Gemabisnis.com, JAKARTA – Kalangan pengusaha India menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan pihak Indonesia untuk membeli 2,6 juta ton produk minyak kelapa sawit Indonesia untuk memenuhi kebutuhan di dalam negerinya yang terus meningkat khususnya menjelang perayaan Deepavali yang akan berlangsung 24 Oktober mendatang.
Komitmen pembelian produk minyak kelapa sawit oleh India tersebut merupakan bagian dari 22 nota kesepahaman yang ditandatangani kedua belah pihak di New Delhi di sela-sela kunjungan Misi Dagang Indonesia di India yang dipimpin Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan Senin (22/8).
“Khusus produk kelapa sawit total komitmen yang menjadi kesepakatan sebanyak 2,6 juta ton atau senilai US$3,16 miliar,” kata Mendag Zulkifli Hasan seperti dikutip siaran pers Kementerian Perdagangan hari ini, Selasa (23/8).
Para pelaku usaha yang turut berpartisipasi dalam misi dagang menyatakan, momen penjualan CPO ini sangat tepat mengingat Indonesia saat ini sedang berupaya mengembalikan pasar konsumen India, khususnya dalam memenuhi lonjakan permintaan kebutuhan minyak nabati menjelang Hari Raya Deepavali tanggal 24 Oktober 2022.
India merupakan tujuan ekspor CPO kedua terbesar setelah Tiongkok, dengan nilai ekspor pada 2021 mencapai US$3,4 miliar atau 25% dari total ekspor Indonesia ke India.
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memimpin delegasi misi dagang Indonesia ke New Delhi, India dan berhasil membukukan potensi ekspor dengan nilai sebesar US$3,2 miliar. Pada misi dagang yang berlangsung Senin (22/8), Mendag Zulkifli Hasan membawa 10 pelaku usaha dan eksportir Indonesia, serta asosiasi.
Kunjungan kerja Mendag Zulkifli Hasan ini merupakan misi dagang pertama Mendag Zulkifli Hasan ke luar negeri sejak menjabat 15 Juni 2022.
“Delegasi misi dagang Indonesia ke India berhasil membukukan potensi ekspor senilai US$3,2 miliar atau sekitar Rp46,98 triliun. Pontensi ekspor ini diperoleh dari penandatanganan 22 kesepakatan kerja sama (MoU) antara pelaku usaha kedua negara,” tutur Mendag Zulkifli Hasan.
Mendag Zulkifli Hasan menjelaskan, India dipilih sebagai kunjungan pertama ke luar negeri karena merupakan mitra dagang strategis RI.
“Kedua negara memiliki hubungan sejarah yang panjang dan erat, sesama negara G20 dan ekonominya saling mengisi karena kita saling membutuhkan satu sama lain,” tegas Mendag.
Mendag Zulkifli Hasan juga menjelaskan, penandatanganan sebanyak 22 MoU pada misi dagang tersebut meliputi produk-produk minyak kelapa sawit (CPO), olein, batu bara, furnitur, perkakas plastik, serta bubur kertas dan kertas dengan nilai total mencapai US$3,2 miliar.
Turut menyaksikan penandatanganan MoU yaitu Duta Besar Republik Indonesia untuk India dan Bhutan Ina Hagniningtyas Khrisnamurti dan Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Didi Sumedi Mendag Zulkifli Hasan menyampaikan optimismenya atas capaian misi dagang ini.
“Ini merupakan hari yang bersejarah bagi kedua negara kita. Di tengah situasi penuh ketidakpastian dan tantangan ekonomi, Indonesia dan India terus memperkuat kemitraan yang strategis khususnya dalam kerja sama perdagangan. Semoga kemitraan yang saling menguntungkan antara pelaku usaha Indonesia dan India, semakin erat dan berkelanjutan,” kata Mendag Zulkifli Hasan.
Kementerian Perdagangan, lanjut Mendag Zulkifli Hasan, terus berkomitmen untuk mendorong ekspor nonmigas. “Kementerian Perdagangan dan tentunya melalui perwakilan perdagangan di luar negeri juga siap membantu para pelaku usaha untuk meningkatkan ekspor dan memperluas pasar ekspor,” pungkas Mendag Zulkifli Hasan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang diolah Kementerian Perdagangan, total perdagangan Indonesia dan India pada Januari–Juni 2022 tercatat sebesar US$16,67 miliar. Total ekspor nonmigas Indonesia ke India pada periode tersebut tercatat sebesar US$15,3 miliar atau meningkat 75% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya sebesar US$8,7 miliar. Sementara itu, pada 2021 nilai perdagangan Indonesia dan India mencapai US$19,8 miliar dengan surplus bagi Indonesia sebesar US$6,3 miliar. Ekspor nonmigas Indonesia ke India pada 2021 tercatat sebesar US$13,11 miliar. (YS)