• Home
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Pemberitaan
  • Kode Etik
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
Senin, September 15, 2025
GemaBisnis.com - Bersama Membangun Bangsa
  • Home
  • Hot News
  • Bursa Komoditi
  • Energi & Pertambangan
  • Kehutanan & Lingkungan
  • Perkebunan
  • Peternakan
  • Lainnya
    • Perikanan
    • Pangan
    • Hortikultura
    • Manufaktur
    • Opini
    • Umum
    • Ekbis
    • Profil
No Result
View All Result
  • Home
  • Hot News
  • Bursa Komoditi
  • Energi & Pertambangan
  • Kehutanan & Lingkungan
  • Perkebunan
  • Peternakan
  • Lainnya
    • Perikanan
    • Pangan
    • Hortikultura
    • Manufaktur
    • Opini
    • Umum
    • Ekbis
    • Profil
No Result
View All Result
GemaBisnis.com - Bersama Membangun Bangsa
No Result
View All Result

Seluruh Pabrik Pengolahan Karet di Sumatera Utara akan Tutup Permanen

Oleh: Edy Irwansyah, Sekretaris Eksekutif GAPKINDO Sumatera Utara

Admin by Admin
Juli 3, 2025
0
Kebijakan Tarif AS Berdampak Signifikan terhadap Ekspor Karet Sumut

Foto: Kementan

0
SHARES
77
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

Latar Belakang Historis dan Peran Strategis Karet di Indonesia

Tanaman karet pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada 1864 oleh Hofland pada masa kolonial Belanda, dan ditanam sebagai koleksi ilmiah di Kebun Raya Bogor. Sejak 1902, budidaya komersial mulai dijalankan, ditandai dengan lahirnya kebun karet rakyat yang menjadikan karet sebagai komoditas unggulan di berbagai daerah seperti Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Pada awalnya, Indonesia hanya mengekspor karet dalam bentuk lembaran (sheet), namun sejak 1968 melalui inisiatif Prof. Sumitro Djojohadikusumo—Menteri Perdagangan saat itu—Indonesia mulai mengembangkan industri pengolahan karet remah (crumb rubber) untuk meningkatkan nilai tambah ekspor. Sejak saat itu, karet tidak hanya berfungsi sebagai komoditas pertanian, tetapi juga menjadi bahan baku strategis bagi industri hilir seperti ban, alat kesehatan, dan komponen otomotif. Dalam sejarahnya, karet bahkan pernah menjadi penyumbang devisa terbesar dari sektor perkebunan.

Saat ini, karet alam tetap memiliki prospek cerah di pasar global. Konsumsi dunia pada tahun 2024 tumbuh sebesar 2,3%, didorong oleh permintaan sektor otomotif dan industri manufaktur. Negara-negara Afrika kini menjadi kawasan paling aktif dalam perluasan budidaya karet, menggambarkan bahwa banyak negara melihat masa depan cerah dari komoditas ini. Di tengah tren tersebut, rencana pemerintah Indonesia untuk mengonversi sekitar 2,7 juta ha lahan karet menjadi sawit justru menimbulkan polemik. Kebijakan ini dikhawatirkan akan melemahkan ekosistem yang telah dibangun lebih dari satu abad, melepas keunggulan historis Indonesia sebagai pemain utama karet alam dunia, justru saat peluang global masih terbuka lebar.

BacaJuga

POPSI Desak Pemerintah Tegakkan Kemitraan yang Adil dan Dorong Reforestasi Sawit Ilegal

Ekspor Karet Alam Sumut Juli 2025 Terkoreksi, Harga Mulai Menguat

Bila konversi lahan karet segera direalisasikan, berikut ini adalah potensi dampaknya di Sumatera Utara.

  1. Semua Pabrik Pengolahan Karet Remah di SUMUT Terancam Tutup Permanen

Tanpa pasokan Bahan Olah Karet (BOKAR) yang memadai, industri pengolahan karet remah tidak dapat beroperasi karena tidak tersedia bahan baku. Konversi lahan secara masif akan mengurangi ketersediaan BOKAR dari petani maupun perusahaan perkebunan, yang selama ini menjadi sumber utama pasokan untuk pabrik. Semua pabrik dalam posisi rentan. Jika pabrik-pabrik ini tutup permanen, maka seluruh rantai pasok dari petani hingga industri hilir akan terputus, menghentikan aktivitas ekonomi yang telah berlangsung selama puluhan tahun.

