Gemabisnis.com, JAKARTA – Komoditas minyak kelapa sawit masih mendominasi nilai ekspor Indonesia ke dua negara yang kini sedang bertikai, yaitu Rusia dan Ukraina selama dua bulan pertama Januari-Februari tahun 2022, demikian data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini.
Menurut data BPS tersebut, selama bulan Januari-Februari 2022 Rusia mengimpor minyak sawit dari Indonesia senilai US$204,4 juta dari total impornya dari Indonesia selama periode tersebut senilai US$332,1 juta atau menguasai pangsa sebesar 61,5%.
Sementara itu, Ukraina, negara tetangga Rusia yang kini sedang berkonflik dengan Rusia, selama periode Januari-Februari mengimpor minyak kelapa sawit dari Indonesia senilai US$20,5 juta dari total impornya dari Indonesia sebesar US$28,7 juta, atau menguasai pangsa sebesar 71,4%.
Sebagai perbandingan pada tahun 2021 (Januari-Desember) Rusia mengimpor minyak kelapa sawit dari Indonesia senilai US$833,6 juta dari total impor negara itu dari Indonesia pada tahun tersebut senilai US$1,49 miliar, atau dengan kontribusi impor minyak kelapa sawit terhadap total impor sebesar 55,8%. Produk ekspor Indonesia lainnya ke Rusia selama tahun 2021 adalah karet dan barang dari karet senilai US$99,4 juta dan mesin/peralatan listrik senilai US$89,4 juta.
Sementara itu, Ukraina mengimpor minyak kelapa sawit dari Indonesia senilai US$368,7 juta selama tahun 2021 dari total nilai impor dari Indonesia pada tahun tersebut senilai US$417,0 juta, atau dengan pangsa minyak kelapa sawit terhadap total nilai impor sebesar 88,4%. Produk ekspor Indonesia lainnya ke Ukraina tahun 2021 adalah kertas/karton senilai US$5,6 juta dan alas kaki senilai US$5,1 juta.
Impor Indonesia sendiri dari Rusia didominasi oleh produk besi/baja, pupuk dan bahan bakar mineral dimana pada tahun 2021 nilai impornya masing-masing mencapai US$447,0 juta, US$326,1 juta dan US$233,4 juta dari total nilai impor Indonesia dari Rusia pada tahun tersebut sebesar US$1,25 miliar.
Pada periode Januari-Februari 2022, nilai impor besi/baja Indonesia dari Rusia mencapai US$135 juta dari total nilai impor dari negara tersebut selama periode Januari-Februari sebesar US$347,1 juta. Impor pupuk dan bahan bakar mineral pada periode tersebut masing-masing US$95,6 juta dan US$63,9 juta.
Sedangkan dari Ukraina impor Indonesia lebih banyak didominasi oleh serealia khususnya biji gandum yang pada tahun 2021 mencapai nilai US$946,5 juta dari total nilai impor Indonesia pada tahun tersebut sebesar US$1,04 miliar. Produk impor lainnya dari Ukraina antara lain besi/baja senilai US$53,3 juta dan mesin/peralatan mekanis senilai US$10,9 juta.
Pada periode Januari-Februari 2022 Indonesia mengimpor serealia (biji gandum) dari Ukraina senilai US$15,7 juta dari total nilai impor Indonesia dari negara tersebut sebesar US$35,6 juta. Selama periode tersebut Indonesia juga mengimpor besi/baja senilai US$15,0 juta dan mesin/peralatan mekanis senilai US$0,2 juta. (YS)