Gemabisnis.com, JAKARTA – Pemerintah Kyiv bermaksud membuka kembali fasilitas transit produk pangan dan biji-bijian melalui Polandia sebagai langkah pertama untuk mengakhiri larangan impor dalam pembicaraan yang dimulai Senin ini di Warsawa menyusul langkah sejumlah negara menghentikan impor biji-bijian dari Ukraina untuk melindungi pasar lokal produk pertanian mereka.
Pembicaraan tersebut kemungkinannya akan berlanjut hingga Selasa ini, kata seorang sumber yang mengetahui jalannya negosiasi tersebut kepada kantor berita Reuters, Senin (17/4).
Polandia dan Hungaria mengumumkan larangan atas sejumlah impor dari Ukraina pada Sabtu lalu. Slovakia mengatakan pada Senin bahwa negara tersebut juga akan mengambil langkah yang sama, demikian juga dengan negara-negara Eropa Tengah dan Timur lainnya yang juga mengatakan sedang mempertimbangkan langkah yang sama.
Sejumlah pelabuhan di Laut Hitam diblokir setelah invasi Rusia terhadap Ukraina dimulai pada Februari tahun lalu sehingga mengakibatkan kegiatan pengiriman produk biji-bijian Ukraina dalam jumlah besar terperangkap dalam antrian panjang di negara-negara Eropa Tengah. Harga biji-bijian produksi Ukraina itu jauh lebih murah ketimbang biji-bijian yang diproduksi di negara-negara Uni Eropa.
Para petani lokal mengatakan bahwa kondisi tersebut telah mengakibatkan harga biji-bijian mereka turut mengalami penurunan dan mengurangi penjualan mereka. Pemerintah negara-negara Eropa Tengah yang kini berada dalam tekanan telah meminta Uni Eropa untuk bertindak guna mengatasi kondisi tersebut.
Di Polandia, isu tersebut telah menciptakan permasalahan baru di tengah tahun pemilu khususnya bagi partai yang berkuasa yaitu Partai Hukum dan Keadilan yang mengandalkan dukungan masyarakat di wilayah pedesaan.
Larangan ekspor dan transit juga muncul sebagai kesepakatan untuk memperbolehkan ekspor jutaan ton biji-bijian Ukraina melalui Laut Hitam walaupun perang di Ukraina semakin mendekati batas akhir kesepakatan itu tanggal 18 Mei dan tuntutan Rusia telah mengakibatkan prospek dari perluasan ekspor itu menjadi tidak menentu.
Kombinasi dampak dari larangan-larangan tersebut dan kegagalan untuk menyepakati perluasan ekspor dapat berakibat jutaan ton biji-bijian Ukraina itu menjadi terkatung-katung. Ukraina memang dikenal sebagai produsen komoditas pertanian utama di wilayah tersebut dan ekspor produk pangan memberikan kontribusi yang substansial terhadap pembentukan PDB negara tersebut.
“Langkah pertama, menurut pendapat kami, seharusnya adalah pembukaan fasilitas transit, karena hal ini sangat penting dan ini harus dilakukan tanpa syarat. Setelah itu kita akan bicarakan persoalan lainnya,” kata Menteri Pertanian Ukraina, Mykola Solsky sebelum pembicaraan di Warsawa.
Sekitar 10% dari ekspor produk pangan Ukraina dilakukan melalui perbatasan Polandia, kata Solsky dalam tanggapannya yang dimuat di pesan aplikasi Telegram yang diunggah Kementerian Pertanian Ukraina. Sementara itu, pengiriman produk pangan Ukraina yang dilakukan melalui perbatasan Hungaria volumenya berkisar sekitar 6% dari total ekspor produk pertanian Ukraina.
Untuk mencegah biji-bijian Ukraina memasuki pasar Polandia, larangan Warsawa juga mencakup kegiatan transit melalui negara tersebut yang mengimpor 2,45 juta ton biji-bijian dari Ukraina pada tahun 2022 atau tiga perempat dari total impornya tahun lalu, demikian data Kementerian Pertanian Polandia.
“Tujuan akhirnya bukanlah larangan impor tersebut berlaku selamanya, tetapi untuk memastikan bahwa biji-bijian dari Ukraina yang seharusnya diekspor bisa dikirimkan menuju ke negara tujuan yang sesungguhnya,” kata Wakil Menteri Luar Negeri Polandia Pawel Jablonski kepada stasiun radio RMF.
Langkah Bersama UE Tidak Bisa Dihindari
Kemungkinan rintangan bagi perdagangan biji-bijian Ukraina kembali muncul pada Minggu setelah Slovakia menyetujui penghentian impor secara permanen menyusul langkah yang dilakukan Polandia walaupun Polandia masih mempertahankan kebijakan transitnya.
Menteri Pertanian Bulgaria juga mengatakan negaranya dapat membatasi impor, demikian dilaporkan kantor berita BTA.
Istvan Nagy, menteri pertanian Bulgaria mengatakan solusi dibutuhkan tidak hanya menyangkut negaranya saja namun lebih jauh dia menyebutkan bahwa langkah menyeluruh UE tidak bisa dihindari. Republik Ceko juga mendesak solusi yang lebih luas oleh UE seraya mengatakan untuk sementara waktu Ceko tidak akan menerapkan larangan impor.
PM Bulgaria, Hungaria, Polandia, Rumania dan Slovakia menyerukan isu tersebut dalam surat mereka ke Komisi Eropa bulan lalu. Mereka mengatakan penerapan bea masuk terhadap impor dari Ukraina seharusnya dipertimbangkan dan negara-negara tersebut juga mendorong diciptakannya sebuah mekanisme di UE untuk membeli biji-bijian murah dari Ukraina.
Seorang pejabat senior UE mengatakan para utusan negara-negara UE akan membicarakan larangan impor Polandia dan Hungaria pada Rabu ini setelah pejabat kelompok negara-negara tersebut pada hari Minggu mengatakan bahwa aksi unilateral tidak bisa diterima.
Pejabat tersebut mengatakan di tengah harga dan permintaan global yang sedang rendah sebaiknya biji-bijian dari Ukraina itu tetap berada di kelompok negara-negara itu dari pada dijual ke luar dari wilayah itu.
Ukraina biasanya mengekapor produk pertaniannya terutama biji-bijian melalui pelabuhan-pelabuhan di Laut Hitam yang sejak bulan Juli lalu dibuka blokadenya seiring dengan kesepakatan antara Rusia, Turki, Ukraina dan PBB ketika pemerintah negara-negara tersebut terus didorong untuk menurunkan harga guna mengatasi inflasi dan kemungkinan kelangkaan pangan.
Moskow mengatakan pekan lalu bahwa kesepakatan itu kemungkinan tidak bisa diperpanjang lagi kecuali negara-negara Barat mencabut berbagai hambatan yang diterapkan terhadap ekspor biji-bijian dan pupuk dari Rusia. Pada hari Senin Ukraina mengatakan kesepakatan ekspor biji-bijian melalui Laut Hitam kini terancam dicabut setelah Rusia memblokade inspeksi kapal-kapal pengangkut di wilayah perairan Turki. (YS)