Kondisi ekonomi global yang tengah mengalami gangguan mengharuskan pemerintah negara-negara di dunia mengambil kebijakan yang diperlukan untuk menjaga perekonomiannya. Namun, pengambilan kebijakan harus juga memperhatikan dinamika pasar yang berkembang. Dinamika kebijakan harus selalu dekat di hati dengan dinamika pasar. Mengapa harus demikian?
PERTAMA, wilayah operasi antara kebijakan dan pasar tentu berbeda. Kebijakan adalah merupakan arah atau tindakan pemerintah untuk mencapai tujuan. Pasar adalah sebuah institusi yang pada dasarnya menjaga agar mekanisme pasar dapat berfungsi dengan baik tanpa distorsi. Tapi ketika mekanisme pasar mengalami gangguan, maka pemerintah dapat melakukan. intervensi kebijakan agar kerja mekanisme pasar kembali normal.
KEDUA, dunia kian mendung menuju awan gelap, dinamika kebijakan menjadi sangat dinamis dan bergerak cepat melawan dinamika pasar yang gelap awannya karena terselimuti kabut tebal inflasi.
Dinamika kebijakan bergerak ke arah titik paling nyata, yaitu mengusir inflasi yang sedang bergerak akan menjadi perfect storm (badai besar) yang akan merusak berbagai institusi ekonomi yang bergerak di sektor produksi barang maupun jasa.
Tidak ada dinamika kebijakan yang bergerak dengan putaran tinggi seperti sekarang ini untuk menghalau inflasi yang dibarengi dengan pelambatan pertumbuhan ekonomi. Arahnya sedang tidak fokus ke pertumbuhan tapi lebih ke stabilisasi ekonomi. Artinya, tengah mengupayakan agar terjadi normalisasi. Dinamika pasarnya sendiri sedang coba menahan diri agar tidak runtuh, tapi sampai kapan bisa bertahan jika remedynya tidak mujarab.
KETIGA, kapasitas intelektual para analis kebijakan, para pembuat kebijakan dan para analis ekonomi sudah tumpah ruah di pemberitaan luar negeri maupun dalam negeri tentang kondisi ekonomi global saat ini. Hal yang paling ditunggu adalah solusi dan mitigasinya. Ancamannya yang paling tidak diharapkan adalah PHK, dan “kebangkrutan massal”. Kondisi paling buruk ini ada dalam laporan WEF Januari 2021 tentang ancaman besar perekonomian global.Hulu ledaknya juga sudah disebut yaitu asset bubble, debt crisis, commodity shock, price instability, dan risiko konflik geopolitik. Lebih dari itu juga ada catatan bahwa jika inflasi tidak bisa dikontrol, maka dampak sosial ekonominya akan serius.
Penulis punya catatan sendiri, yaitu jika konflik geopolitik bisa berdamai, maka ancaman yang bersifat ekonomi, Insya Allah dapat mereda dan overheating akan turun tingkat pemanasannya. Berdamaiah bro sebelum perfect storm benar-benar datang.
KEEMPAT, respon kebijakan pasti akan dilakukan, utamanya oleh otoritas pengelola kebijakan moneter dan fiskal di seluruh dunia. Upayanya kurang lebih sama, yaitu stabilisasi dan normalisasi ekonomi.
Saat ini fokusnya bukan lagi sekedar recover together, tapi bersama – sama bergerak menciptakan stabilisasi dan normalisasi untuk penyelamatan ekonomi global.
Tidak banyak pilihan dari sisi global policy maupun regional policy, dan national policy. Tema utamanya adalah penyelamatan ekonomi global agar selamat dari ancaman kebangkrutan. Pengerahan sumber daya finansial yang paling dibutuhkan.
Utang global saat ini sudah mencapai 350% terhadap PDB global. Tindakan yang bersifat proteksi dalam negeri menjadi salah satu pilihan kebijakan yang sulit dapat dihindari. Upaya ini wajar jika harus dilakukan demi penyelamatan perekonomian nasional suatu negara. Karena itu, sebisa mungkin pasar dalam negeri harus dilindungi dari ancaman impor ilegal.
