• Home
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Pemberitaan
  • Kode Etik
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
Sabtu, Mei 17, 2025
GemaBisnis.com - Bersama Membangun Bangsa
  • Home
  • Hot News
  • Bursa Komoditi
  • Energi & Pertambangan
  • Kehutanan & Lingkungan
  • Perkebunan
  • Peternakan
  • Lainnya
    • Perikanan
    • Pangan
    • Hortikultura
    • Manufaktur
    • Opini
    • Umum
    • Ekbis
    • Profil
No Result
View All Result
  • Home
  • Hot News
  • Bursa Komoditi
  • Energi & Pertambangan
  • Kehutanan & Lingkungan
  • Perkebunan
  • Peternakan
  • Lainnya
    • Perikanan
    • Pangan
    • Hortikultura
    • Manufaktur
    • Opini
    • Umum
    • Ekbis
    • Profil
No Result
View All Result
GemaBisnis.com - Bersama Membangun Bangsa
No Result
View All Result

Ekonomi dan Perubahan Iklim, Berpacu Dalam Melodi

Oleh :Fauzi Aziz, Pemerhati Ekonomi dan Industri

Admin by Admin
Maret 7, 2022
0
Deindustrialisasi Dan Sunset Industry

Foto: Dok. Pribadi

0
SHARES
216
VIEWS
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

PERTAMA, kehidupan di muka bumi dihadapkan pada sebuah realita  bahwa ekonomi dengan segala dinamikanya harus menerima kenyataan bahwa ia akan terjebak pada banyak trade off. Trade off yang coba penulis angkat adalah bahwa pertumbuhan ekonomi tengah ikut berpacu dalam melodi dengan perubahan iklim.

Tanggung jawab ekonomi  sungguh sangat berat, yakni harus ikut  berperan dalam penyelamatan bumi. Ongkos yang harus dibayar lebih besar dari biaya pemulihan ekonomi akibat pandemi COVID- 19 dan anak cucunya.

Di sini saja sudah ada  trade off antara siklus ekonomi dan pendapatan nasional. Bahkan di negeri ini,biaya untuk pemulihan lingkungan boleh jadi bisa lebih besar dari ratio utang terhadap GDP Indonesia yang kini mencapai 40%.

BacaJuga

Sungguh Beruntung Mereka yang Ada di Arafah Saat Itu

Thailand Keluhkan Ketatnya Persyaratan Halal di Indonesia

KEDUA, CEO Deloitte Asia Tenggara, Philip Yuen mengatakan bahwa PBB telah memperingatkan untuk menjaga pemanasan global mendekati 1,5 derajat Celsius di atas tingkat pra industri “.Kondisi ini akan sulit dijangkau” dalam 2 dekade mendatang, kecuali jika tindakan segera diambil untuk mengurangi emisi karbon.

Ada urgensi bagi negara dan pemerintah  untuk bertindak cepat dalam 10 tahun kedepan untuk menghindari kerusakan permanen akibat perubahan iklim. Jumlah yang dibelanjakan negara untuk dekarbonisasi akan hampir segera diimbangi dengan pengembalian positif dalam modal dan teknologi.

Kita mempunyai kesempatan untuk menciptakan mesin baru untuk kemakmuran ekonomi yang berkelanjutan. Pada saat yang sama, kita harus mencegah konsekwensi yang lebih buruk dunia yang memanas.

KETIGA, dari cerita itu, kita menemukan kondisi ekonomi dalam narasi yang berbeda, yakni economic overheating yang membuat inflasi meningkat dan bumi  yang memanas akibat ekonomi yang tidak eco friendly.

Maju kena mundur kena ekonomi di abad ini untuk mengurus dirinya. Apa yang secara garis besar dihadapi oleh ekonomi? Minimal ada 3 situasi yang harus direspon, yaitu, 1) beban utang global,2) penyelamatan bumi, 3) digital distrubtion.

Ketiganya adalah dampak dari kemajuan peradaban. Dan jika dampak tersebut kita sepakati sebagai kondisi yang harus dimitigasi, maka di depan mata yang muncul hanya ada tiga instrumen utama yang dapat membantu agar bisa melakukan mitigasi, yaitu, KKEBIJAKAN PEMERINTAH,MODAL dan TEKNOLOGI.

