Gemabisnis, JAKARTA
Pemerintah menetapkan target penggunaan biodiesel dari minyak sawit sebesar 10,1 juta kiloliter (kl) pada tahun 2022, naik 8,6% dibandingkan realisasi penggunaan biodiesel berbasis minyak sawit 9,3 juta kl tahun 2021 lalu, demikian disampaikan Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Pertambangan Dadan Kusdiana belum lama ini.
Target penggunaan biodiesel sawit sebesar 10,1 juta kl tersebut cukup optimistis di tengah pandemi COVID-19 yang belum juga usai dewasa ini. Namun demikian optimisme itu cukup beralasan karena berdasarkan pengalaman empiris di tengah maraknya pandemi COVID-19 pada tahun 2020 dan 2021 penggunaan biodiesel sawit masih tetap tumbuh signifikan. Penggunaan biodiesel sawit di dalam negeri meningkat cukup signifikan sebesar 9,4% menjadi 9,3 juta kl pada tahun 2021 dari 8,5 juta kl pada tahun 2020.
Penggunaan biodiesel sawit selama tahun 2021 telah berhasil menghemat devisa negara sebesar Rp 66,54 trliun, naik hampir dua kali lipat dibandingkan dengan penghematan devisa yang dicapai pada tahun 2020 sebesar Rp 38,31 triliun. Hal itu terjadi karena penggunaan biodiesel sawit telah berhasil mensubstitusi minyak diesel (solar) yang selama ini harus diimpor dari luar negeri.
Dalam kesempatan itu Dadan juga memaparkan bahwa realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) subsektor EBTKE pada tahun 2021 mencapai Rp 1,93 triliun atau 134% dari target Rp 1,44 triliun. Komposisi PNBP berdasarkan pola pengusahaan dimana PNBP panas bumi sebagian besar (97%) berasal dari wilayah kerja panas bumi eksisting berupa setoran bagian pemerintah, sedangkan pemegang izin panas bumi (IPB) berkontribusi 3% untuk PNBP panas bumi.
Sementara itu, pengurangan emisi gas rumah kaca selama tahun 2021 mencapai 69,5 juta ton CO2 ekuivalen atau 104% dari target 67 juta ton CO2 ekuivalen. Kinerja lainnya adalah pencapaian Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) selama tahun 2021 mencapai 76,71% dari target 70% untuk PLTA, 38,97% dari target 35% untuk PLTP, dan 57,75% dari target 40% untuk PLTBio.
Menurut Dadan, porsi bauran EBT pada tahun 2021 telah mencapai 11,5%. Untuk mendorong percepatan pengembangan EBT guna mencapai target bauran EBT sebesar 23% pada tahun 2025, Kementerian ESDM antara lain akan segera menyelesaikan Rperpres Harga EBT, penerapan Permen ESDM PLTS Atap, Mandatori BBN, pemberian insentif fiskal dan nonfiskal untuk EBT, kemudahan perizinan berusaha dan mendorong permintaan energi listrik seperti pengembangan kendaraan listrik dan kompor listrik.
Selama tahun 2021 kapasitas pembangkit listrik EBT mengalami penambahan sebesar 654,76 MW, diantaranya dari PLTA Poso Peaker Expansion #1-4, PLTA Malea, 3 unit PLTP, PLT Bioenergi, 18 unit PLTM, dan 7 unit PLTS dan PLTS Atap.
Dadan mengatakan di tengah berbagai tantangan ekonomi global, selama tahun 2021 subsektor EBTKE masih bisa menorehkan angka investasi sebesar US$1,51 miliar atau 74% dari target US$2,04 miliar.
Untuk tahun 2022 Kementerian ESDM telah menetapkan target pencapaian bauran EBT dalam bauran energi primer sebesar 15,7% dengan energi yang dihasilkan sebesar 366,4 MBOE. (YS)