Gemabisnis.com, JAKARTA – India telah meminta Indonesia untuk meningkatkan pengapalan minyak sawit ke negara tersebut untuk mengganti hilangnya pasokan minyak biji bunga matahari dari kawasan Laut Hitam akibat krisis Ukraina, sejumlah sumber pemerintah dan industri di India mengatakannya kepada Reuters.
India, pembeli minyak nabati terbesar dunia, mengandalkan Indonesia, produsen terbesar yang menguasai lebih dari separuh impor minyak sawitnya, namun akhir-akhir ini dikhawatirkan oleh kebijakan pembatasan ekspor minyak sawit yang diterapkan Jakarta pada bulan Januari untuk meredakan lonjakan harga di pasar domestiknya.
Terbatasnya pasokan minyak sawit, diikuti dengan terhentinya ekspor minyak biji bunga matahari dari wlayah Laut Hitam yang menguasai 60% dari produksi minyak biji bunga matahari dan 76% ekspor dunia, telah memicu lonjakan harga minyak nabati dunia mencapai rekor tertinggi.
Harga CPO impor di pasar India meningkat 38% sejak Indonesia mengumumkan pembatasan ekspor pada 27 Januari 2022. Harga minyak kedelai, minyak nabati kedua paling banyak dikonsumsi di India setelah minyak sawit, telah meningkat 29% tahun ini, sedangkan pemasok minyak biji bunga matahari telah menghentikan penawarannya setelah Rusia menginvasi Ukraina.
Ukraina dan Rusia menguasai pangsa hampir 13% dari total impor minyak nabati India tahun lalu, dengan volume 1,6 juta ton.
Para pejabat pemerintah India mengadakan pertemuan virtual dengan otoritas Indonesia minggu ini untuk mengupayakan peningkatan ekpsor minyak sawit ke India, pembeli besar yang dapat diandalkan, kata dua sumber pemerintah yang mengetahui masalah tersebut.
New Delhi juga telah meminta Jakarta untuk sementara menurunkan ketentuan pencampuran biodiesel 30% dalam solar. Semua biodiesel yang dijual di Indonesia berasal dari minyak kelapa sawit.
Para pejabat Kementerian Perdagangan India maupun Kementerian Perdagangan Indonesia tidak segera merespons permintaan tanggapan atas persoalan tersebut.
India memenuhi lebih dari duapertiga kebutuhan minyak makannya melalui impor dimana minyak kelapa sawit menyumbang lebih dari 60%.
India telah memangkas pajak atas minyak nabati impor empat kali dalam delapan bulan terakhir dan bahkan telah memperbolehkan pembelian refined palm oil dari luar negeri sebagai pengganti minyak sawit mentah (CPO) walaupun harganya masih tetap tinggi.
Invasi Rusia ke Ukraina dan kekeringan di wilayah Amerika Selatan yang merupakan pengekspor minyak kedelai terbesar di dunia telah mendorong New Delhi untuk memacu upaya peningkatan pasokan minyak nabati ke dalam negeri.
CPO kini ditawarkan di harga sekitar US$2.075/ton di India untuk pengapalan Maret sudah termasuk harga barang, asuransi dan biaya pengapalan. Setahun yang lalu CPO dijual di harga US$1.089/ton.
India juga menjajaki peningkatan impor minyak kedelai dari Amerika Selatan dan Amerika Serikat (AS) serta minyak rapeseed dari Eropa, tapi destinasi impor tersebut tidak dapat memasok dengan cepat karena pertimbangan jarak dan ketersediaannya, kata pejabat senior industri minyak nabati India yang menghadiri pertemuan pemerintah membahas masalah tersebut pekan lalu.
“Cara tercepat meningkatkan pasokan minyak nabati adalah mengimpor lebih banyak minyak kelapa sawit. Hanya Indonesia yang bisa memenuhi permintaan India,” kata pejabat industri yang tidak mau disebutkan namanya tersebut.
BV Mehta, direktur eksekutif Solvent Extractors’ Association of India yang berbasis di Mumbai mengatakan pasokan minyak rapeseed dari dalam negeri hasil panen baru akan meningkat bulan depan dan akan membantu mengatasi kelangkaan pasokan.
“Tidak perlu panik karena musim giling minyak rapeseed segera tiba bulan depan dan pasokan minyak makan akan meningkat,” kata dia. (YS)