Meningkatnya IKI bulan Oktober ini ditopang oleh terjadinya ekspansi 22 subsektor dengan kontribusi terhadap PDB Industri Manufaktur Nonmigas Triwulan II 2024 sebesar 97,7%,” ujar Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arif di Jakarta, Kamis (31/10/2024).
Adapun subsektor dengan nilai IKI tertinggi adalah Industri Minuman yang peningkatan IKI nya ditopang oleh peningkatan ekspansi seluruh variabelnya. Peningkatan pesanan domestik menjadi faktor utama peningkatan seluruh variabel pembentuk IKI subsektor Industri Minuman. Hal ini didorong oleh persiapan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak dan persiapan Hari Raya Natal serta Tahun baru.
Subsektor dengan nilai IKI tertinggi selanjutnya adalah Industri Barang Galian Non Logam. Meski demikian, ekspansi industri ini mengalami penurunan 3,32 poin dibandingkan bulan sebelumnya. Penyebab penurunan ekspansi ini diduga karena produk RRT yang masih mengambil pangsa pasar dalam negeri. Namun dengan terbitnya Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 70/2024 terkait Penerapan BMAD keramik yang mulai berlaku pada 28 Oktober 2024 hingga lima tahun ke depan, optimisme pelaku usaha industri ini mulai meningkat. “Pelaku Usaha mengapresiasi terbitnya PMK ini”, ujar Febri.
Sebaliknya, subsektor yang mengalami kontraksi adalah Industri Kayu, Barang Dari Kayu Dan Gabus (tidak termasuk furnitur) dsb. Hal ini terjadi salah satunya akibat penurunan ekspor produk kayu ke RRT, yang merupakan mitra terbesar, dimana pada September 2024 ini turun secara nilai hingga 17,85 % dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Kondisi ini merupakan imbas perlambatan ekonomi negara tersebut. Tidak hanya ke RRT, ekspor ke Jepang juga mengalami penurunan khususnya plywood dan blackboard, sebaliknya ekspor ke Uni Eropa mengalami peningkatan ekspor (16,7%(yoy)) di tengah tertekannya harga kayu. Selain itu, isu kebijakan geolokasi di Eropa membuat pembeli masih “wait and see” untuk melakukan pembelian selain isu lingkungan di Pasar Eropa.
Jika dilihat lebih detail, ekspansi IKI bulan ini juga ditunjang oleh berekspansinya ketiga variabel pembentuknya. IKI variabel pesanan baru mengalami ekspansi sebesar 51,62 pada bulan Oktober 2024, meskipun mengalami perlambatan sebanyak 0,33 poin dibandingkan September 2024 ini.
Demikian juga dengan nilai IKI variabel persediaan produk yang mengalami ekspansi sebesar 55,86 atau naik 0,01 poin, serta nilai IKI variabel produksi yang pada bulan ini juga mengalami ekspansi sebesar 52,56 (naik 1,44 poin). Kondisi ini juga tecermin dari persentase kondisi kegiatan usaha pada bulan Oktober yang cenderung stabil dan meningkat sebanyak 77,5%.
Pelantikan Presiden, Wakil Presiden, dan pembentukan Kabinet Merah Putih ditengarai mendorong optimisme pelaku usaha sektor industri. Hal ini nampak pada meningkatnya persentase pelaku usaha yang merasa optimis dan stabil menjadi 95,1%, dengan 73,3% pelaku usaha menyatakan optimisme terhadap kondisi usaha mereka. Angka ini naik 1,8% dibandingkan September 2024.
Febri menyebutkan, keyakinan mayoritas pelaku usaha ini didasarkan pada beberapa faktor, termasuk kebijakan pemerintah baru yang akan mendukung kondisi pasar dan iklim produksi yang lebih baik, meskipun isu perlambatan perekonomian global diperkirakan masih akan berlangsung hingga tahun 2025.
Febri menambahkan, beberapa faktor positif yang mempengaruhi IKI bulan Oktober, ini antara lain komitmen pemerintahan baru dalam menjalankan Program Makan Bergizi Gratis untuk anak sekolah, Program hilirisasi mineral dan hasil sumberdaya yang lain seperti Kelapa sawit, Kelapa, Kakao, penyelamatan PT. Sritex, serta penggantian kendaraan dinas Pejabat/Pimpinan Unit Kerja dengan kendaraan lokal. Faktor-faktor tersebut memberikan angin segar dan harapan pada pertumbuhan industri manufaktur, khususnya subsektor Industri Makanan, Minuman, dan Otomotif. “Meningkatnya permintaan dalam negeri merupakan kunci pertumbuhan industri manufaktur untuk saat ini hingga beberapa bulan ke depan, selama ketidakstabilan kondisi global terjadi,” ujar Febri.
Meskipun demikian, tenaga ahli IKI mengingatkan bahwa deflasi yang secara terus menerus terjadi perlu diwaspadai, mengingat hal tersebut menunjukkan penurunan daya beli masyarakat yang tentunya akan mempengaruhi permintaan dalam negeri. Namun, tren penurunan suku bunga diharapkan akan semakin meningkatkan investasi dalam negeri dan meningkatkan pertumbuhan sektor industri dan perekonomian Indonesia secara keseluruhan.
Lebih lanjut, Febri menjelaskan bahwa meskipun optimisme meningkat, namun masih terdapat pekerjaan rumah besar yang membayangi kinerja industri manufaktur, di antaranya persoalan impor, baik impor ilegal maupun dampak Permendag 8 tahun 2024 yang dianggap menurunkan permintaan terhadap produk domestik.
Masalah impor yang tidak kunjung usai ini ditengarai akibat belum optimalnya (PMK) Nomor 48 Tahun 2024 tentang Pengenaan Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP) terhadap Impor Produk Kain yang berlaku efektif 9 Agustus 2024, serta posisi pelabuhan impor yang justru menopang mudahnya produk impor yang merugikan industri manufaktur.
Data BPS menunjukkan terjadinya kenaikan impor produk tekstil sebesar 5,82% dibandingkan bulan Agustus 2024 setelah pemberlakuan BMTP tersebut. Febri menjelaskan, nilai IKI Oktober 2024 seharusnya bisa jauh lebih tinggi jika sudah ada kebijakan yang dibutuhkan oleh industri dalam negeri.
Kementerian Perindustrian telah mengusulkan pelabuhan seperti pelabuhan Sorong, Bitung, dan Kupang untuk segera dikembangkan sebagai tempat masuknya produk impor. Selain untuk mengurangi persaingan produk domestik dengan produk impor, pengembangannya juga akan meningkatkan kapasitas logistik di Indonesia.
Perpanjangan Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP) atas Impor Pakaian dan Aksesori Pakaian juga sedang diperjuangkan. Kemenperin berharap Permendag 8 tahun 2024 dapat dikembalikan ke Permendag 36 tahun 2023.
Selanjutnya, Kemenperin siap menjalankan program hilirisasi, baik untuk komoditas mineral maupun hasil sumber daya yang lain seperti kelapa sawit, kelapa, dan Kakao. “Selain itu, Pemerintahan Baru diharapkan dapat segera mengesahkan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang gas bumi untuk kebutuhan domestik,” pungkas Febri. BY