Gemabisnis.com, JAKARTA – Harga minyak sawit di Bursa Malaysia menyentuh rekor tertinggi pada Rabu dengan membukukan kenaikan 10% di atas batas perdagangan setelah Indonesia sebagai produsen terbesar memutuskan untuk membatasi ekspor lebih jauh. Demikian dilaporkan kantor berita Reuters hari ini.
Harga kontrak CPO acuan untuk pengapalan bulan Mei di Bursa Malaysia Derivatives Exchange naik 10% dan ditutup di level 7.060 ringgit (US$1.686,98)/ton.
Kenaikan harga kontrak CPO acuan tersebut telah memicu penerapan periode pendinginan perdagangan selama 10 menit dimana kegiatan perdagangan baru diperbolehkan kembali dalam jangka waktu tertentu untuk menjaga volatilitas tetap terkendali. Batas kenaikan harga tersebut telah diperluas menjadi 15% setelah diterapkannya periode pendinginan perdagangan.
Harga CPO telah mengalami kenaikan 13,2% ke level 7.268 ringgit setelah batas perdagangan diperluas. Sejumlah analis terkemuka memperkirakan harga akan tetap bertahan di sekitar level tertinggi untuk beberapa bulan mendatang.
Indonesia akan meningkatkan kewajiban penjualan minyak sawit ke pasar domestiknya menjadi 30% bagi perusahaan yang berencana melakukan ekspor dari sebelumnya 20%, terhitung mulai hari Kamis ini, di bawah skema yang disebut dengan Domestic Market Obligation (DMO), kata Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi.
“Kebijakan DMO yang baru akan kembali memicu momentum bullish untuk kontrak berjangka CPO di Bursa Malaysia karena volume ekspor minyak sawit Indonesia akan turun lebih jauh,” kata Anilkumar Bagani, kepada riset pialang minyak nabati Sunvin Group yang berbasis di Mumbai seperti dikutip kantor berita Reuters .
Para pembeli minyak sawit sudah gelisah setelah pecahnya perang di Ukraina menyebabkan harga komoditas global melonjak dan menyingkirkan sebagian pasokan minyak biji bunga matahari dari pasar global.
Ketatnya cadangan minyak makan dan terblokirnya pengapalan dari wilayah Laut Hitam diperkirakan akan menahan harga di sekitar level tertinggi selama beberapa bulan ke depan, namun kejutan harga tersebut diperkirakan akan mengekang konsumsi global pada paruh kedua tahun 2022, kata sejumlah analis industri terkemuka.
Menyusul pergerakan harga di Malaysia, kontrak CPO Dalian mengalami kenaikan 8%, sedangkan kontrak minyak kedelai teraktif naik 3,71%. Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade (CBoT) naik 1,68%.
Minyak sawit dan minyak nabati terkait lainnya saling mempengaruhi satu sama lain karena minyak-minyak nabati tersbeut saling berkompetisi meraih pangsa pasar di pasar minya nabati global. (YS)