Gemabisnis, JAKARTA – Jamur dapat Menyelamatkan Dunia. Pernyataan Paul Stamets seorang mycologist Amerika Serikat tersebut disebutkan Adi Reza Nugroho dari PT. Miko Bahtera Nusantara (MYCL) saat menutup paparannya. Inovasi produk bahan kulit dari jamur yang dilakukannya berhasil lolos kompetisi Pendanaan Perusahaan Pemula Berbasis Riset (PPBR) Batch I yang digelar Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Berdasar siaran pers dari BRIN, Adi telah ‘menyulap’ jamur menjadi produk fesyen.
Proposal Adi yang berjudul Kulit Jamur Misella Ramah Lingkungan dari Limbah Pertanian kolaborasi antara MYCL dan Pusat Riset Biomaterial BRIN menjadi salah satu dari sembilan (9) proposal yang menjadi penerima PPBR. BRIN mengumumkannya pada Webinar Fasilitasi dan Pendanaan Riset dan Inovasi (WALIDASI) Edisi Start Up BRIN #1 pada Kamis (17/2).
“Ternyata, selain dapat dikonsumsi, jamur dapat diubah menjadi material bangunan dan disulap menjadi produk fesyen yang mendunia. Sangat mungkin potensi ini dapat membawa Indonesia menjadi global sustainable leather leader dengan memanfaatkan limbah jamur yang berasal dari jamur endemik Indonesia.”
Bermula dari sebuah ide kreatif yang digagas Adi bersama timnya, mereka mengubah jamur menjadi bahan bangunan dengan komposit dan menghasilkan limbah mirip kertas. Setelah diolah kembali, limbah tersebut menjadi lebih fleksibel dan menyerupai kulit. Berkat kreativitas seorang desainer, kulit tersebut disulap menjadi produk fesyen dan akhirnya mengantarkan MYCL menuai kesuksesan. “MYCL berkolaborasi dengan enam global fashion brand, mengikuti Paris Fashion Week dan sukses mencatat sales agreement dengan total nilai lebih dari US$10 juta.”
Namun tak lama kemudian kendala muncul. MYCL kewalahan menerima begitu banyak permintaan kulit dari beberapa industri fashion. Gerak cepat Adi berkolaborasi dengan Pusat Riset Biomaterial BRIN didampingi Dede Heri Yuli Yanto Peneliti Pusat Riset Biomaterial BRIN menjadi pilihan cerdas. Kerja sama tersebut mempercepat inovasi, kapasistas produksi dan skillability produk kulit MYCL.
Ternyata kerja sama MCYL dan BRIN yang digagas tahun 2019 banyak mendatangkan keuntungan bagi MYCL. Pertama, MYCL dapat mengakses koleksi jamur yang tersimpan dalam fasilitas riset BRIN. Setelah melakukan screening jamur selama dua (2) tahun, MYCL akhirnya menemukan jenis jamur dengan pertumbuhan dua kali lebih cepat dibandingkan jamur sebelumnya.
Kedua, MCYL mendapatkan transfer teknologi. Beberapa teknologi yang dimiliki BRIN dapat diimplementasikan untuk mengoptimasi produk MYCL dengan pemanfaatan laccase enzyme.
Selanjutnya yang ketiga dan tak kalah penting, MYCL data mengakses tenaga ahli di bidang jamur dan material selulosa BRIN, sehingga dapat menghasilkan produk berkualitas.
Ke depan, Adi tidak ingin menjadikan MYCL sebagai perusahaan manufaktur, melainkan menjadi perusahaan berbasis knowledge. Hal ini memungkinkan MYCL dapat mereplikasi produksi dengan skema lisensi atau joint venture dengan pihak lain. Melakukan scale- up bisnis dan dapat terus fokus melahirkan inovasi baru lainnya.
Tak hanya itu, sejak tahun 2015, MYCL secara konsisten telah meningkatkan value chain perusahaan dengan memberdayakan lebih dari 500 petani perempuan dan membangun perusahaan ramah lingkungan. Adi berharap kolaborasi MYCL dan BRIN dapat berjalan lancar, karena banyak industri fashion telah mengantri untuk mendapatkan produk kulit dari jamur ini. (NM)