Gemabisnis.com, JAKARTA – Volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia ke India yang merupakan salah satu pasar terbesar bagi produk minyak sawit Indonesia mengalami penurunan sebesar 3,5% selama bulan Januari 2024 menjadi 473.645 ton dari 490.570 ton pada bulan yang sama tahun 2023. Ekspor minyak sawit Indonesia di bulan Januari 2024 itu terdiri dari 228.891 ton Refined Bleached Deodorized (RBD) Palm Olein dan 244.754 ton CPO.
Data yang dikeluarkan the Solvent Extractors’ Association of India (SEA of India) menunjukkan bahwa volume ekspor minyak sawit Indonesia ke India di Januari 2024 mengalami penurunan lebih besar lagi (sebesar 11,8%) jika dibandingkan dengan volume ekspor pada bulan Desember 2023 yang mencapai 536.763 ton.
Sementara itu, ekspor minyak kelapa sawit Malaysia ke India di bulan Januari 2024 naik tipis menjadi 304.338 ton dari 300.697 ton di bulan Januari 2023 dan lebih tinggi dari volume ekspor bulan sebelumnya (Desember 2023) yang mencapai 293.238 ton. Ekspor minyak kelapa sawit Malaysia ke India di bulan Januari 2024 terdiri dari 15.785 ton RBD Palm Olein, 283.123 ton CPO dan 5.430 ton Crude Palm Kernel Oil (CPKO).
Secara keseluruhan impor minyak kelapa sawit India di bulan Januari 2024 dari dunia juga mengalami penurunan menjadi 782.983 ton dari 833.667 ton di bulan yang sama tahun 2023.
Penurunan volume impor minyak kelapa sawit India ini diduga ada hubungannya dengan stok minyak nabati (minyak makan atau vegetable/edible oils) India yang cukup besar di akhir tahun 2023 yang menjadi carry over stock di awal tahun 2024. Sebagaimana diketahui India mengimpor minyak makan cukup besar di tahun 2023 lalu karena khawatir terjadinya kelangkaan minyak makan dunia, sedangkan India sendiri sangat tergantung pada pasokan minyak nabati dari luar negeri karena volume produksi dalam negerinya jauh di bawah kebutuhan nasionalnya.
Selama tahun 2023 India mengimpor sebanyak 15,84 juta ton minyak makan, naik signifikan dibandingkan dengan volume impor minyak nabati di tahun 2022 yang mencapai 14,78 juta ton. Diperkirakan dengan impor 15,84 juta ton pada tahun 2023, India masih memiliki stok minyak nabati cukup besar di awal tahun 2024, karena itu pada Januari 2024 negara tersebut mengurangi volume impornya walaupun harga komoditas minyak nabati di bulan Januari 2024 mengalami penurunan.
Sebagai perbandingan harga rata-rata minyak kelapa sawit CIF pelabuhan India di bulan Januari 2024 lebih rendah dari harga di bulan Januari 2023. Sebagai contoh, harga rata-rata RBD Palm Olein CIF pelabuhan India di bulan Januari 2024 mencapai US$885/ton, lebih rendah dibandingkan dengan US$982/ton di bulan Januari 2023. Demikian juga dengan harga rata-rata CPO, sunflower oil, soybean oil, dan rapeseed oil CIF pelabuhan India di bulan Januari semuanya lebih rendah dari harga rata-rata di bulan Januari 2023.
Namun demikian, SEA of India menyatakan pada bulan Februari 2024 stok minyak nabati India sudah mulai menurun. SEA of India memperkirakan stok minyak nabati India (di pelabuhan dan di pasar) pada tanggal 1 Februari 2024 mencapai 2,65 juta ton, turun dari 2,90 juta ton pada tanggal 1 Januari 2024. Bahkan, kondisi stok sudah jauh lebih rendah lagi jika dibandingkan dengan stok minyak nabati pada tanggal 1 Februari 2023 yang mencapai 3,41 juta ton.
Sementara itu, pada saat yang bersamaan pasokan minyak nabati (khususnya minyak kelapa sawit) di bulan Februari 2024 sudah menurun akibat siklus panen yang memang sedang rendah dan meningkatnya konsumsi minyak kelapa sawit di dalam negeri Indonesia dan Malaysia yang merupakan produsen dan eksportir minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Akibatnya, harga minyak kelapa sawit di bulan Februari terus memperlihatkan kenaikan. Demikian pula, harga rata-rata minyak kelapa sawit CIF pelabuhan India terus menguat di bulan Februari 2024. (YS)