Gemabisnis.com, JAKARTA – PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) memproyeksikan kenaikan produksi minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) sebesar 30% tahun ini menyusul terjadinya kenaikan produksi CPO Januari-September 2022 yang juga sebesar 30% dibandingkan periode yang sama tahun 2021.
Direktur Utama BWPT Henderi Djunaidi mengatakan pihaknya optimis tahun 2022 ini produksi CPO akan mengalami kenaikan sebesar 30% dibandingkan tahun 2021. Hal ini disampaikan Henderi saat Public Expose (paparan publik) Perseroan, Rabu (9/11).
Walaupun Henderi tidak menyebutkan angka pastinya produksi CPO Januari-September 2022 dan proyeksi produksi selama tahun 2022, namun dengan mengacu pada realisasi produksi CPO tahun 2021 yang mencapai 231.754 ton maka produksi CPO tahun 2022 diproyeksikan mencapai 301.280 ton. Henderi juga tidak menyebutkan faktor apa saja yang menyebabkan kenaikan produksi CPO tersebut.
Dengan kenaikan produksi CPO tersebut Henderi mengatakan nilai penjualan perusahaan juga mengalami kenaikan sangat signifikan. Selama periode Januari-September 2022 perusahaan membukukan penjualan senilai Rp 3,4 triliun, 17% di atas nilai penjualan sepanjang tahun 2021 yang mencapai Rp 2,9 triliun, dan 61% di atas nilai penjualan pada periode Januari-September 2021.
Menurut Henderi, EBITDA Perseroan tercatat sebesar Rp 806 miliar year-to-date, naik 40% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Perseroan mencatat adanya penurunan beban bunga sebesar 23% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Hal ini telah mengakibatkan ratio keuangan juga membaik selama dua tahun terakhir.
Henderi menambahkan operational excellence yang dicanangkan dan yang telah dijalankan secara konsisten, ditambah dengan Capex senilai Rp 200 miliar tahun ini untuk peremajaan alat berat, mesin pabrik, truk angkutan hasil panen, dan peningkatan kualitas infrastruktur secara signifikan menunjang efektivitas operasional dan produktivitas tanaman. Hasilnya dapat dilihat dari pertumbuhan produksi, performa operasional serta finansial.
Tahun 2023, lanjut Henderi, Perseroaan juga berencana untuk mengucurkan Capex senilai Rp 200 miliar antara lain untuk melanjutkan peremajaan alat berat dan mesin pabrik termasuk untuk membangun pabrik kelapa sawit (PKS) baru di Kalaimantan Timur dengan kapasitas olah Tandan Buah Segar (TBS) 30 ton/jam.
BWPT menerapkan aspek Lingkungan, Sosial dan Tata Kelola (Environment, Social, dan Governance atau ESG) dalam strategi bisnisnya, di mana hal ini sejalan dengan nilai perusahaan yang dituangkan dalam Kebijakan Keberlanjutan milik Perseroan.
Demi menjunjung tinggi prinsip berkelanjutan, berbagai langkah inisiatif perlindungan keanekaragaman hayati dan lingkungan telah dijalankan oleh Perseroan. Salah satunya, Proyek Arrtu, Mayak, Orang Utan Rescue (AMOUR) yang diinisiasi sejak tahun 2018, di mana Proyek AMOUR melindungi orangutan dan berbagai spesies lainnya di areal gambut sebesar 4.800 ha di Kalimantan Barat, yang menjadi habitatnya.
Perseroan juga secara aktif turut serta dalam program rehabilitasi hutan gambut di Rimba Raya Biodiversity Reserve di Kalimantan Tengah sejak tahun 2019. Bahkan, tahun ini, Perseroan juga tengah merintis inisiasi baru dalam rangka pelestarian kawasan hutan bakau di Desa Dumaring, Kalimantan Timur.
BWPT sendiri berkomitmen untuk mengurangi gas rumah kaca, dan saat ini, telah memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) Sukadamai di Kalimantan Selatan dengan kapasitas 2.400 kW yang resmi beroperasi sejak tahun 2020. Melalui PLTBg, limbah POME dari pabrik dapat diolah lagi menjadi listrik untuk dipasok ke PLN untuk membantu kebutuhan listrik di regional Kalimantan Selatan. Dengan penggunaan sumber daya terbarukan ini, Perseroan dapat mengurangi emisi sebesar 24.000 ton CO2 di sepanjang tahun.
Henderi menambahkan, selain beragam program perlindungan lingkungan, Perseroan juga telah menjalankan berbagai program pemberdayaan masyarakat dan komunitas di sekitar wilayah operasional Perseroan.
Saat ini, Perseroan menduduki peringkat ke-5 dari perusahaan sawit Indonesia dalam daftar ranking Penilaian Transparansi Kebijakan ESG Sustainability Policy Transparency Toolkit (SPOTT) dengan memiliki 1 sertifikat RSPO dan 6 sertifikat ISPO serta dalam waktu dekat akan menambah 1 sertifikasi RSPO dan 2 sertifikasi ISPO. Prinsip Tata Kelola Perusahaan yang baik, dengan menerapkan prinsip transparansi dan akuntabilitas adalah hal penting untuk Perseroan.
“BWPT meyakini pertumbuhan bisnis di tahun ini akan berlanjut hingga tahun-tahun depan. Untuk mencapai pertumbuhan ini, Perseroan berencana akan menambah pabrik di Kalimantan Timur, mengembangkan existing land bank, menerapkan operational excellence melalui mekanisasi, dan senantiasa menguatkan nilai-nilai ESG Perseoran,” papar Henderi.
Menurut Henderi, jajaran manajemen Perseroan optimis dapat meneruskan tren kinerja positif, kembali mencapai double digit growth dan meraih pendapatan all-time high di tahun 2022.
PT Eagle High Plantations Tbk Perseroan beroperasi di bidang perkebunan kelapa sawit yang memproduksi tandan buah segar (TBS) dan Pabrik Kelapa Sawit yang menghasilkan minyak kelapa sawit (CPO) dan inti sawit (PK). Pusat kegiatan operasional berada di Pulau Sumatera, Kalimantan dan Papua dengan total luas lahan perkebunan yang mencapai 112.000 ha dan total kapasitas pabrik kelapa sawit sebesar 2,5 juta ton TBS per tahun. PT Eagle High Plantations Tbk berkomitmen terhadap pertumbuhan keberlanjutan, salah satunya dengan mendapatkan sertifikat RSPO yang pertama pada tanggal 10 Mei 2019. (YS)