Gemabisnis.com, JAKARTA – Peneliti Balai Penelitian Bahan Alam (BPTBA) BRIN memberikan sharing knowledge dan pengalaman tentang pembuatan teknologi pengolahan pakan (ensilase) berbasis sumber daya kepada Penyuluh Pertanian Lapangan Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP3) Kota Tasikmalaya beberapa waktu yang lalu..
Menurut Ahmad Sofyan, narasumber sekaligus Peneliti Ahli Utama Bidang Teknologi Pakan BPTBA BRIN, sinergi antara peneliti dan penyuluh sangat penting dalam mempercepat proses diseminasi hasil-hasil riset kepada masyarakat pengguna. “Penyuluh merupakan ujung tombak sekaligus perantara dalam mensosialisasikan paket-paket teknologi yang dihasilkan oleh peneliti kepada masyarakat,” ujar Sofyan.
Ia menambahkan bahwa pemberian materi tentang teknologi silase ini penting bagi peternak karena dapat membantu menjaga ketahanan pakan. “Teknologi ini sangat efektif dimanfaatkan oleh peternak guna mengantisipasi kelangkaan pakan hijau segar di musim kemarau,” tuturnya.
Selain itu, teknologi ini juga mampu menghemat biaya karena pakan yang sudah diawetkan dapat bertahan hingga enam bulan, sehingga peternak tidak perlu khawatir lagi terhadap ketersediaan pakan. Sofyan juga menyampaikan bahwa teknologi ini sangat efisien sebab dapat memanfaatan komoditas lokal yang mampu menekan biaya suplai pakan dari daerah lain.
Dalam kesempatan tersebut, Koordinator Kelompok Penelitan Teknologi Bioaditif Pakan Hendra Herdian, juga menjelaskan terkait manajemen pakan ternak ruminansia. “Pakan merupakan faktor dominan yang mempengaruhi biaya produksi usaha ternak ruminansia seperti sapi, kerbau, dan domba,” jelasnya. Menurutnya, selain pakan yang bernutrisi tinggi, hal yang perlu diperhatikan agar ternak berhasil adalah faktor ketersediaan pakan.
Sedangkan untuk mengetahui perbedaan sistem pencernaan antara unggas dengan ruminansia, Hendra menyarankan perlunya perlakuan dalam pemberian pakan, khususnya yang diawetkan juga perlu diperhatikan. “Terkait dengan karaktersitik dan jenis pakan yang diberikan, terdapat jenis-jenis pakan tertentu yang aman dan bermanfaat bagi kesehatan ternak agar tidak berbahaya dikemudian hari,” terangnya.
Peserta pelatihan berkesempatan menyaksikan video uji sensori dan uji palatabilitas untuk mengetahui kualitas silase yang telah dibuat. “Uji sensori ini bertujuan untuk mengetahui tekstur, warna, serta aroma, sedangkan uji palatabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat kesukaan ternak terhadap silase yang telah diberikan,” tambah Hendra.
Peserta pelatihan juga mengikuti reportase secara daring di Laboratorium Ternak Sapi Fistula, BPTBA BRIN. Peserta dapat menyaksikan secara langsung penelitian sapi berfistula (lubang bagian perut sapi) yang sedang dilakukan oleh para peneliti Bioaditif Pakan di BPTBA BRIN. (LS)