Gemabisnis.com, JAKARTA – Energi baru terbarukan (EBT) tengah menjadi primadona sebagai bahan baku energi yang ramah lingkungan dan rendah emisi, sejalan dengan ambisi pemerintah dalam membidik target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060 atau lebih cepat, dengan menunggangi EBT sebagai tulang punggung ketahanan energi nasional. Meski memiliki ambisi besar, pemerintah tidak bisa serta merta langsung meninggalkan energi berbasis fosil seperti batubara.
Plt. Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Muhammad Wafid menuturkan bahwa untuk mencapai NZE, batubara tetap diupayakan agar selaras dan tidak bertabrakan dengan arah kebijakan NZE, mengingat sumber daya batubara Indonesia cukup melimpah.
“Sumber daya dan cadangan batubara Indonesia saat ini masih cukup banyak dengan total sumber daya sebesar 98,5 miliar ton dan cadangan sebesar 33,8 miliar ton,” ujarnya ketika membuka Seminar Nasional Batubara yang digelar oleh Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi (PSDMBP) Badan Geologi dengan tema “Unlocking Hidden Gems in Coal Towards Net Zero Emission,” di Jakarta, Selasa (12/12) seperti dikutip siaran pers Kementerian ESDM, Kamis (14/12).
Wafid mengatakan ada asumsi yang keliru yang berpendapat bahwa industri batubara akan mengalami ‘sunset’, seiring dengan tumbuhnya EBT sebagai tumpuan dalam pemanfaatan energi. Padahal, untuk mencapai NZE dan hilirisasi mineral dunia, batubara masih sangat dibutuhkan. Hal itulah yang digali oleh PSDMBP, sesuai dengan salah satu tugasnya, yaitu untuk menggali dan menyediakan data potensi batubara di Indonesia.
Lebih lanjut, selain untuk mendukung hilirisasi mineral, kini PSDMBP juga tengah menggali potensi lain batubara dengan menginventarisasi batubara metalurgi di Indonesia sehingga batubara memiliki nilai tambah yang lebih tinggi.
“Sebelumnya batubara Indonesia dijual sebagai batubara termal saja, padahal untuk beberapa jenis batubara tertentu memiliki karakteristik sebagai batubara metalurgi yang berguna dalam industri baja dan smelter pengolahan mineral, sehingga harga jualnya jauh lebih tinggi daripada batubara termal,” bebernya.
Menutup sambutannya, Wafid menjelaskan dalam seminar batubara ini, akan dikupas lebih dalam mengenai perkembangan terkini hasil dari ekstraksi material maju dan asam humat dari batubara, di samping evaluasi gambut sebagai penangkap karbon (carbon storage) sehingga Indonesia bisa berperan aktif dalam karbon trading dunia.
“Seminar ini diselenggarakan untuk mengungkap hiddens gems, potensi, atau pemanfaatan lain dari batubara yang mungkin belum banyak kita ketahui. Saya berharap setelah mengikuti kegiatan seminar ini seluruh pemangku kepentingan yang bergerak di bidang batubara dapat bersama-sama bersinergi mendorong pengembangan dan pemanfaatan batubara serta membuka peluang dan percepatan pengungkapan potensi batubara untuk mendukung transisi energi dan NZE,” tutupnya. (YS)