Gema bisnis. com, Mekkah Al Mukarumah – Puncak kegiatan ibadah haji 2024 telah berlalu ketika jutaan jemaah haji dari semua penjuru dunia melakukan wukuf di Padang Arafah, Sabtu 15/06/2024).
Acara puncak di Arafah dimulai dengan sholat Zuhur yang dijamak dengan Sholat Ashar lalu dilanjutkan dengan kutbah wukuf yang disampaikan pembina ibadah haji atau tokoh agama di dalam tenda masing-masing kloter.
Isi kutbah yang disampaikan khotib mampu menimbulkan rasa haru dan tanpa terasa air mata menetes dari pelupuk mata sebagian besar jemaah, termasuk penulis yang berada di barisan tengah jemaah yang khusuk mendengarkan kutbah di tenda kloter 53 Jakarta yang terdiri atas 393 jemaah.
Haru karena dari miliaran umat Muslim yang ada di dunia ini, merekalah yang beruntung dipanggil Allah SWT untuk berhaji.
“Tak ada batasan ilmu, harta maupun pangkat dan golongan. Jika Allah berkendak, maka siapa pun manusia dapat datang ke tanah suci untuk menyempurnakan rukun Islamnya dengan melaksanakan ibadah haji, “ujar Kyai Haji Abdul Choir, pembimbing ibadah haji Kloter 53 JKG yang bertindak selaku khotib.
Menurutnya, jika ibadah haji didasarkan pada ilmu yang dimiliki umat, ada banyak orang yang punya dan paham ilmu agama Islam, namun mereka belum bisa datang untuk berhaji.
Begitu juga dengan batasan harta. Jika ibadah haji didasarkan oleh harta yang dimiliki, banyak orang kaya yang seharusnya memenuhi syarat itu. Namun tidak semua dari mereka mampu hadir di padang Arafah.
“Karena itu, beruntunglah kita yang ada di Arafah pada hari ini karena dimampukan dan dipilih oleh Allah untuk berhaji, “ ucap KH. Abdul Choir.
Usai kutbah wukuf, jemaah melakukan zikir dan doa.
Karena suhu di Arafah saat itu cukup tinggi yakni sekitar 46 derajat Celcius dan lokasi teduh di bawah pepohonan sudah diisi jemaah lain, penulis dan sebagian besar jemaah memilih untuk berzikir dan doa tetap di dalam tenda.
Wajah-wajah dengan air mata meleleh di pipi dan suara sesenggukan mewarnai pemandangan di dalam tenda saat itu.
Di saat itulah, jemaah melakukan perenungan atas apa yang telah dilakukan selama hidup. Teringat akan dosa yang telah dilakukan terhadap kedua orang tua, kakak, adik, suami, istri, anak dan tetangga serta orang lainnya.
Atas dosa-dosa yang telah dilakukan semua, jemaah memohon ampun kepada Allah SWT dan berjanji tidak mengulanginya lagi.
Di padang Arafah ini juga, jemaah haji memohon beragam doa kepada Allah SWT.
Hari wukuf di Arafah adalah waktu dan tempat yang tepat untuk memanjatkan doa, karena saat itu Allah SWT membuka pintu ampunan seluas luasnya dan menerima doa dari hambanya.
Dalam salah satu sabdanya, Nabi Muhammad SAW mengatakan, tiada hari di mana Allah lebih banyak membebaskan lebih banyak manusia dari api neraka dari hari Arafah.
Maka beruntunglah manusia yang dipanggil dan melaksanakan wukuf di padang Arafah saat itu.
Jemaah haji Indonesia tahun ini dapat melakukan kegiatan wukuf lebih nyaman. Mereka tidak lagi mengalami kesulitan mendapatkan pasokan makanan dan minuman.
Paket makanan siap saji yang terdiri atas nasi putih dan lauk yang dikemas dalam kantung khusus, terus berdatangan sesuai waktu. Jenis lauknya juga mengundang selera, seperti rendang daging, kari ayam, dan ikan gulai yang rasanya disesuaikan dengan lidah jemaah haji Indonesia . Snack dan minuman juga diberikan oleh petugas.
Soal toilet juga tak jadi masalah. Banyak toilet atau WC di lokasi tenda jemaah haji Indonesia. Tenda yang penulis tempati jaraknya hanya sekitar 20 meter dari lokasi toilet. Tak ada antrian panjang. Kantong pipis tak perlu digunakan. Padahal, sebelum berangkat ke tanah suci, penulis dan sejumlah jemaah lainnya sudah menyiapkan kantung pipis untuk mengantisipasi antrean panjang di toilet.
Apalagi saat masuk asrama haji Pondok Gede, salah satu stan penjual perlengkapan ibadah haji, berulang-ulang memutar rekaman suara berisi informasi, kemungkinan minimnya toilet di tanah suci sehingga jemaah perlu menyediakan kantong pipis. Ternyata kekhawatiran itu tidak terbukti di Arafah.
Sungguh beruntung jemaah haji yang ada di Arafah saat itu.