KEEMPAT, praktis di muka bumi pada abad ini, kita hanya punya dua judul film kehidupan yang narasinya bercerita tentang RISIKO dan MITIGASI. Konten dan konteksnya hanya berada pada 3 strategi dan kebijakan sebagai new mainstream, yaitu 1) Pembangunan dan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan berkeadilan, 2) Strategi dan kebijakan pembiayaan dan teknologi, 3) strategi dan kebijakan mitigasi risiko dengan biaya yang paling efisien. Mudah-mudahan  anda sepakat dengan tiga isu strategi dan kebijakan tersebut sebagai arus utama baru.

Pemikiran ini dengan nada sedikit narsis ,barangkali dapat menjadi keputusan penting pertemuan G-20 tahun ini di Bali. Pra kondisi yang harus dibentuk dan disepakati para pemimpin dunia adalah dimana bumi dipijak disitu harus menjadi ZONA DAMAI dan ZONA MAKMUR  yang eco friendly dan berkeadilan bagi 7 miliar penduduk bumi dan mahluk hidup lainnya.

KELIMA, sedikit informasi ada penjelasan dari Delloite bahwa jika dinamikanya terlambat direspon, maka  Asia Tenggara akan bisa merugi US$ 28 triliun. Asia Tenggara adalah rumah bagi setengah miliar penduduk tinggal dan memilki GDP sebesar US$ 3 triliun.

Indonesia harus menyusul negara-negara lain menjalankan upaya dan langkah sistemik menuju ZERO CARBON. Bila meningkatkan upaya perubahan iklim dan mengurangi emisi karbon dapat dilakukan  dengan cepat,maka Asia Tenggara dapat mencapai keuntungan ekonomi sebesar US$ 12,5 ttiliun dengan pertumbuhan GDP rata-rata 3,5% tiap tahun selama 50 tahun ke depan.

Jika gagal melakukannya, dapat menyebabkan pemanasan global lebih dari 3 derajat Celsius pada 2070.Ini dapat menyebabkan kerugian ekonomi kawasan senilai US$ 28 triliun untuk valuasi saat ini dalam 50 tahun mendatang, dan mengurangi pertumbuhan GDP sebesar rata-rata 7,5% setiap tahun pada periode yang sama. Fondasi kemakmuran kawasan ini adalah sumber daya alam, dan manusia yang berada dalam “RISIKO”.Perubahan iklim akan menyebabkan  gangguan besar karena hilangnya mata pencaharian akibat naiknya permukaan laut dan bencana alam.

KEENAM, ekonomi telah berada dalam satu ancaman yang bersifat fundamental dan terkepung dalam tiga tantangan besar seperti dijelaskan di atas. Ekonomi tetap harus tumbuh tapi harus banyak yang harus dibiayakan sebagai kompensasi kerugian atas  terjadinya perubahan iklim.

Oleh karena itu, barangkali kita harus menambahkan lagi satu komponen pengeluaran dalam perhitungan GDP, yaitu pengeluaran untuk pemulihan dan pemuliaan lingkungan hidup di bumi, di air  dan di udara, sehingga formula barunya menjadi  Y= C+G+I+(X-M) – biaya lingkungan. Tujuannya agar keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan biaya pemulihan lingkungan bisa langsung terbaca dalam dasboard perhitungan GDP.

Akhirnya yang kita perlukan adalah 3 alat utama untuk merespon penyelamatan bumi, yaitu, STRATEGY AND POLICY, CAPITAL , and TECHNOLOGY. Kita lupakan growth for growth tapi  kita memasuki era normal baru dengan paradigma baru yakni growth through equity dan penyelamatan bumi.

IMF harus mereformasi sistem cadangan devisa global agar sebagian dananya dapat dipakai untuk modal pembangunan ekonomi yang berwawasan lingkungan oleh setiap negara yang menghasilkan devisa hasil ekspor yang menjadi haknya penuh sebagai pendapatan nasional.

Tags: berpacu dalam melodiekonomi dan perubahan iklimFauzi AzizIMFkarbon
Previous Post

Mobil Listrik Hyundai Ioniq 5 akan Dirakit di Pabrik HMMI di Cikarang

Next Post

Bulog Berhasil Datangkan 12.000 Ton Daging Impor dari Rencana 20.000 Ton

Admin

Admin

Related Posts

Suasana pemberian makanan jemaah haji dengan petugas kesehatan, dokter dan kepala regu rombongan Kloter 53 Jakarta
Opini

Sungguh Beruntung Mereka yang Ada di Arafah Saat Itu

by Admin
Juni 19, 2024
0

Gema bisnis. com, Mekkah Al  Mukarumah - Puncak kegiatan ibadah haji 2024 telah berlalu ketika jutaan jemaah haji dari semua...

