Gemabisnis.com, JAKARTA – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menyelesaikan sebagian besar rangkaian uji jalan (road test) penggunaan bahan bakar B40 (campuran solar 60% dan biodiesel 40%) pada kendaraan bermesin diesel dengan total jarak tempuh 50.000 km.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan Dan Konservasi Energi (EBTKE) Dadan Kusdiana mengatakan dari 50.000 km jarak tempuh road test kini tinggal tersisa 6.000 km lagi dan jika sudah selesai maka akan didapat kesimpulan final hasil test yang menjadi rujukan.
“Road Test B40 tersisa 6.000 lagi. Jadi, hasil final untuk kendaraan yang pertama itu akan bisa kita dapat dalam dua minggu ke depan,” kata Dadan seperti dikutip siaran pers Kementerian ESDM kemarin (1/11).
Sejauh ini, lanjut Dadan, dari hasil test yang sudah berjalan, mobil dapat beroperasi dengan normal dan mulus seperti menggunakan bahan bakar solar biasa terbukti tidak terjadi mobil mogok dan juga tidak terjadi blocking di filter bagian utama bahan bakar, hal ini berbeda dengan test sebelumnya.
“Hasil test pada bagian-bagian kritis menunjukkan bahwa kendaraan dapat beroperasi mulus tanpa mogok, bloking di filter bahan bakar tidak terjadi. Ini agak beda dengan sebelumnya. Sebelumnya kita ikuti aturan tiap 10.000 km ganti. Jadi ini kita mau tau sebetulnya dia habisnya kapan. Jadi itu diangka 22.000 km atau 23.000 km gitu. Jadi ini sudah terbukti tidak ada blocking. Kemudian dari sisi apakah dia tahan dingin, kita sudah tes di dieng. Mesin distater, satu detik langsung hidup. Jadi yang kritis-kritis dingin, kemudian filter blocking, kemudian beroperasi normal ini sudah terbukti,” jelas Dadan.
Selain persiapan teknis di mesin kendaraan untuk bisa diterapkan sebagai bahan bakar B40, pemerintah juga akan memastikan ketersedian infrastruktur dari Pertamina dan badan usaha lain terkait fasilitas blendingnya mencukupi kebutuhan atau tidak. “Sekarang kan semuanya didesain untuk B30, kalau B40 jadi pipanya juga nanti butuh pompa. Ya nambahnya kan 10%,” kata Dadan.
Dadan menjelaskan mengenai ketercukupan pasokan bahan bakar nabati (BBN) biodiesel untuk B40. “(Pasokan BBN) kita ini sekarang 16,3 juta kilo liter (kl), kalau B40 perlunya 15 juta Kl sekian. Jadi tidak usah khawatir, kita akan masuk dua pabrik baru di awal tahun depan,” kata Dadan.
Setelah road test tuntas, Pemerintah akan mengeluarkan rekomendasi teknis kebijakan implementasi B40 dan bisa segera diimplementasikan. Pemakaian BBN khususnya biodiesel diharapkan sebagai upaya strategis untuk mengurangi impor Bahan Bakar Minyak (BBM) sekaligus meningkatkan bauran energi baru terbarukan di Indonesia.
Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif saat melakukan kunjungan kerja di Subang, Provinsi Jawa Barat, Selasa (1/11) mengaku sangat senang dengan perfoma B40 yang bisa merespon kebutuhan energi kendaraan. Selain itu, emisinya bisa turun karena pemanfaatan Bioenergi makin tinggi.
Arifin menambahkan, pemerintah akan terus mendorong pemanfaatan sumber-sumber energi yang ada di Indonesia. “Mata kita sekarang baru terbuka di tengah krisis konflik Rusia sama Ukraina yang menyebabkan kesulitan pasokan energi khususnya migas karena sumber migas yang banyak di Rusia tidak bisa dimanfaatkan lalu kemudian produsen migas, OPEC+ itu mengurangi produksinya,” ungkapnya.
Saat ini, sambung Arifin, merupakan waktu yang tepat untuk mengembangan energi baru terbarukkan untuk mencukupi kebutuhan BBM dalam negeri yang selama ini dipenuhi melalui impor. “Kita bayangkan sekarang produksi minyak kita kira-kira 650.000 barel per haris sedangkan kebutuhan kita 1,3 juta barel per hari. Apa jadinya kalau kita tidak bisa beli yang 650 ribu barel karena tidak ada pasokan. Apalagi kemampuan kita itu cuma 50%, Separuhnya kebutuhan kita dipenuhi dari minyak impor,” tambahnya.
“Sekarang kita harus berbenah, buru-buru untuk bisa mencoba memanfaatkan sumber-sumber energi yang terbarukan khususnya untuk bisa kita manfaatkan dan kedepannya kita harus bisa mandiri energi, itulah yang namanya ketahanan energi buat Indonesia,” tambah Arifin.
Arifin juga mengatakan, ekosistem dunia persawitan sudah berjalan untuk mengatasi keterantungan terhadap energi fosil dan Indonesia memiliki kemampuan untuk dengan luas lahan yang tersedia. Selain sawit sumber energi lain yang juga sedang dikembangkan adalah ethanol. (YS)