Gemabisnis.com, JAKARTA – Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa Sastraatmaja mengatakan industri tekstil dan produk tekstil nasional dipastikan akan menghadapi tantangan berat di tahun 2023 akibat lesunya pasar TPT mancanegara sebagai dampak dari melemahnya perekonomian global yang diperkirakan akan semakin terpuruk tahun depan.
Menurut Jemmy, kondisi perekonomian global sudah terasa mengalami perlambatan sejak semester kedua tahun 2022 lalu (bulan Juli) dan terus berkembang ke hampir seluruh negara. Bahkan, menjelang akhir tahun 2022 ini hampir semua negara sudah merasakan imbas dari krisis ekonomi global tersebut dimana pertumbuhan ekonomi semakin melambat yang dirasakan di mana-mana.
“Untuk tahun 2023 saya proyeksikan permintaan di pasar ekspor khususnya di Eropa dan Amerika Serikat akan terus menurun, sedangkan negara-negara eksportir TPT seperti China dan Bangladesh akan terus berupaya mencari pasar baru dengan potensi pasar yang cukup besar,” kata Jemmy kepada Gemabisnis.com, Jumat (30/12).
Jemmy mengatakan Indonesia yang memiliki pasar TPT domestik yang cukup besar menjadi salah satu incaran para eksportir TPT mancanegara tersebut, padahal di Indonesia sendiri banyak industri TPT yang selama ini mampu memasok kebutuhan TPT baik untuk pasar domestik maupun untuk pasar ekspor.
“Di tahun 2021 kondisi global masih penuh dengan bantuan tunai langsung dan daya beli masyrakat terhadap product tekstil masih bagus. Selain itu, negara-negara produsen tekstil masih banyak yang belum normal akibat berbagai kebijakan pembatasan terkait pandemi COVID-19. Tetapi kondisi tahun 2022 terutama memasuki semester kedua (sejak bulan Juli) perlambatan ekonomi sudah dirasakan dan penurunan ekonomi global di rasakan di mana mana,” tutur Jemmy.
Karena itu, lanjut Jemmy, pemerintah harus bisa membendung arus impor TPT dari negara-negara produsen tersebut karena industri TPT di dalam negeri sendiri kini sangat mengandalkan pasar domestik mengingat permintaan di pasar global menurun dan Indonesia menjadi salah satu negara incaran negara-negara produsen TPT dunia.
Menurut Jemmy, jangan sampai produk TPT dari negara-negara eksportir dunia tersebut membanjiri pasar TPT nasional. Sebab, kalau sampai hal itu terjadi maka industri TPT di dalam negeri akan kehilangan pasar baik di pasar domestik maupun di pasar ekspor yang pasti akan berdampak buruk bagi kelangsungan industri nasional.
Sebelumnya, Menteri Perindutrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan pemerintah berencana untuk memperketat impor tekstil dan produk tekstil (TPT) dengan menerapkan kebijakan larangan terbatas (lartas) atas masuknya impor TPT sebagai upaya untuk menolong industri TPT nasional dari tekanan hebat akibat serbuan produk impor.
Rencana pemerintah itu sudah dibahas dalam rapat koordinasi yang dipimpin Menteri Perekonomian Airlangga Hartarto belum lama ini dan sudah disetujui serta akan segera diberlakukan awal tahun 2023 mendatang. Hal itu disampaikan Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita dalam jumpa pers akhir tahun 2022 dan seminar outlook industri 2023, di Jakarta, Selasa (27/12).
Menurut Menperin, pemerintah akan menggunakan instrumen kebijakan yang sudah ada dan yang paling cepat dan siap diimplementasikan sesegera mungkin. Kebijakan lartas tersebut kemungkinan hanya diterapkan selama enam bulan pertama tahun 2023 dan akan diterapkan secara selektif berdasarkan kode harmonized system (HS). Diharapkan kebijakan tersebut dapat segera mengendalikan praktik dumping yang kini marak dilakukan oleh para eksportir TPT mancanegara.
Beberapa kemungkinan kebijakan pembatasan impor TPT yang akan segera diambil pemerintah diantaranya adalah instrumen anti-dumping, anti-subsidi dan safeguard (pengamanan perdagangan), mengalihkan pengawasan impor dagang dari post-border di pasar dalam negeri (setelah barang impor masuk) ke pengawasan on the border (di pintu masuk barang impor) serta menerapkan kebijakan Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BMDTP) sementara dan terbats untuk impor bahan baku tertentu.
Selama masa pandemi COVID-19 banyak negara produsen TPT yang tidak hanya mengincar pasar Amerika Serikat tapi juga mengincar Indonesia karena Indonesia merupakan pasar yang besar. Mereka lebih gencar melakukan penetrasi pasar Indonesia setelah permintaan TPT di banyak negara turun akibat pembatasan mobilitas bahkan lockdown. Bahkan, para eksportir mancanegara itu rela melakukan praktik dumping untuk dapat menembus pasar Indonesia. (YS)