Dinamika kebijakan menghadapi tantangan berat karena berhadapan langsung atau head to head dengan dinamika pasar yang ancamannya kompleks. Kegamangan paling nyata kita rasakan dan dapat dicatat dari para analis kebijakan, analis ekonomi, para pemimpin dunia adalah kekhawatiran jika inflasi global tidak bisa diatasi atau luput dari rentang kontrol. Jadi, dinamika kebijakan gamang jika tidak bisa meredam gejolak pasar yang turbulensinya terjadi merata di berbagai belahan dunia di negara maju maupun di negara berkembang maupun negara miskin.
Kebijakan moneter dan fiskal harus menghadapi ujian berat.Dan beban berat yang menjadi pikiran adalah harus bisa menyediakan stok dana KONTIJENSI dalam jumlah besar. Deficit spending di APBN sulit dihindari untuk memberikan stimulus penyelamatan ekonomi dari datangnya ancaman kebangkrutan
KELIMA, pikiran menjadi tergoda lagi ke pandangan Adam Smith meskipun sudah dikoreksi oleh John Maynard Keynes.Narasinya Adam Smith mengatakan bahwa bila terjadi krisis yang parah, apa yang harus dilakukan? Dengan tegas dikatakan tetap tidak boleh ada campur tangan pemerintah karena bisa malah membuat ekonomi dan kompetisi tidak optimal. Dan ekonomi toh pasti selalu mendapatkan keseimbangannya karena ada “invisible hand” . Narasi ini oleh Alan Greenspan (mantan gubernur the fed AS) diperhalus dengan mengatakan bahwa pasar paling tahu apa yang terbaik, dan pemerintah akan melakukan tugasnya dengan baik jika selalu memberikan jalan. Pandangan ini praktis tidak menolak Adam Smith dan tidak juga menihilkan pikirannya Keynes.
Kompromi pikiran Alan Greenspan tersebut kemudian dikatakan bahwa kebaikan “invisible hand” dari pasar harus diimbangi oleh tata kelola pemerintahan yang baik ( the vertues of good governance).
Jika ketiga pendapat tokoh besar yang legendaris itu kita dijadikan acuan, maka dinamika kebijakan harus selalu dekat di hati dengan dinamika pasar. Dan dinamika kebijakan dengan berbagai model analisis yang dilakukan, ujungnya pemerintah tetap dituntut harus bisa memberikan jalan. Pasar akan berkontribusi tentang apa yang terbaik. Dengan demikian berarti bahwa memang harus ada harmonisasi hubungan secara fungsional antara public policy dan privat policy.
Kita juga harus banyak belajar dari pengalaman sejarah bahwa resesi ekonomi bisa saja terjadi karena goverment failure maupun juga bisa disebabkan karena private failure,dan atau bisa gabungan dari keduanya. Contoh, krisis utang UE tahun 2008 oleh banyak ahli kebijakan ekonomi dunia disebabkan karena goverment failure. Sedangkan krisis utang di AS pada tahun yang sama terjadi karena private failure.
Kita percaya bahwa jika tata kelola pemerintahan dan swasta sama baiknya, badai besar ekonomi yang menjadi ancaman dunia bisa ditanggulangi bersama. Jika badai besar itu datang juga, maka hampir dapat dipastikan biaya pemulihannya pasti besar. Runtutannya deficit spending juga akan bertambah besar, dan utang luar negeri pemerintah dan swasta angkanya bisa lewat dari angka saat ini yaitu 350% terhadap total PDB dunia.
Agresifitas kenaikan suku bunga the fed adalah dinamika kebijakan, tapi apakah dinamika pasar akan bergerak ke atap langit atau melandai dan turun ke bumi Wallahualam.
Yang pasti, dinamika kebijakan dan dinamika pasar bukan sebuah pertandingan, kemudian kita taruhan, siapa yang menang dan siapa yang kalah . No, tidak seperti itu, Yang kita butuhkan efektifitas kebijakan, dan harapannya, pasar meresponnya dengan sentimen positif.