Gemabisnis.com, JAKARTA – Penyaluran gula kristal rafinasi (GKR) dari industri gula rafinasi ke industri makanan dan minuman di dalam negeri selama periode Januari-Oktober 2023 mengalami penurunan sekitar 9% menyusul naiknya harga gula kasar (raw sugar) di pasar global yang terjadi nyaris sepanjang tahun ini.
Dalam sebuah perbincangan dengan wartawan Gemabisnis.com di kantornya belum lama ini, Direktur Eksekutif Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia (AGRI) Gloria Guida Manalu mengatakan penyaluran GKR dari industri GKR ke industri makanan dan minuman selama periode Januari-Oktober 2023 mencapai 2.557.780 ton, turun sekitar 9% dibandingkan dengan 2.841.636 ton pada periode yang sama tahun 2022.
“Penurunan penyaluran GKR ke industri makanan dan minuman sebesar 9% ini cukup besar, namun kami berharap pada sisa dua bulan terakhir di tahun 2023 terjadi kenaikan kembali konsumsi GKR karena adanya perayaan hari besar keagamaan Natal dan Tahun Baru dimana biasanya permintaan makanan dan minuman meningkat cukup signifikan,” tutur Gloria.
Menurut Gloria, harga raw sugar yang dalam kondisi normal berada di kisaran US$16-17 sen/lbs sejak awal tahun hingga kini merangkak naik menjadi US$26-27 sen/lbs. Dengan kenaikan harga raw sugar sebesar itu mau tidak mau industri GKR di tanah air yang selama ini menggunakan raw sugar sebagai bahan bakunya menaikkan harga jual GKR mereka ke industri pengguna GKR di dalam negeri, khususnya industri makanan dan minuman.
Kenaikan harga raw sugar di pasar global, kata Gloria, terjadi akibat penurunan pasokan/produksi raw sugar di sejumlah negara produsen utama khususnya yang mengalami fenomena cuaca El Nino tahun ini. Kondisi tersebut telah mengakibatkan terjadinya penurunan pasokan raw sugar di pasar dunia.
Akibat penurunan produksi raw sugar global itu, lanjut Gloria, sejumlah negara produsen utama yang selama ini menjadi sumber impor (pemasok) utama raw sugar bagi Indonesia seperti Thailand dan Australia membatasi ekspor raw sugar-nya karena memang ketersediaannya sedang rendah. Bahkan, India yang selama ini juga menjadi salah satu pemasok raw sugar ke Indonesia telah menghentikan ekspor raw sugar dengan alasan mengutamakan pemenuhan kebutuhan di dalam negerinya.
Menurut Gloria, negara pemasok raw sugar yang hingga kini masih bisa diandalkan karena ketersediaan raw sugar-nya cukup adalah Brazil. Sayangnya, selain jarak pengapalannya yang cukup jauh dari Indonesia, sampai saat ini pemerintah Indonesia masih mengenakan bea masuk yang jauh lebih tinggi terhadap raw sugar dari Brazil jika dibandingkan dengan raw sugar dari Thailand, Australia dan India.
Gloria mengatakan penurunan penyaluran GKR selama periode Januari-Oktober 2023 itu yang juga dapat diartikan sebagai penurunan konsumsi GKR oleh industri makanan dan minuman nasional, mengakibatkan naiknya volume stok GKR di produsen GKR nasional yang diperkirakan pada akhir tahun 2023 akan mencapai 480.000 ton. Stok akhir tahun 2023 itu tentunya akan menjadi carry over stock di awal tahun 2024.
Walaupun terdapat carry over stock GKR sebesar 480.000 ton di awal tahun 2024 dan terjadinya penurunan penyaluran GKR tahun 2023, lanjut Gloria, AGRI mengharapkan pemerintah untuk menerbitkan pesetujuan impor (PI) raw sugar tahun 2024 sama dengan PI tahun 2023, yaitu sebesar 3,6 juta ton. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi kenaikan permintaan GKR selama tahun 2024 karena adanya sejumlah event skala nasional selain hari besar nasional dan hari besar keagamaan seperti pemilihan presiden dan pilkada serentak seluruh Indonesia yang diperkirakan akan mendongkrak kebutuhan GKR di dalam negeri.
“Kami juga berharap agar penerbitan PI raw sugar tahun 2024 dilakukan lebih awal agar para anggota AGRI bisa merencanakan kegiatan impor raw sugar dengan lebih baik mengingat kami masih dihadapkan pada kondisi terbatasnya pasokan raw sugar di pasar dunia,” pungkas Gloria. (YS)