Gemabisnis.com, JAKARTA – Volume penjualan sepeda motor baru di pasar domestik selama bulan Agustus 2022 melonjak 60,8% menjadi 524.821 unit dibandingkan 326.452 unit pada bulan Juli 2022, demikian data yang dikeluarkan Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) yang diperoleh redaksi Gemabisnis.com hari ini (Senin, 12/9).
Volume penjualan sepeda motor bulan Agustus 2022 juga lebih tinggi 11,6% jika dibandingkan dengan volume penjualan sepeda motor bulan Agustus tahun 2021 yang mencapai 470.065 unit.
Volume penjualan sepeda motor selama bulan Agustus 2022 sejauh ini menjadi yang tertinggi sepanjang tahun 2022 didorong oleh makin membaiknya kondisi kesehatan masyrakat pasca pandemi COVID-19 yang diikuti dengan meningkatnya mobilitas orang maupun barang.
Diharapkan dengan semakin meningkatnya mobilitas orang dan barang pasca pandemi COVID-19 roda perekonomian pun semakin membaik sehingga pertumbuhan ekonomi menjadi semakin kuat. Sayangnya di tengah kondisi yang semakin kondusif tersebut harga-harga kebutuhan pokok masyarakat yang semakin tinggi dan keputusan pemerintah untuk menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bisa menjadi batu sandungan bagi masyaakat dalam menjalankan roda perekonomian.
Secara kumulatif volume penjualan sepeda motor baru selama periode Januari-Agustus 2022 mencapai 3.097.900 unit, masih lebih rendah 6% dibandingkan volume penjualan periode yang sama tahun 2021 sebesar 3.296.793 unit.
Sementara itu, volume ekspor sepeda motor selama bulan Agustus 2022 mencapai 75.481 unit, lebih tinggi 5,7% dibandingkan dengan volume ekspor bulan Juli 2022 yang mencapai 71.420 unit dan lebih tinggi 2,7% dari volume ekspor bulan Agustus 2021 yang mencapai 73.521 unit.
Secara kumulatif volume ekspor sepeda motor selama periode Januari-Agustus 2022 mencapai 493.448 unit, turun 8,9% dibandingkan dengan volume ekspor periode Januari-Agustus 2021 yang mencapai 541.749 unit.
Penurunan volume ekspor ini diperkirakan akibat makin menurunnya permintaan di pasar global akibat ancaman krisis ekonomi dunia yang semakin nyata. Ancaman krisis ekonomi global tersebut sudah dirasakan sejak beberapa bulan lalu dengan melonjaknya harga energi (minyak bumi, gas, dan batubara) serta berbagai bahan pangan. (YS)