Gemabisnis.com, JAKARTA – Amerika Serikat (AS) memperingatkan China untuk tidak memberikan bantuan militer ataupun finansial kepada Moskow setelah invasinya di Ukraina sejalan dengan penerapan sanksi terhadap para pemimpin politik dan bisnis Rusia sementara itu penduduk sipil berupaya menjauhi pertempuran yang semakin sengit di lapangan. Demikian dilaporkan kantor berita Reuters dan kantor berita radio BBC hari ini.
Pembicaraan lebih jauh antara para negosiator Ukraina dan Rusia untuk meredakan krisis tersebut diharapkan kembali berlanjut pada Selasa ini setelah pembicaraan yang diadakan Senin via video call berakhir tanpa kemajuan yang berarti. Sejauh ini sudah dilakukan empat putaran pembicaraan antara kedua belah pihak namun tanpa terobosan apapun.
Ribuan korban terbunuh dalam pertempuran dan pemboman yang semakin sengit sejak pertama kali Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan invasi ke Ukraina pada 24 Februari lalu.
Rusia menyebut aksinya itu sebagai ‘operasi militer khusus’ untuk melakukan ‘denazifikasi’ (memberantas pengaruh Naziisme) di Ukraina dan mencegah genosida, sebuah klaim yang dibantah oleh AS dan para sekutunya sebagai dalih untuk sebuah serangan yang tidak dapat dibenarkan dan ilegal.
Menurut para pejabat AS, Rusia telah meminta dukungan militer dan ekonomi kepada Beijing yang telah memberikan sinyal kesediaannya dalam memberikan bantuan kepada Rusia.
Moskow sendiri membantah tuduhan AS tersebut dengan menyatakan pihaknya memiliki sumber-sumber yang memadai untuk menjalankan tujuannya. Kementerian Luar Negeri China sendiri menyebut laporan mengenai bantuan kepada Rusia tersebut sebagai ‘disinformasi’.
“Kami telah melakukan komunikasi dengan sangat jelas dengan Beijing bahwa kami tidak akan tinggal diam,” kata jurubicara Kementerian Luar Negeri AS Ned Price kepada wartawan setelah penasihat keamanan nasional AS Jake Sullivan bertemu dengan diplomat kawakan China Yang Jiechi di Roma selama tujuh jam.
“Kami tidak akan memperbolehkan negara manapun memberikan kompensasi kepada Rusia atas kekalahannya,” tambah Sullivan.
Sementara itu, di Rusia protes anti perang yang selama ini jarang terjadi berlangsung di studio TV selama penanyangan program berita utama di stasiun TV pemerintah Channel One yang merupakan sumber berita utama bagi jutaan warga Rusia dan sangat ketat mengikuti arahan dari Kremlin.
Dalam protes itu terlihat seorang wanita memegang tulisan dalam bahasa Inggris dan bahasa Rusia yang berbunyi: “No War’. Stop the war. Don’t believe propaganda. They are lying to you here.”
Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan Rusia bisa saja telah merencanakan penggunaan senjata kimia dan biologis di Ukraina sebagai respons terhadap klaim serangan senjata biologis palsu yang dilakukan Ukraina terhadap pasukan Rusia, tanpa menyebutkan bukti. Para pejabat AS juga telah membuat pernyataan yang hampir serupa.
Rusia menuduh Ukraina merencanakan penggunaan senjata biologis, namun PBB pada Jum’at lalu menyatakan tidak memiliki bukti bahwa Kyiv memiliki program semacam itu.
Moskow Senin kemarin memperbolehkan konvoi pertama untuk keluar dari kota Mariupol yang dikepung pasukan Rusia. Kota tersebut merupakan kota dengan krisis kemanusiaan terburuk selama berlangsungnya konflik kedua negara.
“Dalam dua jam pertama 160 mobil meninggalkan kota,” kata Andrei Rempel, perwakilan dari Dewan Kota Mariupol kepada Reuters.
Otoritas lokal mengatakakn sebanyak 2.500 warga sipil telah terbunuh sejauh ini, angka yang tidak dapat dikonfirmasi secara independen.
PBB mengatakan lebih dari 2,8 juta warga kini telah meninggalkan Ukraina sejak dimulainya perang tersebut.
“Saya mengungsi bersama anak saya karena saya ingin anak saya tetap hidup,” kata seorang wanita Ukraina bernama Tanya yang meninggalkan kota Mykolaiv di wilayah selatan Ukraina menyeberangi sungai Danube ke Rumania. “Karena orang-orang yang berada di sana kini adalah orang Rusia, tentara Rusia dan mereka membunuh anak-anak.”
Rusia menyatakan pihaknya tidak menjadikan warga sipil sebagai sasaran.
Sanksi Lebih Berat
Negara-negara anggota Uni Eropa pada hari Senin telah menyepakati sanksi paket keempat atas Rusia, demikian diungkapka sumber di pemerintah Prancis.
Rincian dari paket sanksi tersebut tidak dibuka secara resmi kepada publik, namun sumber-sumber diplomatik mengatakan mereka akan memasukkan larangan impor atas produk baja dan besi Rusia, larangan ekspor barang-barang mewah dan larangan investasi di sektor energi. Pemilik klub sepakbola Chelsea Roman Abramovich dan 14 orang lainnya akan dimasukkan ke dalam daftar hitam Uni Eropa, kata sumber itu.
Jepang pada Selasa mengumumkan pembekuan aset bagi 17 individu Rusia termasuk 11 anggota Duma (DPR) Rusia, lima anggota keluarga bankir Yuri Kovalchuk serta bilioner Viktor Vekselberg.
Sanksi yang dipimpin negara-negara barat telah menutup Rusia dari sejumlah fasilitas kunci di pasar keuangan global dan telah membekukan hampir separuh dari cadangan emas dan valuta asing negara tersebut yang bernilai US$640 miliar. Hal ini memicu krisis ekonomi terburuk sejak jatuhnya Uni Soviet pada tahun 1991.
Kementerian Keuangan Rusia mengatakan pihaknya kini sedang mempersiapkan pembayaran sejumlah utang luar negerinya yang akan dilakukan hari Rabu, namun pembayaran tersebut akan dilakukan dalam mata uang Rubel jika sanksi negara-negara barat mencegah bank-bank menghormati utang sesuai dengan mata uangnya. (YS)