Gemabisnis.com, JAKARTA – Lima perusahaan pabrik gula baru berbasis tebu dan berteknologi modern hari ini (Kamis, 9/6) secara resmi membentuk asosiasi gula baru bernama Gabungan Produsen Gula Indonesia atau GAPGINDO sekaligus melakukan Musyawarah Nasional (Munas) pertamanya di Jakarta hari ini.
Koordinator Munas I GAPGINDO Syukur Iwantoro mengatakan kelima perusahaan pabrik gula berbasis tebu terebut telah menanamkan investasi total sekitar Rp 20 triliun untuk membangun pabrik gula modern berikut perkebunan tebunya yang tersebar di sejumlah provinsi di tanah air.
Syukur mengatakan pabrik gula baru tersebut mulai beroperasi dalam kurun waktu 2-3 tahun terakhir. Kelima pabrik gula baru itu adalah PT PT Rejoso Manis Indo di Kabupaten Blitar dan PT Kebun Tebu Mas di Lamongan, Jawa Timur; PT Pratama Nusantara Sakti di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan; PT Muria Sumba Manis di Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur; dan PT Prima Alam Gemilang di Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara.
Investasi yang dilakukan kelima perusahaan yang investornya berasal dari dalam dan luar negeri tersebut merupakan respons positif atas imbauan Presiden Joko Widodo untuk menggenjot investasi pabrik gula berbasis tebu. Mereka berinvestasi membangun pabrik gula baru dan modern berbasis tebu di Indonesia.
Menurut Syukur, kelima pabrik gula itu rata-rata memiliki kapasitas giling tebu terpasang antara 8.000 – 12.000 ton/hari selama lima bulan musim panen atau musim tebang tebu setiap tahunnya. Diperkirakan kelima pabrik gula beroperasi maksimal sesuai kapasitas giling terpasang pada 2024.
Dengan tingkat rendemen antara 8–9%, kelima pabrik gula bisa memberikan kontribusi produksi gula kristal putih sekitar 600.000 ton atau 20 % dari produksi gula nasional. Dengan tingkat rendemen antara 7–8,5% pada musim giling tahun 2022 ini kelima pabrik diharapkan bisa memproduksi gula sebanyak 325.000 ton.
Syukur mengatakan sejauh ini kelima pabrik menyerap tenaga kerja sebanyak 40.000 orang. Selama proses pembangunan sampai mulai berproduksi, kelima pabrik gula dipersatukan oleh kesamaan “chemistry” dan visi ke depan untuk bisa berkontribusi secara nyata bagi bangsa. Terutama untuk mendukung program pemerintah memenuhi kebutuhan gula nasional dari produksi domestik. Ini bisa dilakukan melalui berbagai inovasi teknologi, baik di tingkat on farm maupun off farm. Di level on farm seperti penataan sistem irigasi, perbenihan, teknologi budidaya, dan penanganan panen tebu. Sedangkan di off farm melalui diversifikasi produk secara vertical dan proses produksi yang aman serta ramah lingkungan.
Selain itu, kelima pabrik gula juga dihadapkan pada kesamaan “senasib sepenanggungan”. Kelima pabrik berbasis sumber daya (resources based) ini rata-rata dibangun di wilayah terpencil. Kendala utama yang ditemui adalah terbatasnya infrastruktur pendukung, terutama infastruktur fisik. Karena itu, untuk memastikan capaian visi besar di atas, kelima pabrik gula baru tersebut berinisiatif mendirikan wadah bersama, GAPGINDO.
Syukur menegaskan ke depan GAPGINDO terbuka bagi pabrik gula lain yang mempunyai visi yang sama untuk bergabung. Selain wadah mewujudkan visi, GAPGINDO juga akan menjadi mitra strategis pemerintah dalam merajut asa, yakni membangun kembali kejayaan pergulaan di Bumi Nusantara. (YS)