Gemabisnis.com, JAKARTA – Rusia diperkirakan mampu mengekspor 50 juta ton biji-bijian bahan pangan termasuk gandum tahun ini menyusul berhasilnya panen komoditas biji-bijian negara tersebut tahun ini, demikian disampaikan Presiden Rusia Vladimir Putin di sela-sela jumpa pers bersama Presiden RI Joko Widodo di Istana Kremlin, Kamis (30/6).
Presiden Putin mengatakan Rusia telah menjadi dan tetap menjadi salah satu dari produsen dan eksportir utama produk makanan di dunia. Produk-produk pertanian Rusia diekspor ke 161 negara di seluruh dunia dimana tahun lalu volume ekspornya mencapai lebih dari 43 juta ton biji-bijian dimana 33 juta ton diantaranya berupa gandum.
“Tahun ini kami perkirakan panen biji-bijian berhasil dengan baik yang memberikan kita peluang untuk meningkatkan pasokan ke pasar luar negeri hingga 50 juta ton,” tegas Putin.
Begitu juga, lanjut Putin, Rusia siap untuk memenuhi permintaan pupuk nitrogen, fosfor dan kalium serta bahan baku produksi dari para petani Indonesia dan negara sahabat lainnya. Sebagaimana diketahui pangsa pasar Rusia di pasar pupuk mineral dunia mencapai 11% dan untuk beberapa jenis tertentu hingga melebihi 20%. Tahun lalu Rusia mengekspor 37 juta ton produk pupuk mineral ke luar negeri.
“Kami tentu saja memiliki niat baik untuk melanjutkan pemenuhan kewajiban kontrak yang ada untuk pasokan bahan pangan, pupuk serta energi dan barang-barang penting lainnya. Dalam hal ini kami menilai sangatlah penting untu memulihkan rantai pasok yang telah dicederai oleh adanya sanksi (dari negara-negara Barat),” tutur Putin.
Putin mengaku telah berkali-kali menekankan bahwa ketidakseimbangan pasar pangan merupakan konsekuensi langsung dari kebijakan makroekonomi yang tidak bertanggungjawab selama bertahun-tahun di sejumlah negara, tidak terkendalinya emisi dan akumulasi hutang tanpa jaminan. Kondisi tersebut diperparah dengan munculnya pandemi coronavirus.
Namun demikan, tambah Putin, negara-negara Barat tidak mau mengakui kekeliruan dari kebijakan ekonominya, bahkan lebih jauh melakukan destabilisasi produksi pertanian global dengan menerapkan berbagai pembatasan terhadap pasokan pupuk dari Rusia dan Belarusia, mempersulit ekspor biji-bijian Rusia ke pasar global, memperumit asuransi kapal-kapal curah pengangkut biji-bijian dan menetapkan pembayaran bank di bawah kontrak dagang. (YS)