Gelaran G-20 baru saja usai. Pertemuan tingkat tinggi yang diadakan di Bali itu telah menghasilkan Deklarasi Bali yang berisi 52 paragraf kesepakatan. Dalam kondisi global yang masih banyak diwarnai berbagai masalah, G-20 menjadi tumpuhan bagi 8 miliar penduduk dunia. Mereka berharap mesin G-20 dapat berjalan lancar. Mengapa demikian?
PERTAMA, mengapa menjadi tumpuhan harapan 8 miliar penduduk dunia. Satu jawaban yang penuh asa karena G-20 adalah mesin utama pertumbuhan ekonomi global. Jika mesin utama itu rusak atau kalaupun bergerak, tapi putarannya rendah, maka dampaknya cukup merisaukan bagi kehidupan 8 miliar penduduk dunia dan lingkungannya.
KEDUA, menjadi mesin utama karena G-20 merepresentasikan lebih dari 2/3 penduduk dunia, 75% perdagangan global, dan 80% PDB dunia. Peran ini penting, dan mereka bertanggungjawab atas kinerja pertumbuhan dan stabilisasi ekonomi global untuk kesejahteraan penduduk dunia. Ketika terjadi krisis ekonomi, G-20 secara bersama – sama mengatasi krisis yang berdampak global, seperti Mexican peso crisis tahun 1994, Asian Financial Crisis 1997/1998, Russian financial crisis 1998, financial crisis 2007/2008. Diramalkan tahun 2023 akan terjadi krisis lagi, padahal ekonomi dunia tengah menapaki tangga pemulihan pasca pandemi COVID- 19 yang faktanya pandemi tersebut belum berhenti hingga kini
KETIGA, G-20 kini menghadapi situasi sulit karena disuguhi oleh ancaman ekonomi berupa gangguan rantai pasok akibat perang Rusia-Ukraina. Akibat dari itu, inflasi global belum berhasil dikendalikan sehingga dunia harus menerima kenyataan menghadapi ancaman krisis pangan dan energi. Bukan hanya itu situasi sulit yang menghadang, yaitu adanya ancaman terjadinya asset buble, debt crisis hingga ancaman terjadi nya krisis likuiditas dan kebangkrutan. Semua itu merupakan liability yang harus dipikul bersama untuk diatasi.
Pemulihan ekonomi saat ini harus dibayar mahal karena selama masa pandemi COVID- 19, utang global telah membengkak menjadi US$ 281 triliun atau 355% terhadap PDB global. Belum lagi utang dunia terhadap kerusakan lingkungan, juga membutuhkan biaya besar untuk mengatasinya. Wajar jika dalam laporan WEF Januari 2021, dunia menghadapi ancaman krisis likuiditas dan ancaman terjadinya kebangkrutan.
KEEMPAT, apakah forum G-20 mempunyai otoritas untuk mengatasi situasi sulit seperti itu. Tentu tidak karena forum G-20.tidak lebih hanya forum policy dialogue. Outputnya hanya berupa deklarasi atau komunike atau sekedar policy recommendation yang eksekusinya tergantung pada keputusan masing – masing negara anggota, dan atau kerjasama antar negara anggota, maupun oleh lembaga – lembaga multilateral seperti PBB dan sub ordinasinya seperti IMF, WHO, WTO dan lain – lain. Pada forum G-20 di Bali, Indonesia fokus pada 3 pilar utama, yakni arsitektur kesehatan global, transisi energi berkelanjutan, dan transformasi digital dan ekonomi. Deklarasi Bali menghasilkan 52 paragraf kesepakatan yang harus ditindaklanjuti oleh negara anggota walaupun sifatnya sukarela.
KELIMA, presidensi G-20 berikutnya adalah India. Sudah hampir pasti India akan memajukan tematik isu sesuai kebutuhannya. Kita tahu bahwa India kini juga ada di club BRICS. Hal yang pernah terekam di tahun 2006, PM Mamonhan Singh mengatakan bahwa dunia sekarang harus mengakomodir kebangkitan kekuatan -kekuatan Asia baru di tahun-tahun mendatang. Artinya, kita memerlukan lembaga-lembaga global atau aturan main global baru, yang dapat memfasilitasi kebangkitan secara damai negara-negara baru di Asia. Pikiran itu jelas warna Barat dan Timurnya, yaitu membangun perimbangan kekuatan ekonomi dunia. Tapi kita tidak bisa menduga-duga isu apa yang akan menjadi fokus agenda presidensi India tahun depan.
Kita berharap isu tentang pentingnya tatanan baru akan diajukan oleh India, meskipun ini berat. Yang pasti hampir semua negara di dunia memilki keyakinan bahwa perbaikan dan perubahan harus dilakukan, utamanya terkait aturan main baru untuk mewujudkan keseimbangan kekuatan ekonomi dunia seperti misalnya penggunaan mata uang lokal masing – masing dalam transaksi internasional, reformasi cadangan devisa global, hingga soal printing money dan sebagainya.
KEENAM, hal yang bisa diharapkan dengan nalar yang sama dari anggota G-20 adalah optimisme bahwa masih ada dunia yang lebih baik jika kita sepakat secara gradual untuk melakukan perbaikan dan perubahan dalam aturan main global. Menciptakan perdagangan yang adil telah menjadi tuntutan global, yang berarti dunia juga berharap ada perubahan disana sini terkait aturan main WTO.
Isu lain berkaitan dengan soal pengelolaan sumber daya alam , penanganan beban utang semua negara, penyelamatan bumi. Pergeseran kekuatan ekonomi dari Barat ke Timur tak terelakkan lagi ( Kishore Mahbubani). Barat melemah dan Timur menggeliat.Kita tahu bahwa tantangan besar yang dihadapi oleh ekonomi negara – negara Asia adalah mempertahankan angka pertumbuhan rata-rata 5-7% dalam tahun tahun mendatang. Kata Lawrence Summers beberapa tahun lalu bahwa mempertahankan angka rata-rata pertumbuhan 7% di waktu mendatang, penduduk Asia masih mampu mencapai perbaikan mutu kehidupan dalam satu generasi.
Semakin menarik bahwa tantangan lainnya yang dihadapi oleh ekonomi negara – negara Asia, terutama China dan India adalah bahwa mereka diharapkan untuk mengambil peran kepemimpinan lebih besar di tingkat global untuk membantu mengarahkan dunia melewati tantangan-tantangan yang muncul. Semoga India akan membuka pemikiran melalui inisiasi strategis dalam kepemimpinan presidensi mendatang.
Selamat Indonesia telah menyelenggarakan forum G-20 tahun 2022 dengan berhasil dan melahirkan deklarasi Bali sebanyak 52 paragraf. Jika hasilnya dieksekusi oleh seluruh anggota G-20, asa 8 miliar penduduk dunia dapat diamankan. Hal yang paling ditunggu ketersediaan pangan dan energi dengan harga yang terjangkau, dan berkurangnya angka pengangguran dan kemiskinan penduduk dunia sehingga daya belinya semakin terjaga.