PERTAMA, kontraksi industri pada dasarnya menjadi bagian dari persoalan kontraksi ekonomi. Konsep kontraksi ekonomi pada dasarnya terjadi akibat aktivitas ekonomi agregat menurun. Ukurannya adalah output agregat seperti PDB riil, dan produksi industri menunjukkan penurunan dibandingkan periode sebelumnya. Jika penurunan terjadi dalam dua kuartal berturut-turut, para ekonom menyebutnya sebagai pertanda terjadi resesi.
KEDUA jika definisi itu kita jadikan rujukan, maka kontraksi industri bisa terjadi karena aktivitas ekonomi mengalami kontraksi. Faktor penyebabnya karena demand agregat menurun. Demand agregat yang turun, artinya pengeluaran belanja konsumsi, investasi, dan ekspor neto mengalami penurunan.
Situasi ini yang menjadi penyebab pertumbuhan produksi industri akan mengalami penurunan. Indeks Kepercayaan Industri (IKI) sangat membantu para analis dapat melihat potret yang lebih rinci terhadap cabang- cabang industri yang mengalami kontraksi. Kontra ceknya bisa dilihat dengan membaca data indek persepsi konsumen terhadap produksi industri yang bersangkutan. Akan lebih baik jika bisa diakses datanya pada skala at company level agar bisa dilihat dampak langsungnya terhadap kinerja perusahaan – perusahaan industrinya
KETIGA, berarti bahwa kontraksi industri fenomenanya harus dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi permintaan dan penawaran. Data IMF merilis bahwa tahun 2023 ekonomi global hanya akan tumbuh 2,9% turun dari tahun 2022 sebesar 3,4%.yang berarti mengalami kontraksi sebesar 0,5%.
Ekonomi Indonesia tahun 2023 berdasarksn estimasi Bank Dunia akan tumbuh sekitar 4,8%. Angka- angka ini bersifat moderat, dan bagi analis, data semacam itu dapat dibaca dalam dua dimensi. Dimensi pertama dapat dibaca bahwa kondisi perekonomian global tidak baik – baik saja karena pertumbuhannya rendah. Akibatnya siklus bisnis tidak akan bergerak maksimal. Untuk mencapai titik optimal saja relatif ngos-ngosan. Bacaannya lebih lanjut berarti bahwa kondisi perekonomian global yang tidak baik – “baik saja, dapat memberikan sentimen negatif terhadap kinerja sektor industri.
Dimensi kedua dapat difahami bahwa meskipun pertumbuhan ekonomi melandai, masih ada ruang terbuka sejumlah industri dapat melakukan ekspansi bisnis yang berarti ada potensi expected income and profit pada periode tertentu.
KEEMPAT, kontraksi industri adalah satu situasi yang sulit dihindari karena industri hidup dalam ekosistem ekonomi.Ketika aktivitas ekonomi sedang menurun, maka aktivitas industri juga akan turun karena terjadi kecenderungan bahwa faktor demand agregat turun.
Jika data IKI berada pada angka 50 atau 49, sesungguhnya sudah memberi sinyal bahwa ada indikasi sejumlah industri mengalami kontraksi akibat ekonomi secara agregat tengah mengalami kontraksi pada periode tertentu. Jika angka IKInya turun tajam misal menjadi 45-46,maka angka ini memberi indikasi bahwa tengah terjadi proses resesi industri akibat terjadi resesi ekonomi.
Lebih dalam lagi angka IKInya misal hanya 40,maka ini menjadi pertanda buruk. Implikasinya bisa terjadi PHK besar – besaran, kredit macet penutupan pabrik dan dampak buruk lain. Ketika terjadi krisis 1997/1998,banyak perusahaan industri menjadi pasien rawat inap di ICU, BPPN.
KELIMA, sebenarnya kontraksi industri bisa terjadi kapan saja karena siklus bisnis juga tidak selamanya mampu berputar dalam kecepatan tinggi. Ekonomi pasar juga banyak mengalami distorsi dan gangguan yang penyebabnya bukan karena faktor ekonomi saja tetapi juga faktor non ekonomi. Gangguan rantai pasok global adalah contoh paling kasat mata. Dampaknya bisa menimbulkan kontraksi industri.
Ekonomi biaya tinggi juga menjadi penyebab sejumlah industri bisa mengalami kontraksi. Jika kontraksinya masih bersifat sementara, maka tindakan pengamanan terhadap industri dapat dilakukan, misal melakukan pengendalian impor.
Jika kontraksinya cukup dalam maka tindakan penyelamatan industri harus dilakukan karena terdampak resesi ekonomi. Pada skala at company level, perusahaan – perusahaan industri dapat melakukan strategi manajemen transformasional secara inovatif dalam banyak bidang agar eksistensinya tidak terdepak dari pasar Perusahaan – perusahaan global banyak melakukan transformasi semacam itu untuk mencapai dua tujuan yaitu agar bisa bertahan di pasar dan untuk meningkatkan portofolio bisnisnya.