  1. PHK Massal dan Lesunya Ekonomi Daerah

Penutupan industri pengolahan karet tidak hanya berdampak pada perusahaan, tetapi juga lebih dari ratusan ribu tenaga kerja yang terkait akan kehilangan mata pencaharian. PHK massal akan sulit dihindari, baik terhadap karyawan tetap maupun tenaga harian lepas. Selain itu, usaha mikro dan kecil yang bergantung pada aktivitas pabrik—seperti warung, angkutan, dan logistik lokal—juga akan terdampak. Ekonomi daerah yang sangat tergantung pada komoditas karet akan mengalami pelemahan drastis, menurunkan daya beli masyarakat dan meningkatkan risiko kemiskinan struktural.

  1. Petani Karet Tersingkirkan dari Sistem

Tidak semua daerah penghasil karet cocok untuk budidaya komoditi selain karet. Banyak petani yang berada di dataran tinggi, tanah marginal, atau daerah berlereng curam tidak memiliki pilihan lain selain tetap menanam karet. Ketika pasar lokal menghilang karena tutupnya industri pengolahan, petani-petani ini menjadi kelompok yang paling dirugikan. Mereka kehilangan akses pasar, insentif untuk merawat kebun, dan mengalami tekanan ekonomi yang makin berat. Ketimpangan antarwilayah pun semakin melebar karena tidak semua daerah memiliki alternatif komoditas pengganti yang layak.

  1. Industri Ban Nasional Hadapi Krisis Bahan Baku

Indonesia memiliki sekitar 14 pabrik ban yang sangat bergantung pada pasokan karet remah (SIR) dari dalam negeri. Apabila bahan baku ini semakin sulit didapat akibat konversi lahan, maka industri ban terpaksa mengandalkan impor. Hal ini akan menimbulkan lonjakan biaya produksi, meningkatkan ketergantungan pada negara lain, dan menurunkan daya saing produk ban nasional. Dalam jangka panjang, tekanan ini bisa menghambat pertumbuhan industri otomotif nasional dan melemahkan kontribusi sektor manufaktur berbasis karet terhadap ekonomi Indonesia.

  1. Indonesia Kehilangan Posisi Strategis Global

Sebagai negara eksportir karet alam terbesar kedua di dunia setelah Thailand, Indonesia memiliki posisi strategis dalam menentukan arah pasar global. Indonesia juga merupakan anggota aktif dari International Tripartite Rubber Council (ITRC), bersama Thailand dan Malaysia. Forum ini berperan penting dalam menstabilkan harga karet dan mengatur keseimbangan pasokan. Namun, bila produksi dalam negeri terus menurun akibat konversi, Indonesia tidak lagi dapat mempertahankan peran tersebut. Perubahan status dari produsen menjadi pengimpor karet akan melemahkan posisi tawar Indonesia di pasar internasional serta mengurangi pengaruh dalam kebijakan perdagangan global.

  1. Kerusakan Rantai Pasok dan Hilangnya Efek Ganda Ekonomi

Rantai pasok karet di Sumatera Utara mencakup lebih dari 170.000 petani, puluhan pabrik, dan berbagai industri hilir seperti ban, sarung tangan medis, alat kesehatan, dock fender, alas kaki, dan barang jadi karet lainnya. Jika konversi lahan menyebabkan pasokan bahan baku terganggu, maka seluruh rantai pasok ini akan rusak. Efek ganda dari aktivitas ekonomi seperti penciptaan lapangan kerja, peningkatan ekspor, dan kontribusi terhadap pendapatan daerah juga akan ikut hilang. Ini bukan sekadar gangguan sektor primer, tetapi gangguan menyeluruh terhadap ekosistem industri nasional yang berbasis pada komoditas karet.

Kesimpulan

Karet bukan sekadar tanaman perkebunan, melainkan komoditas strategis nasional yang telah membentuk sistem ekonomi, sosial, dan industri selama lebih dari satu abad. Rencana konversi besar-besaran lahan karet menjadi sawit dapat menghancurkan fondasi tersebut, mulai dari hulu petani hingga hilir industri, termasuk posisi Indonesia sebagai pemimpin pasar karet global. Jika tidak ditinjau ulang secara menyeluruh, konversi ini berisiko menjadikan Indonesia bukan lagi produsen utama, tetapi pengimpor, serta melemahkan kemandirian industri nasional. (YS)

