PERTAMA, satu catatan harus disampaikan bahwa di balik utang ada piutang. Tapi mengapa persoalan utang selalu menarik perhatian untuk diingatkan . Dan mengapa hampir tidak ada dalam pemberitaan yang membahas tentang masalah piutang. Pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat dalam urusan rumah tangganya hampir tidak ada yang terbebas dari urusan utang- piutang. Ayo kita kuliti selintas pandang tentang utang-piutang ini.
KEDUA, utang adalah liabilitas, dan piutang adalah bagian dari likuiditas. Keduanya penting dalam urusan rumah tangga ekonomi karena jika sebuah rumah tangga ekonomi mempunyai liabilitas, maka yang bersangkutan harus memiliki sumber – sumber pendapatan yang likuid agar mempunyai kemampuan bayar yang tinggi dengan risiko gagal bayar yang rendah. Artinya, berutang tidak menjadi masalah bila sebuah rumah tangga ekonomi mempunyai likuiditas yang cukup agar mampu melunasi utangnya.
KETIGA, satu diskursus yang sudah kita rekam dalam ingatan adalah bahwa utang dan piutang ibarat sekeping mata uang logam. Liabilitas harus dibayar dengan likuiditas. Karena itu, sepanjang utang ditarik dan dicatat sebagai liabilitas menjadi tidak masalah jika dananya dipakai untuk menghasilkan likuiditas termasuk di didalamnya piutang lancar.
Utang harus dikonversi menjadi pendapatan dan profit. Berarti harus digunakan untuk keperluan investasi dan ekspor.atau untuk keperluan yang bersifat produktif. Jika dipakai untuk keperluan konsumsi akan menjadi racun mematikan.
Terkait dengan ini, maka ada sejumlah rasio keuangan yang penting untuk dianalisis yaitu rasio utang terhadap konsumsi, rasio utang terhadap investasi, rasio utang terhadap ekspor (yg dikenal dengan Debt Service Rasio/DSR), rasio utang terhadap impor, dan rasio utang terhadap pengeluaran pemerintah. Tujuannya agar tidak lagi dibuat dalam bentuk glondongan yaitu rasio utang terhadap PDB, sehingga para analis tahu langsung penggunaan utang terhadap berbagai jenis pengeluaran tersebut dengan berbagai risiko yang bisa menyertsinya.
KEEMPAT, apa catatan para ahli ekonomi tentang fenomena utang ini? Ada beberapa hal yang mereka berikan sebagai catatan penting, yakni : 1) utang luar negeri merupakan faktor kritis dalam pemulihan ekonomi pasca krisis karena biasanya berbagai progam stimulus ekonomi akan ditawarkan untuk penyelamatan ekonomi yang sumber dananya sebagian berasal dari pinjaman. 2) hal seperti itu biasanya akan membentuk pola utang yang selalu cenderung menjadi penentu untuk membuka penarikan utang baru. 3).dalam konteks utang pemerintah, utang biasanya ditarik sebagai sumber dana pembiayaan APBN. Karena itu, seringkali dilakukan dengan cara melonggarkan defisit anggaran. 4). utang menjadi beban berat bagi negara. 5) adakalanya konsekuensi akibat utang sangat dramatis, seperti terjadinya krisis utang. 6) umumnya beban utang tampak pada perjuangan suatu negara untuk menghindari kegagalan pengangguran. 7) pengangsuran utang, acapkali mengakibatkan sebuah negara mengorbankan pendidikan, kesehatan, pertumbuhan ekonomi, dan kesejahteraan rakyatnya.
KELIMA, catatan – catatan semacam itu bersifat universal. Sekarang ini utang tidak hanya menjadi beban negara berkembang dan negara miskin tapi juga menjadi beban negara – negara maju. Selama masa pandemi covid 19, keseluruhan utang global dari 3 kelompok negara tersebut mencapai USD 281 triliun atau setara 355% dari PDB global. Ancamannya yang bersifat terbuka adalah gagal bayar dan krisis utang. Biasanya akan diikuti oleh krisis likuiditas karena cadangan dana yang tersedia terkuras untuk menutup utang jatuh tempo. Ancaman selanjutnya adalah “kebangkrutan”. Ancaman-ancaman seperti itu per Januari 2021 pernah disampaikan oleh WEF yang disebut ancaman ekonomi negara -negara besar.
Dunia kini menghadapi masalah besar, yaitu pertumbuhan liabilitas bergerak seperti deret ukur, dan pertumbuhan likuiditas bergerak seperti deret hitung. Di sisi liabilitas beban yang paling berat adalah masalah utang dan pemanasan bumi dan kerusakan lingkungan. Pada sisi likuiditas, beban paling berat adalah menyediakan dana besar minimal 5-10 kali lipat dari beban liabilitas yang harus dibayar.
Catatan kritikalnya adalah sejak dunia terserang pandemi COVID-19,pertumbuhan utang global mencapai rata-rata 10%, sementara itu, pertumbuhan PDB global rata – rata kurang dari 5%. Berdasarkan data world economic outlook yang terbit Januari 2023, IMF memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi global tahun 2023 sekitar 2,9%, dan tahun 2022 sekitar 3 4%.,