Read more
Thailand Keluhkan Ketatnya Persyaratan Halal di Indonesia

Thailand Keluhkan Ketatnya Persyaratan Halal di Indonesia

Mei 28, 2024
Policy Hidup Di Rumah Tangga Politik

Industrialisasi For Policy Dialogue

Februari 5, 2024
Adopsi Bioteknologi Dorong Kesejahteraan Petani dan Perkuat Ketahanan Pangan Nasional

Adopsi Bioteknologi Dorong Kesejahteraan Petani dan Perkuat Ketahanan Pangan Nasional

Februari 2, 2024
Policy Hidup Di Rumah Tangga Politik

Globalisasi Investasi, Industri, Perdagangan, dan Distribusi Global Value Added

Januari 22, 2024
Next Post
Bulog Berhasil Datangkan 12.000 Ton Daging Impor dari Rencana 20.000 Ton

Bulog Berhasil Datangkan 12.000 Ton Daging Impor dari Rencana 20.000 Ton

BERITA TERBARU

Politeknik Kemenperin Latih Pelaku Industri Negara Karibia di Bidang Agro

Politeknik Kemenperin Latih Pelaku Industri Negara Karibia di Bidang Agro

Mei 8, 2025
Bappebti Terbitkan Kontrak Energi Terbarukan di Bursa Berjangka

Bappebti Terbitkan Kontrak Energi Terbarukan di Bursa Berjangka

Mei 6, 2025
Pemerintah Tetapkan Harga Batubara Acuan untuk Februari US$188,38/Ton

Pemerintah Tetapkan HBA Periode Pertama Mei 2025

Mei 5, 2025
Dukung Perluasan Pasar, Kemenperin Pacu IKM Furnitur Ekspansi ke Timur Tengah

Dukung Perluasan Pasar, Kemenperin Pacu IKM Furnitur Ekspansi ke Timur Tengah

Mei 4, 2025
Ukraina Upayakan Pembukaan Kembali Fasilitas Transit Biji-bijian melalui Polandia pasca Larangan Impor

FAO: Harga Bahan Pangan Dunia Naik di Bulan April

Mei 4, 2025
BPDPKS Kini Juga Tangani Kakao dan Kelapa

LG Keluar Konsorsium Baterai EV, Target dan Jadwal Pengurangan Emisi Karbon Tidak Terpengaruh

April 24, 2025
GemaBisnis.com - Bersama Membangun Bangsa

Gemabisnis.com adalah sebuah paltform informasi, investasi dan data yang berfokus pada bidang ekonomi dan bisnis, khususnya pasar komoditi di Indonesia dan global.

Follow Us

Kategori Populer

  • Bursa Komoditi
  • Ekbis
  • Energi & Pertambangan
  • Hortikultura
  • Hot News
  • Kehutanan & Lingkungan Hidup
  • Manufaktur
  • Opini
  • Pangan
  • Perikanan
  • Perkebunan
  • Peternakan
  • Profil
  • Umum
  • Uncategorized
  • Wisata

Berita Terbaru

Politeknik Kemenperin Latih Pelaku Industri Negara Karibia di Bidang Agro

Politeknik Kemenperin Latih Pelaku Industri Negara Karibia di Bidang Agro

Mei 8, 2025
Bappebti Terbitkan Kontrak Energi Terbarukan di Bursa Berjangka

Bappebti Terbitkan Kontrak Energi Terbarukan di Bursa Berjangka

Mei 6, 2025
  • Home
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Pemberitaan
  • Kode Etik
  • Disclaimer
  • Privacy Policy

Copyright © 2021 www.gemabisnis.com

No Result
View All Result
  • Home
  • Hot News
  • Bursa Komoditi
  • Energi & Pertambangan
  • Kehutanan & Lingkungan Hidup
  • Perkebunan
  • Peternakan
  • Perikanan
  • Pangan
  • Hortikultura
  • Manufaktur
  • Opini
  • Umum
  • Ekbis
  • Profil

Copyright © 2021 www.gemabisnis.com