Previous Post

Kementerian BUMN Tunjuk Prihasto Setyanto Sebagai Plt Direktur Utama Perum BULOG

Next Post

Krakatau Konsultan Gelar Pelatihan AutoCAD bagi Lulusan SMK

Admin

Admin

Related Posts

Produksi Sawit Indonesia Terancam
Perkebunan

POPSI Desak Pemerintah Tegakkan Kemitraan yang Adil dan Dorong Reforestasi Sawit Ilegal

by Admin
September 2, 2025
0

Gemabisnis.com, JAKARTA – Perkumpulan Organisasi Petani Sawit Indonesia (POPSI) mendesak pemerintah untuk segera memperbaiki dan meningkatkan tata kelola perkebunan sawit...

Read more
Indonesia, Peru Mulai Perundingan IP-CEPA, Targetkan Selesai November 2024

Ekspor Karet Alam Sumut Juli 2025 Terkoreksi, Harga Mulai Menguat

Agustus 31, 2025
Indonesia Menangi Sengketa Biodiesel dengan UE di WTO

Indonesia Menangi Sengketa Biodiesel dengan UE di WTO

Agustus 25, 2025

Partisipasi Thailand di INAGRITECH 2025 Pamerkan Alsintan Sampai Teknologi Pertanian

Agustus 4, 2025

INAGRITECH 2025 Jadikan Thailand Pusat Inovasi Pertanian Asia

Juli 30, 2025
Next Post

Krakatau Konsultan Gelar Pelatihan AutoCAD bagi Lulusan SMK

BERITA TERBARU

Membangun Jiwa Entrepreneurship dari Kokohnya Masjid Kobe

September 15, 2025
Befood Setra Ramos Dukung Acara “ELF Reunion” Nobar Super Junior Bersama Befood Community

Befood Setra Ramos Dukung Acara “ELF Reunion” Nobar Super Junior Bersama Befood Community

September 4, 2025
BULOG, TNI Salurkan Bantuan bagi Pengemudi Ojol, Pasukan Orange, Masyarakat Umum

BULOG, TNI Salurkan Bantuan bagi Pengemudi Ojol, Pasukan Orange, Masyarakat Umum

September 2, 2025
KADI Lakukan Penyelidikan Antidumping terhadap Impor Hot Rolled Coils dari Tiongkok

KADI Lakukan Penyelidikan Antidumping terhadap Impor Hot Rolled Coils dari Tiongkok

September 2, 2025
Produksi Sawit Indonesia Terancam

POPSI Desak Pemerintah Tegakkan Kemitraan yang Adil dan Dorong Reforestasi Sawit Ilegal

September 2, 2025
Indonesia, Peru Mulai Perundingan IP-CEPA, Targetkan Selesai November 2024

Ekspor Karet Alam Sumut Juli 2025 Terkoreksi, Harga Mulai Menguat

Agustus 31, 2025
GemaBisnis.com - Bersama Membangun Bangsa

Gemabisnis.com adalah sebuah paltform informasi, investasi dan data yang berfokus pada bidang ekonomi dan bisnis, khususnya pasar komoditi di Indonesia dan global.

Follow Us

Kategori Populer

  • Bursa Komoditi
  • Ekbis
  • Energi & Pertambangan
  • Hortikultura
  • Hot News
  • Kehutanan & Lingkungan Hidup
  • Manufaktur
  • Opini
  • Pangan
  • Perikanan
  • Perkebunan
  • Pertanian
  • Peternakan
  • Profil
  • Umum
  • Uncategorized
  • Wisata

Berita Terbaru

Membangun Jiwa Entrepreneurship dari Kokohnya Masjid Kobe

September 15, 2025
Befood Setra Ramos Dukung Acara “ELF Reunion” Nobar Super Junior Bersama Befood Community

Befood Setra Ramos Dukung Acara “ELF Reunion” Nobar Super Junior Bersama Befood Community

September 4, 2025
  • Home
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Pemberitaan
  • Kode Etik
  • Disclaimer
  • Privacy Policy

Copyright © 2021 www.gemabisnis.com

No Result
View All Result
  • Home
  • Hot News
  • Bursa Komoditi
  • Energi & Pertambangan
  • Kehutanan & Lingkungan Hidup
  • Perkebunan
  • Peternakan
  • Perikanan
  • Pangan
  • Hortikultura
  • Manufaktur
  • Opini
  • Umum
  • Ekbis
  • Profil

Copyright © 2021 www.gemabisnis.com