Gemabisnis.com, JAKARTA – Setelah dilaunching oleh Menteri ESDM Arifin Tasrif pada 27 Juli 2022, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui pendanaan oleh Badan Pengelolaan Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) terus melakukan berbagai rangkaian uji kelayakan B40 (campuran 40% biodiesel pada bahan bakar solar) sebagai bahan baku penggerak mesin diesel.
Siaran pers Kementerian ESDM menyebutkan hasil uji Cold Startability (kemudahan penyalaan kendaraan pada temperatur rendah) oleh Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi “Lemigas” dan Balai Besar Survei dan Pengujian KEBTKE menunjukkan bahwa mesin kendaraan yang menggunakan B40 dapat dinyalakan dengan baik dan memenuhi standar yang ditetapkan, yaitu kurang dari 5 detik.
“Untuk hasilnya sebagai standar menghidupkan mesin paling lama 5 detik, dan catatan saya tadi paling cepat kira-kira 1 detik. Ini Bukti otentik kalau B40 siap digunakan di-engine,” jelas Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Dadan Kusdiana usai melakukan pengujian cold startability pada Road Test B40 di wilayah Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah di ketinggian 1.400 Mdpl, Rabu (26/10) dini hari.
Pada pengujian kali ini, terdapat 2 formula bahan bakar yang digunakan pada Road Test B40 yaitu formula pertama, B30D10 yang terdiri dari campuran 30% Biodiesel (B100*), 10% Diesel Nabati/HVO (D100) dan 60% Solar Murni (B0). Dan formula kedua B40 yang terdiri dari campuran 40% Biodiesel (B100*) dan 60% Solar Murni (B0).
Pengadaan bahan bakar Solar Murni dan D100 sendiri disediakan oleh PT Pertamina (Persero) dan untuk B100 dengan spesifikasi khusus disediakan oleh Asosiasi Produsen Biofuels Indonesia (APROBI) sebagai asosiasi dari Badan Usaha BBN Jenis Biodiesel.
“Kita memilih (formula) bahan bakar ini yang asalnya dari dalam negeri dan diproduksi dari kita. Untuk yang basisnya B40 diproduksi oleh Aprobi Biodieselnya, dan untuk tadi yang campuran 10% (Diesel Nabati/HVO) oleh Pertamina dan sekarang ekspor malah. Dua-duanya akan kita manfaatkan,” terang Dadan.
Selain melakukan uji cold startability, dilakukan pula beberapa pengujian. Salah satunya melakukan pengujian kualitas mutu bahan bakar dan pelumas yang bertujuan untuk mememastikan kualitas mutu bahan bakar sebelum dan sesudah dicampur sampai masuk ke dalam engine sesuai dengan kualitas mutu yang dipersyaratkan. Di samping itu, analisa pelumas untuk memastian dan membandingkan kualitas pelumas pada awal dan pelumas bekasnya.
Tim teknis uji jalan bahan bakar biodiesel B40 pada kendaraan bermesin diesel juga telah menyelesaikan beberapa pengujian antara lain analisis konsumsi bahan bakar, uji kualitas mutu bahan bakar dan pelumas, uji kinerja engine, uji stabilitas penyimpanan bahan bakar dan uji startability.
Setelah melakukan uji cold startability, tim uji teknis akan melakukuan uji jalan B40 dengan rute untuk kendaraan uji dengan kapasitas < 3,5 ton target jarak harian 650 km/hari dengan rute Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) Lembang – Tol Cileunyi – Ciamis – Kuningan – P3GL – Pemalang (puter balik) – Subang -Balitsa, dengan total jarak tempuh 50.000 km.
Sementara itu, untuk kendaraan uji dengan kapasitas > 3,5 ton target jarak harian 550 km/hari dengan rute Balitsa – Pasteur – Cikampek – Cipali – P3GL – Tegal (puter balik) – Cipali – Subang – Balitsa, dengan total jarak tempuh 40.000 km.
Sebagai informasi, pada acara uji cold startability turut hadir diantaranya Direktur Bioenergi, Kepala Balai Besar Pengujian Lemigas, Kepala Balai Besar Survei dan Pengujian EBTKE, jajaran Direksi BPDPKS, Direksi Pertamina (Persero) dengan Subholding, perwakilan APROBI, Gaikindo serta perwakilan ATPM, dan akademisi. (YS)