Gemabisnis.com, JAKARTA – Penggunaan gula kristal rafinasi (GKR) sangat membantu kalangan pelaku industri makanan skala kecil, menengah dan mikro dalam meningkatkan daya saing produknya di pasar sehingga mampu meningkatkan omset mereka karena konsumen semakin menyukai produk tersebut.
Hal itu diakui H. Hasbi, seorang pelaku industri kecil menengah dan mikro yang bergerak di industri makanan agar-agar kering di Desa Cibunar, Kecamatan Cibatu, Kabupaten Garut. Menurut dia, penggunaan GKR sangat membantunya dalam menghasilkan produk makanan agar-agar kering berdaya saing tinggi karena penggunaan GKR dapat menurunkan biaya produksi dan meningkatkan kualitas produk.
“Penggunaan GKR dalam produk makanan agar-agar kering mampu meningkatkan daya saing produk akhir baik dilihat dari segi biaya produksi maupun kualitas produk. Dengan demikian kami mampu menjual produk dengan harga yang sangat bersaing karena biaya produksinya lebih rendah dan dengan kualitas yang jauh lebih baik sehingga konsumen senang membeli produk kami,” tutur H. Hasbi kepada Gemabisnis.com belum lama ini.
Menurut H. Hasbi, penggunaan GKR telah terbukti meningkatkan omset penjualan produk makanan agar-agar keringnya secara sangat signifikan. Sebelum terjadinya pandemi COVID-19 dua tahun lalu, penggunaan GKR mampu mendongkrak omset penjualan usahanya dari rata-rata hanya beberapa ratus ribu rupiah/hari menjadi rata-rata Rp 2 juta/hari.
Walaupun di tengah pandemi COVID-19 penjualannya sempat merosot akibat berbagai pembatasan mobilitas orang dan barang, namun kini penjualan produk agar-agar kering produksi H. Hasbi mulai berangsur kembali meningkat seiring dengan kebijakan pelonggaran mobilitas orang dan barang yang dilakukan pemerintah.
“Walaupun belum 100% pulih omset penjualan produk makanan agar-agar kering kami kini berangsur meningkat kembali dan kini sudah mencapai omset penjualan Rp juta per hari atau sudah mencapai 50% dari kondisi sebelumnya. Semoga keadaan ini terus membaik dan kita bisa kembali pulih 100%,” tegas H. Hasbi yang kini memasarkan produk makanan agar-agar kering dengan merek ‘Hasna Rasa’.
H. Hasbi mengakui tantangan yang dihadapi pelaku usaha seperti dirinya saat ini jauh lebih berat dari sebelumnya terutama setelah pemerintah memutuskan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Karena, harga bahan baku terutama berupa agar-agar bubuk (powder) yang sebelum kenaikan harga BBM sudah naik sekitar 10% kini setelah kenaikan harga BBM kembali naik sekitar 25% sehingga mau tidak mau pihaknya harus menaikkan harga produk makanan agar-agar keringnya.
“Untungnya harga GKR tidak banyak berubah, walaupun sempat mengalami kenaikan namun harganya kembali turun belakangan ini sehingga secara keseluruhan harga GKR jauh lebih stabil jika dibandingkan dengan harga agar-agar bubuk,” jelasnya.
Kendati demikain, H. Hasbi mengakui untuk mendapatkan GKR di koperasi terkadang agak sulit karena seringkali ketika mau membeli GKR barangnya tidak ada atau sedang kososng. Padahal seharusnya koperasi itulah yang menjadi pemasok GKR kepada UMKM industri makanan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Hal itu biasanya disiasati H. Hasbi dengan membeli GKR dari agen yang secara kebetulan menyediakan GKR walaupun dalam volume terbatas, namun dengan konsumsi GKR yang hanya 50 kg/hari selama masa pandemi hingga saat ini agen tersebut selalu bisa menyediakan kebutuhannya. (YS)