Gemabisnis.com, JAKARTA – Produksi minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) pada bulan Januari diperkirakan mengalami penurunan sebesar 3% dibandingkan produksi bulan Desember 2021 menjadi 3,86 juta ton, sedangkan produksi minyak inti sawit (Palm Kernel Oil/PKO) diperkirakan turun 3,9% menjadi 365.000 ton.
Direktur Eksekutif Gabungan Perusahaan Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Mukti Sardjono mengatakan turunnya produksi tersebut merupakan pola tahunan di bulan Januari, namun tingkat penurunan produksi di bulan Januari 2022 (terhadap Desember 2021) lebih rendah dibandingkan dengan penurunan produksi msuiman di bulan Januari 2021 (terhadap Desember 2020) yang mencapai 7%.
Pada bulan Desember 2021 produksi CPO mencapai 3,98 juta ton sedangkan produksi PKO mencapai 380.000 ton.
Total konsumsi minyak sawit dalam negeri selama bulan Januari 2022 sebesar 1,51 juta ton atau 160.000 ton lebih rendah dari konsumsi Desember 2021 sebesar 1,67 juta ton atau turun 9,6%. Konsumsi terbesar adalah untuk biodiesel sebesar 732.000 ton, diikuti untuk industri pangan sebesar 591.000 ton dan untuk oleokimia 183.000 ton. Konsumsi minyak sawit untuk biodiesel yang melampaui untuk pangan telah terjadi sejak November 2021.
Menurut Mukti, selama bulan Januari 2022 juga terdapat impor produk minyak sawit sebesar 5.100 ton yang berasal dari Malaysia, 4.800 ton dalam bentuk oleokimia dan 316 ton dalam bentuk PFAD. Dengan stok akhir Desember sebesar 4,13 juta ton, maka tersedia pasokan sebesar 8,363 juta ton. Selain itu, terdapat juga impor “soft oil” 5.500 ton sebagian besar berasal dari Malaysia (2.300 ton) dan dari Thailand (1.500 ton) berupa minyak kedelai 3.300 ton, produk minyak biji bunga matahari 500 ton dan soft oil lainnya 1.700 ton.
Sementara itu, ekspor minyak sawit bulan Januari mencapai 2,18 juta ton, turun 11,4% dari Desember 2021 sebesar 2,46 juta ton dan lebih rendah 23,8% dari ekspor Januari 2021 sebesar 2,86 juta ton. Penurunan ekspor di bulan Januari dari Desember merupakan pola musiman tetapi kali ini juga diperkirakan karena produksi yang sangat terbatas dan harga yang sangat tinggi.
Penurunan ekspor terbesar terjadi untuk tujuan China sebesar 149.000 ton dan Pakistan sebesar 108.000 ton, sedangkan ekspor ke India naik sebesar 97.000 ton. Dengan produksi, impor, konsumsi dan ekspor seperti di atas, stok minyak sawit dan inti sawit akhir bulan Januari naik menjadi 4,68 juta ton dari yang sebelumnya 4,13 juta ton pada awal Januari.
Mukti mengatakan konflik Rusia-Ukraina telah mendorong naiknya harga minyak bumi lebih dari US$100/barrel yang akan menambah beban pemerintah dan juga negara-negara lain.
Dalam pasar minyak nabati, semester pertama 2022 diperkirakan akan terjadi defisit pasokan, apalagi Ukraina sebagai salah satu produsen bunga matahari dan rapeseed, sehingga mendorong naiknya harga minyak nabati dan berakibat minyak sawit akan menjadi harapan utama negara importir. Oleh sebab itu, pemerintah perlu mengatur secara bijak penggunaan dalam negeri dan ekspor minyak sawit untuk menjaga neraca perdagangan nasional. Bagi pekebun, peningkatan efisiensi dan produksi merupakan dua hal yang harus terus menerus diupayakan. (YS)