Gemabisnis.com, JAKARTA – Malaysia menguasai 84% ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) setelah pemerintah Indonesia memberlakukan larangan ekspor minyak sawit per tanggal 28 April 2022 lalu.
Demikian disampaikan Direktur the Center of Economics and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira seperti dikutip Ukragroconsult.com Senin (9/5).
Bhima mengatakan Malaysia sebelumnya menguasai pangsa sekitar 27% dari total produksi CPO dunia atau dengan kapasitas produksi 20 juta ton/tahun.
“Dengan absennya Indonesia di pasar CPO dunia setelah kebijakan larangan ekspor, Malaysia akhirnya menjadi pengendali 84% dari total CPO ekspor,” tuturnya.
Menurut Bhima, ini merupakan kesalahan dalam pengambilan kebijakan oleh pemerintah Indonesia yang mengakibatkan Malaysia mendapatkan ‘durian runtuh’.
Pertama, harga CPO setelah larangan ekspor naik 9,8% dibandingkan dengan harga pada bulan sebelumnya. Harga CPO per ton saat ini 6.400 ringgit Malaysia.
Kedua, importir minyak sawit khususnya dari India, China dan Uni Eropa akan mencari minyak sawit alternatif dari Malaysia.
Akibatnya, para petani dan ekosistem industri sawit di Malaysia dibanjiri dengan order/kontrak. Dikhawatirkan kontrak-kontrak tersebut berlaku minimum untuk satu tahun ke depan.
“Ketika larangan ekspor sawit dicabut, tidaklah mudah bagi para produsen minyak sawit Indonesia untuk mendapatkan pembeli potensial karena mereka sudah terikat dengan kontrak dengan Malaysia,” kata Bhima.
Adanya larangan ekspor minyak sawit juga membuat penerimaan valuta asing Indonesia dari ekspor minyak sawit senilai US$3 miliar/bulan menjadi hilang dan lari ke Malaysia.
Selain itu, ketika larangan ekspor minyak sawit ini dicabut, Indonesia tidak akan serta-merta mendapatkan kembali para pembelinya di pasar internasional.
“Tidak semua hal akan kembali secara otomatis seperti sediakala. Lebih-lebih dampak dari larangan ekspor minyak sawit ini telah menimbulkan trauma bagi para pembeli luar negeri akibat ketidakpastian kebijakan di Indonesia yang sangat tinggi,” tegas Bhima.
Sebelumnya, berdasarkan data dari ITS, sebuah perusahaan surveyor kargo, pada tanggal 1-5 Mei 2022 ekspor CPO Malaysia melonjak 67% dibandingkan dengan periode yang sama pada bulan sebelumnya. Pasokan yang cukup membuat harga terkoreksi. (YS)