Gemabisnis.com, JAKARTA – Untuk meningkatkan dan memperkuat kerjasama perdagangan antar kedua negara, pemerintah dan pelaku usaha Tiongkok melakukan investasi subsektor peternakan di Indonesia, demikian pernyataan Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan melalui siaran persnya hari ini, Selasa (28/3).
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Nasrullah menyatakan hal tersebut saat menyaksikan Penandatanganan Nota Kesepahaman Kerjasama Perdagangan dan Investasi antara perusahan-perusahaan Indonesia dengan Tiongkok di Hotel Ritz-Carlton Jakarta (25/03).
Nasrullah menyampaikan, melalui investasi dan kerjasama perdagangan ini diharapkan dapat mengakselerasi produksi, produktivitas, hilirisasi dan ekspor produk olahan sarang burung walet (SBW) dan produk unggas. “Yang terpenting adalah adanya penerapan teknologi dan inovasi untuk keberlanjutan peternakan sarang burung walet di Indonesia, serta peluang pasar untuk produk unggas Indonesia ke Tiongkok,” ungkap Nasrullah.
Dia pun menjelaskan, sebagian hasil produksi SBW di Indonesia telah memenuhi persyaratan protokol ekspor Otoritas Tiongkok (The General Administration of Customs of the People’s Republic of China / GACC). Namun menurutnya, proses untuk dapat menembus pasar Tiongkok membutuhkan waktu yang tidak sebentar, sehingga saat ini baru tercatat ada 33 pelaku usaha SBW yang dapat melakukan ekspor langsung ke Tiongkok.
Lebih lanjut Nasrullah menekankan, perlunya kesungguhan dan kepatuhan yang tinggi dari para pelaku usaha SBW untuk dapat memenuhi protokol ekspor Tiongkok karena harus memenuhi standar dan kriteria agar produknya dapat masuk ke negaranya.
“Oleh karena itu saya berharap dengan adanya MoU ini, perusahaan-perusahaan SBW yang ada di Tiongkok dan Indonesia dapat melakukan pendekatan secara intensif dengan GACC, sehingga nantinya proses ekspor SBW Indonesia menjadi lebih mudah dan cepat,” himbau Nasrullah.
Nasrullah berharap MoU tersebut dapat langsung diimplementasikan sehingga kerjasama Business to Business tersebut dapat segera direalisasikan dan Pemerintah Indonesia telah siap mendukung kerjasama itu sepenuhnya.
Melalui kerjasama ini Nasrullah pun berharap dalam waktu dekat akan semakin banyak pelaku usaha SBW yang dapat menembus pasar Tiongkok dan pasar lainnya. “Hal ini perlu kita pacu agar terus berkontribusi pada peningkatan ekspor di sektor pertanian Indonesia”, tandasnya.
Pada kesempatan tersebut, perwakilan pelaku usaha dari Provinsi Sichuan, Chen Ya menyampaikan Indonesia sebagai pemasok SBW terbesar ke Tiongkok, sedangkan Tiongkok merupakan pangsa pasar terbesar di dunia sebagai konsumen SBW.
“Kami menyampaikan terimakasih kepada Pemerintah Indonesia dan berharap kerjasama yang terjalin tidak hanya untuk komoditas SBW, namun juga dapat berkembang meluas di bidang unggas, yakni komoditas ayam dan telur, seperti yang telah disampaikan Bapak Dirjen,” ungkap Chen Ya.
Chen Ya menyebutkan kerjasama perdagangan dan investasi yang akan dilakukan terutama untuk komoditas sarang burung walet, pengolahan produk unggas, serta pengembangan pertanian berkelanjutan kurang lebih senilai US$200 juta atau setara dengan Rp 3 triliun.
“Kami berharap semoga kolaborasi antara Tingkok dan Indonesia ini dapat terus terjalin dengan baik dan membawa manfaat bagi kedua negara,” pungkasnya.
Berdasarkan data BPS, total nilai perdagangan kedua negara pada subsektor peternakan tahun 2022 mencapai US$752 juta dengan volume sejumlah 141.000 ton untuk berbagai jenis komoditas, seperti SBW, kulit, pakan ternak, premix dan lysine. Investasi Sub Sektor Peternakan negara Tiongkok di Indonesia pada tahun 2022, termasuk ke dalam 10 (sepuluh) besar negara dengan investasi tertinggi, dan utamanya untuk SBW. (YS)