Gemabisnis.com, JAKARTA – Harga logam timah melonjak Senin mencapai harga tertinggi dalam hampir dua bulan terakhir menyusul kabar mengenai pelarangan pertambangan timah di Myanmar, salah satu produsen utama logam solder tersebut, yang memicu kekhawatiran mengenai kelangkaan, demikian laporan kantor berita Reuters, hari ini (Senin, 17/4).
Kontrak timah acuan CMSN3 di London Metal Exchange (LME) diperdagangkan naik 7,6% di level US$26.745/ton dilantai bursa resmi setelah sempat mencapai US$27.705 yang merupakan harga tertinggi sejak 21 Februari 2023.
Negara bagian Wa di Myanmar akan menghentikan eksplorasi sumber-sumber pertambangan mulai Agustus, demikian menurut informasi resmi dari tentara negara bagian Wa bersatu.
Myanmar memiliki cadangan timah terbesar ketiga di dunia, menurut US Geological Suvey. Myanmar juga menjadi pemasok terbesar bijih timah ke China dengan pangsa 77% pada tahun 2022, demikian menurut data Bea dan Cukai China.
“Terjadi permaslahan di Myanmar pada bulan Januari dan Februari lalu yang memicu penurunan produksi di China sehingga pasokan menjadi ketat,” kata Jeremy Pearce, Market Intelligence and Communications Asosiasi Timah International (ITA) seperti dikutip Reuters.
ITA memperkirakan China mengkonsumsi sekitar 181.000 ton timah atau 47% dari konsumsi timah dunia pada tahun 2022 dimana sekitar 47.700 ton diantaranya atau sekitar 26% diimpor dari Myanmar dalam bentuk konsentrat timah.
Pada bulan Januari dan Februari 2023 China mengimpor kurang lebih 5.800 ton timah dalam bentuk konsentrat dari Myanmar, turun 55% dari periode yang sama tahun sebelumnya, kat Pearce.
Kebanyakan konsentrat timah Myanmar berasal dari pertambangan di negara bagian Wa yang kini ingin melindungi sumber-sumber pertambangannya.
“Pelarangan pertambangan timah tersebut tentu saja akan membuat pasokan timah yang kini sudah ketat menjadi lebih ketat lagi,” kata pialang Xinhu Futures seperti dikutip media milik pemerintah China, Shanghai Securities News.
Kendati demikian, hingga kini belum begitu jelas apakah larangan tersebut akan benar-benar diterapkan mengingat notifikasi semacam itu bukanlah yang pertama dikeluarkan pemerintah negara bagian Wa. Selain itu, instansi yang mengurusi pertambangan di negara bagian WA sampai saat ini belum menerima notifikasi khusus seperti itu, demikian laporan Xinhu Futures dengan mengutip sumber.
Sementara itu, secara teknis analis pasar Reuters Wang Tao mengatakan harga timah bisa menembus level resisten di US$27.461 dan menuju US$31.000/ton.
Harga logam lainnya bervariasi, kontrak tembaga CMCU3 turun tipis 0,4% menjadi US$8.982/ton, aluminium CMAL3 turun 0,6% menjadi US$2.370/ton, Seng CMZN3 turun 0,8% menjadi US$2.833/ton, timah hitam CMPB3 merosot 2,9% menjadi US$2.106/ton dan nikel CMNI3 naik 1,5% menjadi US$24.500/ton.
Para pedagang ramai memperbincangkan persoalan pasokan dari produsen terbesar dunia Indonesia yang telah mendongkrak harga di pasar. (YS)